ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DI INDONESIA PDF

Title ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DI INDONESIA
Author Dita Putri
Pages 22
File Size 465.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 259
Total Views 635

Summary

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DI INDONESIA PERIODE OKTOBER 2012 – MARET 2015 DITA PUTRI ARISTIYANTI 1113084000041 (Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Email : [email protected] Pembimbing : Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si A...


Description

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DI INDONESIA PERIODE OKTOBER 2012 – MARET 2015 DITA PUTRI ARISTIYANTI 1113084000041 (Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Email : [email protected] Pembimbing : Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si ABSTRACT The research aims to know the influence of the factors (economic variables) to National Saving in Indonesia period 2002-2012, the factors are BI Rates and Inflation. Based on the research results, this study used secondary data and quantitative research using time series method, and the method used Ordinary Least Square (OLS) by SPSS 22.Data are analyzed using multiple linear regression and also use the test t and test F. The Methodology of this research is qualitative analysis, it is based on secondary sources, which is mean the data has taken from books, reports, documents, and other relevant online sources (official website of Bank Indonesia). This analysis also aimed to determine the effect of independent variables (BI Rate and Inflation) on the dependent variables (National Saving (Tabungan DPK Bank Umum)). The data used is from 2012.10 to 2015.3, the Hypothesis Test used t - test and F - test with significance level of 0.000 with a confidence level of 2,5%. The classical assumptions test used in this study include normality, multicollinearity, heteroscedasticity and autocorrelation test the results showed that the BI Rates had a positive and significant to National Saving. While, The Inflation had a negative and not significant to National Saving. Keywords : BI RATE, INFLATION, NATIONAL SAVING (TABUNGAN DPK BANK UMUM)

I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yabg adil dan makmur berdasarkan UUD 1945, maka kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berazaskan kekeluargaan perlu dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur–unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Seperti yang dikemukakan dalam teori dari Harrod dan Domar, bahwa tabungan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bila suatu negara ingin tumbuh dengan cepat, maka jumlah tabungan harus ditingkatkan dan nilai dari ICOR (Increamental Capital Output Ratio) harus diperkecil. Tabungan yang merupakan sumber dana bagi pembangunan dapat berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Namun pada umumnya di negara sedang berkembang tingkat tabungan dalam negeri adalah relatif kecil. Pengetahuan tentang perilaku tabungan sangat penting dalam mendesain

kebijakan untuk mendorong tabungan dan investasi. Pada umumnya perbedaan lingkungan ekonomi di negara sedang berkembang dan negara maju merupakan perbedaan mendasar dalam perilaku tabungan. Sebagian besar literature empiris yang menganalisis perilaku tabungan antar negara memfokuskan pada kurangnya informasi yang konsisten dalam perilaku tabungan dan perbedaan perilaku tabungan negara berkembang versus negara maju yang seringkali diabaikan oleh pemerintah negara berkembang ketika mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan tabungan dari negara industri maju. Literatur tabungan pada umumnya didasarkan pada dua pendapat yang berbeda. Kubu pertama adalah dari aliran Klasik dan kubu kedua adalah aliran Keynesian. Wicksell salah satu tokoh dari penganut klasik menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dengan hubungan positif. Sedangkan Keynes (1936) mendefinisikan tabungan sebagai fungsi dari tingkat pendapatan. Pengikut aliran Keynes (Keynesian) mengemukakan beberapa hipotesias dalam hubungan tentang konsumsi dan tabungan. Hipotesis–hipotesis tersebut mencakup tentang

hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman (1957) yang membedakan pendapatan menjadi pendapatan permanen dan pendapatan transitory sebagai penentu tabungan. Uji empiris hipotesis pendapatan permanen terutama dikonsentrasikan pada efek kesejahteraan inisial dari tabungan. Hasil empiris tentang pendapatan permenen menunjukkan perbedaan perilaku negara berkembang dan negara maju. Sedangkan hipotesis siklus hidup dari Ando dan Modigliani (1963) yang didasarkan pada asumsi bahwa individu mengalokasikan konsumsinya secara ”merata” selama hidupnya dengan cara mengumpulkan tabungan selama masa produktif dan menjaga tingkat konsumsinya selama masa non produktif. Sekretaris Jenderal The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Angel Gurria mengatakan, bank-bank di Indonesia memiliki margin yang lebih tinggi yang didapatkan dari suku bunga tabungan dan kredit bila dibanding bank di negara ASEAN lainnya. Hal tersebut mencerminkan kebutuhan bank untuk menutupi biaya operasional lebih tinggi. Angkanya, antara 2,5% sampai 4% dari aset bank, dibanding 2% di Malaysia dan 1% di Singapura. "Ini akibat kondisi geografis Indonesia yang unik dan ketidakefisienan. Beberapa rasio biaya operasional terhadap total aset bank-bank di Indonesia merupakan tertinggi di antara bank-bank di negara anggota G-20," menurit Sekjen OECD (25/3/2015). Menurut Gurria, bank-bank di Indonesia juga merupakan bank paling profitable di antara bankbank di negara anggota G-20, dengan rata-rata pengembalian atas modal (return on equity) sebesar 23%, di atas rata-rata di China sebesar 21% dan lebih dari dua kali rata-rata di Amerika Serikat sebesar 9% (data Bloomberg, 2013). Tingkat pengembalian yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh margin bunga bersih, yang dengan rata-rata sebesar 7 poin persentase, merupakan yang tertinggi di antara negara anggota G-20 (rata-rata suku bunga pinjaman adalah sebesar 12%, sementara rata-rata suku bunga yang dibayarkan kepada deposan sebesar 5%) Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis untuk menyerasikan dan

menyeimbangkan dari masing-masing unsur adalah perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien yang dengan berazaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasi–hasilnya, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi akan meningkat. Pembangunan nasional Indonesia membutuhkan dana dan salah satu sumber dananya adalah dari tabungan nasional. Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, Indonesia mengalami krisis moneter dan perbankan pada tahun 1998. Akibat krisis moneter tersebut maka kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menurun, sehingga tabungan nasional mengalami penurunan. Untuk menjaga stabilitas keuangan ini, maka pemerintah perlu melakukan kebijakan moneter yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh dan mengetahui elastisitas tingkat suku bunga, inflasi terhadap tabungan nasional di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pemerintah untuk membuat suatu kebijakan, juga sebagai kontribusi ilmiah pada ilmu ekonomi. 1. 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat merumuskan masalah sebagai berikut :  Bagaimana pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap tabungan?  Bagaimana pengaruh antara tingkat inflasi terhadap tabungan?  Bagaimana pengaruh antara tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap tabungan? 2. 1. Tujuan Penelitian  Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap tabungan.  Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara tingkat inflasi terhadap tabungan.  Untuk mengetahui seberapa besar tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap tabunga

II. KERANGKA TEORITIS DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tabungan 2.1.1. Pengertian Tabungan Pengertian Tabungan Menurut Soemitro Djojohadikusumo (1954) tabungan didefinisikan sebagai kemampuan dan kesediaan untuk menahan hasrat konsumsi selama beberapa waktu agar di masa yang depan terbuka kemungkinan konsumsi yang memuaskan. Pengertian Tabungan menurut Simorangkir (1991:47) adalah tabungan diartikan sebagai bagian derajat pendapatan nasional pertahunnya yang tidak dikonsumsi. Tabungan adalah simpanan dana pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat yang ditentukan antara bank dan nasabah (Simurangkir 2004:11) ccmenyatakan bahwa tabungan merupakan dana pihak ketiga yang dapat ditarik sesuai perjanjian antara bank dan nasabah pemegang rekening tabungan. Tabungan meskipun merupakan dana simpanan yang dapat ditarik setiap saat, akan tetapi pengendapannya relatif lebih stabil dibanding dana yang berasal dari giro. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang lebih disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lainnya dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan rekening tabungan ini biasannya menggunakan cashcard atau ATM, dan debt card (Sri Susilo, 2004:64). Sedangkan menurut statistik ekonomi keuangan indonesia (2011) tabungan adalah simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak ketiga, yang penarikan hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.

Wikipedia Bahasa Indonesia menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M). Secara matematis dapat dirumuskan : I = S+(T-G)+(X-M).................... (1) Untuk mengurangi ketergantungan suatu negara terhadap bantuan dari pihak lain, tabungan nasional diutamakan sebagai sumber pembiayaaan investasi domestik. Secara garis besar, tabungan nasional diciptakan oleh tiga pelaku, yaitu pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga. Tabungan pemerintah merupakan selisih antara realisasi penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat diketahui dari neraca perusahaan. Sedangkan tabungan rumah tangga merupakan bagian dari pendapatan yang diterima rumah tangga yang tidak dibelanjakan untuk keperluan konsumsi. Secara matematis persamaan tabungan dapat dijabarkan sebagai berikut. Jika tabungan swasta adalah S = (Y-T)-C dan Tabungan Pemerintah adalah (T-G), maka Tabungan Nasional : = S+(T-G)=(Y-T)-C+(T-G) = Y-C-G........................(2) Dimana : S = Tabungan Swasta Y = Pendapatan Nasional/Agregat T = Pajak Netto C = Konsumsi G = Pengeluaran Pemerintah

Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus, dan sektor ini akan ditambah pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaaan investasi. Namun jika T-G bernilai negati berarti pemerintah mengalami budget deficit, dan peerintah harus meminjam dana dari pihak lain. 2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhui Tabungan Menurit ekonom klasik, Adam Smith, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat. Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara tabungan dan investasi. Alfred Marshall dari kaum neoklasik mengemukakan bahwa terdapat faktor ekonomi dan non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktorfaktor ekonomi tersebut, dia menekankan pada tingkat bunga, walaupun mungkin ada keadaan dimana tetap ada tabungan walaupun tingkat bunga negatif. Selain tingkat bunga, pendapatan juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan nasional. Pendapat tersebut dikemukakan oleh J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut : S≡Y-C........................ (3) C=Ĉ+cY,Ĉ>0;0> Kebijakan Moneter (Monetary Policy) Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan menggunakan pengubah jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat bunga (interest rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan mengurangi ketidak-stabilan perekonomian. Kebijakan moneter dilaksanakan oleh bank sentral untuk menggurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan cash reserve ratio/ cashratio / persentase likuiditas / giro wajib minimum, menjual surat- surat berharga (openmarket operation) dan menaikkan tingkat bunga kredit. Untuk mencegah laju inflasi maka pemerintah dan bank sentral harus bekerjasama dengan menjamin bahwa uang cadangan yang tersedia pada sistem perbankan tidak berlebihan, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang.

2.3.5. Hubungan Inflasi Dengan Tabungan Menurut Milton Friedman inflasi akan terus terjadi karena hal tersebut merupakan fenomena moneter. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa pertumbuhan dalam kuantitas uang adalah determinan dalam tingkat inflasi, tetapi teori ini hanya bersifat empiris bukan teoritis (uang dan harga). Teori kuantitas dan persamaan fisher sama-sama menyatakan bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga nominal. Kenaikan pertumbuhan uang sebesar satu persen menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi. Sedangkan kenaikan satu persen tingkat inflasi menyebabkan kenaikan satu persen tingkat bunga nominal yang disebut efek fisher (fisher effect). Beberapa ahli ekonom menyebutkan bahwa nilai uang mendatang lebih rendah dibanding masa sekarang. Maka jika terjadi kenaikan inflasi, nilai uang turun sangat tajam. Perpekstif masyarakat untuk menabung akan menurun, sehingga akan mempengaruhi penghimpunan dana bank dari masyarakat (tabungan).

>> Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy) Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi instrumen fiskal. Kebijakan fiskal dapat dibedakan kedalam kebijakan fiskal aktif(discretonary fiscal policy), yaitu pemerintah melakukan perubahan tingkat pajak / program pengeluaran, sedangkan kebijakan fiskal pasif (nondiscreationary fiscal policy), yaitu kecenderungan membelanjakan marginal dan pendapatan nasional. Kebijakan fiskal dapat dilakukan dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan pajak dan pemerintah melakukan pinjaman kepada masyarakat. Apabila pemerintah melaksanakan kebijakan tersebut maka pemerintah telah campur tangan dalam perekonomian. Apabila suatu perekonomian mengalami inflationary gap atau deflationary gap maka pemerintahakan menaikkan atau menurunkan tingkat pendapatan nasional. >> Kebijakan Non Moneter dan Non Fiskal Kebijakan untuk mengatasi inflasi diluar dari kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan inidapat dilakukan dengan meningkatkan hasil produksi (production approach), kebijakan upah / gaji, pengawasan harga

2.4. Kerangka Pemikiran Poppy Maneskhas (2009) meneliti tentang “analisis pengaruh PDRB, suku bunga dan tingkat inflasi terhadap simpanan masyarakat pada bank-bank umum di sumatra utara” dengan menggunakan analisis regersi dengan OLS. Dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel PDRB, tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi berpengarug positif terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank-bank umum di sumatra utara. Budi Mulyadi (2009) menunjukkan bahwa bunga tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tabungan. Selanjutnya inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan nasional. Suku Bunga BI (BI Rate) (X1)

Inflasi (X2)

Tabungan DPK Bank Umum (Y)

2.5. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara atau dugaan saja. Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran obyektif tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhui tabungan di Indonesia tahun 2002-2012 Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dibuatlah hipotesis penelitian sebagai berikut : H0 : Suku Bunga BI (BI Rate) dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap Tabungan. H1 : Suku Bunga BI (BI Rate) dan Inflasi berpengaruh positif terhadap Tabungan. H0 : Suku Bunga BI (BI Rate) berpengaruh negatif terhadap Tabungan. H1 : Suku Bunga BI (BI Rate) berpengaruh positif terhadap Tabungan. H0 : Inflasi berpengaruh negatif terhadap Tabungan. H1 : Inflasi berpengaruh positif terhadap Tabungan. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu satu variabel dependen (terikat) dan dua variabel independen (bebas). Variabel dependen yang digunakan adalah Tabungan (dalam Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum) (Y) dan variabel independen adalah Suku Bunga BI (BI Rate) (X1) dan Inflasi (X2). 3.2 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari hasilnya hingga pada tahap kesimpulan, penelitian akan lebih baik disertai dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya.

Sumber data berasal dari penelitian sekunder, yaitu merupakan data yang sudah ada yang diambil dari Website Bank Indonesia ataupun Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah Time Series yaitu data yang terdiri atas satu objek tetapi meliputi beberapa periode waktu misalnya harian, mingguan, bulanan, tahunan, per triwulan per kuartal dll. Untuk penelitian ini penulis mengambil data periode bulan Oktober 2012 – Maret 2015 di Indonesia. 3.3 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regeresi berganda. Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Penulis menggunakan alat bantu SPSS 22.0 pada windows7. Regresi berganda adalah metode analisis yang tepat ketika penelitian melibatkat satu variabel terikat yang diperkirakan berhubungan dengan satu atau lebih variabel bebas. Tujuan analisis regresi berganda adalah memperkirakan perubahan respon pada variabel terikat terhadap beberapa variabel bebas (Hair,Anderson,Tatham,Black,1995). Menurut (Gujarati, 1999), analisis regresi berganda adalah studi ketergantungan dari variabel dependen pada satu atau lebih variabel lain, yaitu variabel independen. Dengan analisis regresi akan diketahui variabel dependen yang benar-benar signifikan mempengaruhi variabel dependen dan dengan variabel yang signifikan tadi dapat digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen. Untuk dapat mengetahui seberapa jauh pengaruh tingkat Suku Bunga BI (BI Rate) dan Inflasi terhadap Tabungan (DPK Bank Umum), model fungsi yang digunakan : DPK Bank Umum (Tabungan) = f (BI Rate, Inflasi) DPK Bank Umum (Tabungan) = β0 + β1 BI Rate + β2 Inflasi B. Pengujian 3. 4 Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan suatu model yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasis tersebut meliputi:

Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Linearitas dan Uji Autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi te...


Similar Free PDFs