ANALISIS AGGREGATE PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA PADA PT.XYZ PDF

Title ANALISIS AGGREGATE PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA PADA PT.XYZ
Pages 9
File Size 543.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 332
Total Views 465

Summary

ANALISIS AGGREGATE PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA PADA PT.XYZ (Vincentius Fendi Harisaputro1, Krisensia Laura Farani2, Wibawa Prasetya3) 1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta...


Description

ANALISIS AGGREGATE PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA PADA PT.XYZ (Vincentius Fendi Harisaputro1, Krisensia Laura Farani2, Wibawa Prasetya3) 1,2,3

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta 1

Email: [email protected] , [email protected] , [email protected]

ABSTRAK PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif manufaktur dengan memproduksi sparepart mobil, motor dan truk. PT XYZ menerapkan kepuasan pelanggan serta kualitas sparepart yang dihasilkan. Kendala yang dihadapi yaitu permintaan produk akan semakin meningkat. Untuk mengatasi kendala tersebut perusahaan mengantisipasi kemungkinan terjadinya keterbatasan kapasitas produksi, hal tersebut dilakukan dengan sebaik mungkin dengan biaya seminimal mungkin. Untuk itu agregat planning diusulkan sebagai perencanaan penetapan tingkat kapasitas produksi secara menyeluruh sehingga memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi. Agregat Planning merupakan suatu proses penetapan tingkat kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan minimasi total biaya produksi. Pada penelitian ini, tiga metode heuristik dicobakan yaitu: metoda pengendalian tenaga kerja, metode campuran subkontrak dan metode campuran overtime. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa metode campuran subkontrak merupakan metode terbaik, dengan total biaya agregat sebesar Rp 3.080.689.770, selanjutnya metode pengendalian tenaga kerja, dengan total biaya agregat sebesar Rp. 3.080.798.198 dan metode campuran overtime, dengan total biaya agregat sebesar Rp. 3.081.815.315. Kata Kunci: Agregat planning, Metode Heuristik, Pengendalian tenaga kerja, campuran subkontrak, overtime

ABSTRACT PT. XYZ is one of the companies engaged in the automotive manufacturing by producing spare parts. PT. XYZ implements customer satisfaction and the quality of spare parts. Constraints faced are product demand will increase. To overcome these obstacles the company anticipates the possibility of limited production capacity, it is handled with minimal cost. For this reason, aggregate planning is proposed as a plan for determining the overall level of production capacity so that it meets the level of demand obtained with the aim of minimizing total production costs. Aggregate Planning is a process of determining the level of overall production capacity in order to meet the level of demand obtained from forecasting and orders with the aim of minimizing total production costs. In this study, three heuristic methods were tried namely: labor control methods, subcontracting mixed methods and overtime mixture methods. Based on the research results it is known that the subcontracting mix method is the best method, with a total aggregate cost of Rp 3,080,689,770, then the labor control method, with a total aggregate cost of Rp. 3,080,798,198 and the mixed overtime method, with total aggregate costs of Rp. 3,081,815,315. Keywords: Aggregate planning, Heuristic Method, Labor control, subcontracting mix, overtime

I. PENDAHULUAN Industri manufaktur merupakan sebuah industri yang bertujuan untuk memproduksi barang secara ekonomis agar dapat memperoleh keuntungan semaksimal dengan biaya seminimal mungkin, serta dapat menghasilkan produk yang dihasilkan dengan tepat waktu. Proses produksi manufaktur diharapkan dapat berlangsung secara kontinyu dan berkembang sesuai dengan lingkup pasar untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif manufaktur, dimana perusahaan memproduksi sparepart otomotif yang akan dipasarkan ke perusahaanperusahaan otomotif seperti PT. Astra Daihatsu Motor, PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia, PT. Dan Motor, PT. Mekar Armada Jaya dan masih banyak lagi. PT. XYZ menggunakan sistem produksi make to order, dimana perusahaan setiap bulannya akan melakukan peramalan kualitatif berdasarkan

pengalaman pihak PPIC untuk menentukan besarnya jumlah kebutuhan bahan baku. Perusahaan terus berupaya untuk memperbaiki jenis sparepart yang diproduksi berdasarkan permintaan pelanggan tetap ataupun pelanggan baru. Tidak hanya berfokus pada kualitas produk, namun juga menerapkan sistem pelayanan yang baik. Permintaan produk di PT. XYZ akan meningkat jika menangani permintaan ke-19 pelanggan tetapnya. Permasalahan kapasitas produksi yang sedang dihadapi PT. XYZ merupakan sebuah masalah yang dapat memberikan dampak kerugian bagiperusahaan, oleh karena itu perlu adanya studi lanjutan dengan menggunakan perencanaan tingkat kapasitas produksi menggunakan peramalan data history demand untuk memperkirakan total biaya yang akan dikeluarkan di masa mendatang, dengan begitu perusahaan dapat meminimalkan total biaya produksi yang harus digunakan setiap bulannya. Pada penelitian ini digunakan metode agregat planning dalam membuat rangka proses perencanaan penetapan kapasitas produksi atau dapat dikatakan tingkat output secara menyeluruh, guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi. Perencanaan ini diusulkan untuk bagian manjemen produksi sebagai upaya menentukan cara terbaik untuk memenuhi permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, kebutuhan tenaga kerja, persediaan, waktu lembur, sub kontrak dan semua variabel yang dikendalikan perusahaan. Tujuan penenlitian ini didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh PT. XYZ, adapun tujuan penenlitian ini antara lain adalah: Memberikan usulan total biaya produksi paling minimal dari metode agregat planning pada PT. XYZ Menentukan total biaya produksi perusahaan dari perhitungan kuantitatif yaitu pengendalian tenaga kerja, subkontrak dan overtime. Menganalisis dan mengevaluasi metode usulan total biaya produksi pada PT. XYZ

pemahaman mengenai keterkaitan antara rencana dan beberapa faktor internal dan eksternal merupakan sesuatu yang berguna. Di lingkungan perusahaan manufaktur, jadwal produksi utama yang dihasilkan memberikan input untuk sistem MRP (Material Requirement Planning) yang mengutamakan mengenai perolehan atau produksi komponenkomponen yang diperlukan. Jadwal kerja yang mendetil untuk tenaga kerja dan penjadwalan berprioritas untuk produk dihasilkan sebagai tahapan terakhir sistem perencanaan produksi. Hal menarik dalam pertimbangan waktu adalah bahwa Perencanaan Agregat merupakan perencanaan produksi jangka menengah. Horizon perencanaannya biasa berkisar antara 1 sampai 24 bulan atau bisa bervariasi dari 1 sampai 3 tahun. Horizon tergantung pada karakteristik produk dan jangka waktu produksi. Tujuan perencanaan produksi adalah menyusun suatu rencana produksi untuk alternatif – alternatif yang tersedia dengan biaya yang paling minimum keseluruhan produk. [7][6][5][3] Perencanaan agregat berarti menggabungkan sumber daya yang sesuai ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan menyeluruh. Dengan adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas, persediaan jumlah tenaga kerja dan input produksi yang saling berkaitan, maka perencana harus memilih tingkat output untuk fasilitas selama tiga sampai delapan belas bulan ke depan.

II. STUDI LITERATUR II.1. Perencanaan Agregat Menurut Bedworth perencanaan agregat adalah “Perencanaan yang dibuat untuk menentukan permintaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan”[1]. Perencanaan agregat merupakan bagian dari sistem perencanaan produksi yang lebih besar, sehingga

Gambar 1. Hubungan Perencanaan Agregat dan Tugas Tanggung Jawab

A. Fungsi Perencanaan Agregat 1. Menemukan metode yang tepat untuk digunakan sebagai strategi perusahaan dalam menghadapi

2.

3. 4.

5.

6.

jumlah permintaan, sehingga ditemukan jumlahbiaya terkecil. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi yang konsisten terhadap rencana strategi perusahaan. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi dan membuatpenyesuaian. Memonitor hasil produk aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat penyesuaian.

B. Tujuan Perencanaan Agregat 1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktifitas produksi. 2. Sebagai masukan sumber daya.

perencanaan

3. Stabilisasi produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan. II.2. Metode Heuristik (Trial and Error) Metode ini merupakan metode perencanaan yang paling riil probabilitasnya untuk direalisasikan dan diaplikasikan kedalam permasalahan nyata, Perencanaan metode trial and error, dengan melihat gambaran antara permintaan kumulatif dan rata – rata permintaan kumulatifnya. Berikut ini adalah 5 tahapan dalam metode pembuatan metode heuristik: 1. 2.

3.

4.

5.

Tentukan permintaan pada setiap periode Tentukan berapa kapasitas pada waktu – waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan Sub kontrak pada setiap periode. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya pengangkatan dan pemberhentian tenaga kerja, serta biaya penambahan persediaan Pertimbangan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan tingkat persediaan. Kembangkan rencana – rencana alternatif dan amatilah biaya totalnya

II.3. Macam-Macam Metode Heuristik

Metode heuristik dibagi kedalam empat metode, diantaranya:

a. Metode pengendalian tenaga kerja Pada metode ini, jumlah yang diproduksi pada periode pertama dinyatakan sebesar demand pada periode pertama. Jika demand pada periode berikutnya mengalami kenaikan, maka akan dilakukan penambahan kapasitas. Jika pada periode berikutnya demand mengalami penurunan, maka produksi akan diturunkan sebesar demandnya. b. Metode pengendalian persediaan Metode ini menerapkan tingkat produksi sebesar permintaan rata ratanya. Jika jumlah produksi lebih besar, maka kelebihannya akan akan disimpan sebagai persedian. Selain itu, apabila kondisi yang terjadi sebaliknya maka persediaan akan dikeluarkan untuk memenuhi permintaan. Selanjutnya akan dievaluasi apakah selama masa perencanaan tetap akan terjadi kekurangan. Jika masih ada kekurangan, maka bagian produksi harus menyesuaikan persediaan awalnya sebesar maksimal kekurangan yang terjadi selama masa periode perencanaan tersebut. Sehingga, tidak akan terjadi kekurangan pada suatu periode. Kelemahan metode ini yaitu biaya persediaan yang membengkak. c. Metode pengendalian sub kontrak Metode ini berproduksi pada tingkat demand yang paling kecil selama periode perencanaan. Apabila pada suatu periode demand lebih besar dibandingkan tingkat produksi, maka akan dilakukan sub kontrak. d. Metode campuran Pada metode campuran, tingkat produksi pada tingkat ditetapkan berdasarkan kondisi actual. Tingkat produksi ini ditentukan berdasarkan jumlah lintasan produksi atau mesin, jumlah hari kerja, tingkat efisiensi, tingkat utilitas mesin dan jumlah shiftnya. Apabila terjadi kelebihan akan disimpan, jika kekurangan akan dilakukan over time untuk menaikkan kapasitas. Kenaikan kapasitas maksimal sebesar 25% dari kapasitas reguler. Jika masih kekurangan diperbolehkan melakukan sub kontrak. Jadi pada metode ini, variabel yang dikendalikan tidak hanya satu variabel produksi, tetapi bisa lebih dari 2 variabel produksi. II.4. Biaya Perencanaan Agregat Sebagian besar metode perencanaan agregat adalah menentukan suatu rencana yang bertujuan untuk minimasi biaya. Jika

permintaan diketahui, maka biaya-biaya berikut harus dipertimbangkan, biaya yang harus dipertimbangkan yaitu: 1. Hiring Cost (ongkos penambahan tenaga kerja) Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos proses seleksi, dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga keja baru yang belum berpengalaman. 2. Firing Cost (ongkos pemberhentian tenaga keja) Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi akan menurun secara drastis ataupun karena persoalan teknis seperti produktivitas yang menurun, serta faktor yang ada pada diri tenga kerja itu sendiri. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di PHK, menurunkan moral kerja dan produktifitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat sosial. 3. Overtime Cost dan Undertime Cost (ongkos lembur dan ongkos menganggur) Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang biasanya 150% dari ongkos kerja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya lembur biasanya akan memperbesar tingkat absen karyawan dikarenakan faktor kelelahan fisik pekerja. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dimandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. 4. Inventory Cost dan Back Order Cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan persediaan) Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat – saat tertentu. Konsekuensi dari kebijakakan perusahaan adalah timbulnya ongkos penyimpanan (Inventory cost dan back order cost) yang berupa ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijakkan tidak mengadaaan persediaan. Seolah–olah menguntungkan tetapi

sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa permintaan yang datang tetapi tidak dilayani karena barang yang diminta tidak tersedia 5. Sub-contract (ongkos Sub kontrak) Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas reguler, biasanya perusahaan melakukan subkontrak kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensinya dari kebijakan ini adalah timbulnya ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos subkontrak ini menjadi lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya keterlambatan penyerahan dari kontraktor. II.5. Peramalan Heizer dan Render menyatakan bahwa, peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan.[4] [5]. Peramalan digunakan untuk memperkirakan keadaan yang bisa berubah sehingga perencanaan dapat dilakukan untuk memenuhi kondisi yang akan datang. Perencanaan bisnis, target perolehan keuntungan, dan ekspansi pasar membutuhkan proses peramalan. Peramalan biasanya mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya: item yang akan diramalkan, misalnya produk, kelompok produk, atau rakitan; teknik peramalan (model kualitatif atau kuantitatif); ukuran unit (rupiah, satuan, berat); interval waktu (minggu, bulan, kuartal); horizon peramalan (berapa interval waktu yang dimasukkan); komponen peramalan (level, tren, musiman, siklus dan random); akurasi peramalan (pengukuran kesalahan); laporan pengecualian, situasi khusus; serta revisi parameter model peramalan Menurut Elwood S. Buffa dan Rakesh K. Sarin metode peramalan dengan time series (ekstrapolasi atau deret berkala) menggunakan riwayat permintaan masa lalu untuk melihat pola permintaan (trend and seasonality) untuk membuat ramalan untuk masa depan. [2] Trend yang dimaksud merupakan kecenderungan data sementara seasonality yang dimaksud merupakan pola data history. Sasaran metode time series ini adalah mengidentifikasi pola data

historis dan mengekstrapolasi pola ini untuk masa mendatang. peramalan deret berkala dikelompokan sebagai berikut: Tabel 1. Pemilihan Metode Peramalan

Data demand yang didapat peneliti merupakan kelompok komponen data acak. Dimana metode yang akan dipilih oleh peneliti antara Moving Average (Single Moving Average & Double Moving Average) dan Single Exponential Smoothing. Moving average Menurut Pengestu Subagyo Peramalan dengan metode moving averages (rata-rata bergerak) dilakukan dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan, mencari rataratanya, lalu menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode berikutnya [8]. Istilah rata-rata bergerak digunakan karena setiap kali data observasi baru tersedia, maka angka rata-rata yang baru dihitung dan dipergunakan sebagai ramalan. a. Metode Single Moving Averages Menentukan ramalan dengan metode single moving averages sangat sederhana, yaitu dengan merata-ratakan jumlah data sebanyak periode yang akan digunakan. Metode single moving averages lebih cocok digunakan untuk melakukan forecast hal-hal yang bersifat random, artinya tidak ada gejala trend naik maupun turun, musiman, dan sebagainya, melainkan sulit diketahui polanya. b. Metode Double Moving Averages Dalam metode ini langkah pertama adalah mencari moving averages, hasilnya ditaruh pada periode terakhir, kemudian dicari moving averages lagi dari moving averages pertama, baru kemudian dibuat forecast. Karna metode ini mencari rata-rata dari forecast maka metode ini cocok untuk data historis acak yaitu tanpa trend dan seasonal. Single Exponential Smoothing Metode peramalan yang penulis gunakan untuk menganalisis data yang didapatkan adalah dengan metode penghalusan eksponensial (exponential smoothing). Metode

exponential smoothing adalah suatu prosedur yang mengulang perhitungan secara terus menerus yang menggunakan data terbaru. Setiap data diberi bobot, dimana bobot yang digunakan disimbolkan dengan. Simbol bisa ditentukan secara bebas, yang bisa mengurangi forecast error. Besarnya antara 0 sampai 1 Secara matematis, persamaan penulisan eksponensial adalah sebagai berikut [8] St 1 Xt (1)St Dimana: St 1 = Nilai ramalan untuk periode berkutnya = Konstanta penulisan (0-1) Xt Xt

= Data pada periode t

St = Nilai penulisan yang lama atau rata-rata yang dimuluskan hingga periode t-1 Nilai yang menghasilkan tingkat kesalahannya yang paling kecil adalah yang dipilih dalam peramalan Metode ini lebih cocok digunakan untuk meramal hal-hal yang fluktuasinya secara random atau tidak teratur [8]

III. METODOLOGI PENELITIAN langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 14.1 berikut.

Gambar 2. Flowchart Metodologi Penelitian di PT. YPI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan data historis permintaan PT. XYZ selama 6 periode tahun 2018

j. Overtime / biaya lembur per hari Rp. Tabel 2. Demand PT XYZ tahun 2018 Periode

Demand/Unit/Kg

Juli Agustus

6.810.684 4.510.015

September Oktober

4.272.576 5.107.480

November Desember

3.851.119 6.703.342

Total

31.255.216

26.323,-/hari. Per orang Rp.13.161,-/hari A. Peramalan Permintaan Peramalan dilakukan untuk 6 periode kedepan, berdasarkan pada hasil peramalan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk minamsi biaya kapasitas produksi. Berikut merupakan time series demand pada periode tahun 2018. Time Series Plot of 700000

Data Histori Demand Tahun 2018

650000 600000

800000 600000 400000 200000 0

Deman

Juli

550000

Agustu

500000

September Oktober November Desember

450000 400000 1

2

3

4

5

6

Inde

Gambar 3. Histrogam Demand Tahun 2018

Gambar 4. Time Series Plot Demand 2018

Berikut merupakan data-data ketentuan dan kebijakan perusahaan serta asumsi yang digunakan pada pengolahan data: a. Jumlah tenaga kerja di PT. XYZ Inti sebanyak 225 orang b. Kapasitas pabrik dibatasi oleh labourhour yang tersedia sebanyak 24 jam kerja per hari dan jumlah hari per minggu sebanyak : 5 hari kerja c. Dalam satu hari dioperasikan dua shift = 8 jam d. Efisiensi waktu yang diharapkan sebanyak: 90% e. Pengangkatan tenaga kerja baru dengan jumlah maksimum 7,3 % dari tenaga awal. Dengan jumlah maksimal tenaga kerja 10 orang / periode. f. Apabila terjadi kelebihan tenaga kerja maka pemeca...


Similar Free PDFs