Anak Jajahan Belanda PDF

Title Anak Jajahan Belanda
Author Fandy Hutari
Pages 3
File Size 70.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 504
Total Views 800

Summary

ANAK JAJAHAN BELANDA; Sejarah Sosial dan Ekonomi Jawa 1795-1880 Peter Boomgaard ingin menjelaskan tentang pertumbuhan penduduk pada abad ke-19, yang dilihat dengan penjabaran secara menyeluruh dari perkemabangan sosial dan aspek ekonomi di Jawa. Boomgaard menyampaikan kritik terhadap penelitian-pene...


Description

ANAK JAJAHAN BELANDA; Sejarah Sosial dan Ekonomi Jawa 1795-1880

Peter Boomgaard ingin menjelaskan tentang pertumbuhan penduduk pada abad ke-19, yang dilihat dengan penjabaran secara menyeluruh dari perkemabangan sosial dan aspek ekonomi di Jawa. Boomgaard menyampaikan kritik terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang tidak memberikan suatu penjelasan yang menyeluruh mengenai perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat Jawa. Mula-mula Boomgaard mengemukakan dua teori yang saling bersinggungan untuk menganalisis permasalahan, yaitu teori demografi dari Malthus dan teori dari Boserup. Dijelaskan pada Bab Pendahuluan tentang teori dari Malthus yang berpendapat bahwa sarana subsistensi menemukan (tingkat) pertambahan suatu penduduk. Teori dari Boserup mengemukakan bahwa pertambahan penduduk disebabkan pertumbuhan ekonomi, atau peningkatan penyediaan sarana subsistensi per kapita. Buku ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian pertama berjudul Negara Kolonial dan Kebijakan Ekonominya, terdiri dari dua bab, yaitu Situasi Politik dan Pemerintahan Jawa pada Awal Abad ke-19; dan Kebijakan Ekonomi yang Berubah. Bagian kedua berjudul Struktur Sosial dan Ekonomi terdiri dari empat bab, yaitu Pola Pemilikan Tanah; Desa; Pertanian; Kota, Kuli dan Perajin. Bagian ketiga berjudul Demografi, terdiri dari dua bab yaitu Perkawinan, Keluarga, dan Perilaku Seksual; dan Pertumbuhan Penduduk, Komponen, dan Sebab-sebabnya. Pada bagian pertama, Boomgaard membicarakan tentang latar belakang serta aspek-aspek perkembangan sosial dan ekonomi yang mengakibatkan pertumbuhan penduduk ditinjau dari sudut pandang pemerintah kolonial pada awal abad ke-19. Bahasan dimulai dengan menerangkan tentang struktur pemerintahan di Jawa abad ke-19, dengan mulai campur tangan VOC dan penanaman pengaruh kolonial ke dalam wilayah-wilayah kerajaan di Jawa. Kajian Boomgaard pada bagian pertama ini menampilkan kemungkinankemungkinan bahwa pertumbuhan ekonomi pedesaan Jawa, seiring dengan perkembangan kebijakan kolonial, juga mengalami kemajuan-kemajuan di bidang non-pertanian. Pemerintah kolonial merupakan faktor pendukung bagi perkembangan ekonomi di Jawa. Sistem pemungutan pajak, tulis Boomgaard, adalah unsur utama dari perkembangan ekonomi. Pada bab Kebijakan Ekonomi yang Berubah, Boomgaard mengemukakan beberapa kebijakan ekonomi pemerintah, yang kemudian mempengaruhi

1

keadaan sosial dan ekonomi, seperti kuota pajak dan sumbangan paksa, sistem pajak bumi (landrente), Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel) dan fase liberal. Boomgaard menyimpulkan unsur-unsur yang penting bagi perkembangan ekonomi dan sosial Jawa pada abad ke-19, yaitu: Penciutan birokrasi yang menyebabkan pemecatan sejumlah besar ”mulut yang menganggur” dari kalangan pribumi; Negara semakin meresapi masyarakat Jawa (jabatan baru untuk kepala desa dan campur tangan yang cukup luas jangkauannya dalam pengaturan pemilikan tanah merupakan ciri paling menonjol dari proses ini); Serangkaian perubahan pajak secara mendasar, yang tidak saja memungkinkan negara meraup surplus yang semakin banyak secara lebih efisien, melainkan juga menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi, melalui suatu proses penggunaan tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan tanaman bagi pasar luar negeri; Tenaga kerja juga dikerahkan untuk perbaikan prasarana dan sistem irigasi di Jawa; Permintaan yang semakin meningkat akan tenaga kerja dapat dipenuhi tanpa terlalu banyak menimbulkan persoalan karena penduduk Jawa meningkat pesat. Pada bagian kedua, Boomgaard merinci pola pemilikan tanah, stratifikasi sosial yang berlaku, sistem pengolahan pertanian berikut produksi, pendapatan serta konsumsi per kapita. Pada bab Pola Pemilikan Tanah, Boomgaard menjelaskan mengenai perkembangan pemilikan tanah pada wilayah-wilayah di Jawa. Boomgaard selanjutnya menyimpulkan bahwa periode tahun 1830-1850 adalah masa puncak pemilikan tanah secara bersama, dengan catatan, pertama, Jawa Barat dan Jawa Tiur pada waktu itu adalah daerah-daerah yang umumnya masih bebas; Kedua, pembagian ulang tidak perlu dilakukan setiap tahun; Ketiga, bagian setiap orang tidak selalu sama; Keempat, di daerah-daerah yang berlaku kepemilikan tanah secara bersama yang khas, sikep sering menjadi kelas turun-temurun, dengan hak-hak yang ditentukan secara baik atas setiap bidang tanah; dan kelima, bukan aturan umum bahwa semua penggarap adalah pemilik tanah. Dibahas pula perbedaan sektor ekonomi yang berkembang di perkotaan dan pedalaman berikut sektor-sektor di luar pertanian yang berkembang. Kebijakan ekonomi pemerintah, seperti contohnya sistem tanam paksa, memaksa banyaknya tenaga kerja yang ”tersedot” ke dalamnya. Pada sektor-sektor di luar pertanian, Boomgaard mengklasifikasikan menjadi dua, yaitu tukang dan pengrajin serta industri rumah tangga. Pada akhir bagian kedua ini, Boomgaard menemukan terjadinya diversifikasi kegiatan bukan pertanian tanpa adanya urbanisasi. Pada bagian ketiga yang merupakan inti kajian buku ini, Boomgaard memulai bahasannya dengan mengulas perkawinan, keluarga, dan perilaku seksual masyarakat Jawa dan dilanjutkan dengan membedah data statistik untuk memahami komponen dan sebab-sebab pertumbuhan penduduk. Boomgaard menulis bahwa tingkat perkawinan dipengaruhi oleh adanya kesempatan

2

ekonomis, di antaranya yang paling utama adalah akses yang mudah atas tanah. Tingkat perceraian, tulisnya, berbeda-beda antara kelas dan kelompok pekerjaan, contohnya petani penggarap yang memiliki tanah kurang, cenderung bercerai dibandingkan dengan pelayan dan pekerja yang berpindah-pindah. Jelas sekali bahwa faktor ekonomis mempunyai pengaruh tertentu terhadap pola perkawinan dan ukuran keluarga. Perkawinan dini nampaknya menjadi salah satu yang menyebabkan pertumbuhan penduduk Jawa. Selanjutnya, Boomgaard mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kematian antara tahunh 1800-1880, yaitu pola penyakit yang berubah-ubah, faktor ekonomi, dan faktor politik (perang). Boomgaard menyimpulkan sebelum tahun 1850 peningkatan jumlah penduduk rata-rata lebih rendah daripada sesudahnya. Faktor yang menghambat peningkatan itu adalah adanya kemunduran sementara seperti berlakunya Sistem Tanam Paksa, Perang Jawa, penyakit kolera dan tipus. Tingkat kelahiran yang rendah setelah tahun 1850 sebagian disebabkan oleh tingkat perkawinan yang lebih rendah, tingkat kematian yang lebih rendah, dan tingkat perceraian yang lebih tinggi. Secara garis besar, Boomgaard dalam penelitiannya, mengaitkan pertumbuhan penduduk yang pesat di Jawa dengan perkembangan ekonomi dan sosial dalam kurun waktu 1795-1880. Akhirnya, Boomgaard mempertanyakan hipotesis Boserup yang mengemukakan bahwa pertambahan penduduk adalah sebab dari perkembangan ekonomi. Boomgaard menyimpulkan bahwa sebab terakhir dari pertambahan penduduk maupun perkembangan ekonomi adalah kenyataan bahwa negara kolonial bisa melaksanakan program ambisiusnya untuk meningkatkan produksi pertanian untuk pasar dunia, melalui kombinasi kerja tanam paksa, prasarana yang telah diperbaiki, dan kampanye vaksinasi yang efektif. Boomgaard menyatakan bahwa model Boserup tidak memadai sebagai suatu uraian tentang suatu proses jangka pendek. Faktor paling penting bagi pertambahan penduduk Jawa maupun pertubuhan struktural dalam ekonomi tidak direncanakan oleh pemerintah kolonial. Boomgaard mengetengahkan karyanya dengan menggunakan analisis statistik, digabungkan dengan teori ekonomi dan demografi. Artikel ini merupakan tugas sebuah mata kuliah di Jurusan Sejarah Unpad, pada 2005 (?)

3...


Similar Free PDFs