Ancylostoma duodenale PDF

Title Ancylostoma duodenale
Author Vinton El Profesor
Pages 12
File Size 131.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 338
Total Views 1,013

Summary

Ancylostoma duodenale Makalah oleh: Kelompok III (Tiga) Azura Novitri (1206103010065) Cut Fajar Afridayanti (1106103010068) Fauzi Arja (1106103010062) Rahmi Elvira (1206103010078) Ruwaida (1006103050027) Sylvia Andiliani (1206103010051) Vinton Ianda (1106103010012) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDI...


Description

Ancylostoma duodenale Makalah

oleh: Kelompok III (Tiga) Azura Novitri

(1206103010065)

Cut Fajar Afridayanti

(1106103010068)

Fauzi Arja

(1106103010062)

Rahmi Elvira

(1206103010078)

Ruwaida

(1006103050027)

Sylvia Andiliani

(1206103010051)

Vinton Ianda

(1106103010012)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2014 1

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, serta kelapangan berpikir kepada penulis. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah membebaskan umat manusia dari kejemuhan dan kefasikan. Dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Ancylostoma duodenale”. Ucapan

terimakasih kepada dosen yang telah

membimbing mata kuliah Parasitologi. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritikan yang sifatnya membangun masih diperlukan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis hanya berharap semoga makalah ini berguna terutama bagi penulis sendiri dan pembacanya.

Banda Aceh, 18 Maret 2014

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................................... 3 A. Latar Belakang ........................................................................................ 3 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3 C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 4

BAB II

PEMBAHASAN .......................................................................................... 5 A. Ancylostoma duodenale .......................................................................... 5 B. Habitat dan Distribusi Ancylostoma duodenale ...................................... 5 C. Morfologi Ancylostoma duodenale ......................................................... 6 D. Siklus Hidup Ancylostoma duodenale .................................................... 6 E. Patogenesis.............................................................................................. 8 F. Pencegahan Penyakit .............................................................................. 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 10 A. Kesimpulan ........................................................................................... 10 B. Saran ..................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

ii

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Parasitisme merupakan hubungan antara dua organisme, yang satu

diantaranya mendapat keuntungan dan yang lain dirugikan. Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk Nemethelminthes (kelas nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini memiliki alat kelamin terpisah (Parasitologi kedokteran, 1998). Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat disaluran pencernaan manusia. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat. Infeksi cacing ini dapat ditularkan melaui vektor atau kontak langsung. Diantara nematoda intestinal terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted helmints”, yaitu nematoda yang siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif, memerlukan tanah dalam kondisi tertentu. Salah satu nematoda golongan Soil Transmitted Helmints adalah jenis cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Dengan mempelajari Ancylostoma duodenale diharapkan kita mampu mengetahui tentang infeksi Ancylostoma duodenale.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas untuk memperjelas tentang pendekatan

pembelajaran yang diyakini sebagai efektif dan efisien penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.

Dimana letak habitat Ancylostoma duodenale?

2.

Bagaimana distribusi Ancylostoma duodenale?

3.

Bagaimana moerfologi dari Ancylostoma duodenale ?

4.

Sebutkan siklus hidup dari Ancylostoma duodenale!

5.

Sebutkan patogenesis yang diinfeksi oleh Ancylostoma duodenale! 3

6.

Bagaimana pencegahan dari penyakit yang disebabkan Ancylostoma duodenale?

C.

Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mendalami

berbagai hal terkait dengan habitat, distribusi, morfologi, siklus hidup, patogenesis, dan pencegahan penyakit oleh Ancylostoma duodenale.

4

BAB II PEMBAHASAN A.

Ancylostoma duodenale Cacing tambang diberi nama “cacing tambang” karena pada zaman dahulu

cacing ini ditemukan di Eropa pada pekerja pertambangan, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai (Parasitologi kedokteran, 1998).

Ancylostoma

duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Bentuk infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform. Setelah cacing tersebut menetas dari telurnya, munculah larva rhabditiform yang kemudian akan berkembang menjadi larva filariform. Kelainan patologi akibat infeksi cacing tambang dewasa adalah kehilangan darah dari intestinal yang disebabkan invasi parasit ke mukosa dan submukosa usus halus. Kehilangan darah yang kronik ini menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi. Kehilangan protein secara kronik akibat infeksi cacing tambang dapat menyebabkan hipoproteinemia dan anasarka.

B.

Habitat dan Distribusi Ancylostoma duodenale Habitat dari Ancylostoma duodenale adalah usus halus manusia tepatnya

pada usus dua belas jari. Ancylostoma duodenale tersebar luas di seluruh dunia (kosmopolit), terutana di daerah tropis dan subtropis, terutama yang bersuhu panas dan mempunyai kelembaban tinggi. Di Eropa, Jepang dan Cina, infeksi cacing-cacing ini banyak dijumpai pada pekerja tambang, sehingga cacing-cacing ini disebut juga dengan cacing tambang. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, terutama di jejunum dan duodenum manusia dengan melekatkan diri pada membrane mukosa usus dengan menggunakan gigi-gigi kitin atau gigi pemotongnya dan mengisap darah yang keluar dari luka gigitan. 5

C.

Morfologi Ancylostoma duodenale Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut yang

melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale ukurannya lebih besar dari Necator americanus. Yang betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai huruf C. Rongga mulut Ancylostoma duodenale mempunyai dua pasang gigi. Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut bursa copalatrix. Ancylostoma duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir. Telur dspesies ini ukurannya 40 – 60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen. Di tanah dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus. Telur ini di tanah pada suhu 0OC, dapat hidup dalam waktu 7 hari dapat hidup dalam beberapa hari pada suhu 45 OC sedang pada suhu optimum 23 OC-33 OC dalam waktu 24-48 jam telur akan menetas dan keluar larva rhabditiform yang makan dari bahan sisa organik yang ada di sekitarnya. Cacing ini memilki mulut terbuka. Dalam waktu 3-5 hari, larva menjadi panjang dan kurus dengan mulut tertutup dan runcing. Larva ini disebut dengan filariform yang efektif dan dapat hidup di tanah dengan suhu optimum dalam waktu 2 minggu, dan larva ini akan mati bila kemarau, kena panas langsung atau banjir. Larva filaform dapat menembus kulit manusiakapiler darahjantung kananparu-parubronkustrakealaringusus halus, lalu menjadi dewasa. Seekor cacing Ancylostoma duodenale mengisap darah dalam satu hari 0,2-0,3 ml.

D.

Siklus Hidup Ancylostoma duodenale

Cacing tambang jantan berukuran 8-11 mm sedangkan yang betina berukuran 10-13 mm. Cacing betina menghasilkan telur yang keluar bersama feses pejamu (host) dan mengalami pematangan di tanah. Setelah 24 jam telur akan berubah menjadi larva tingkat pertama (L1) yang selanjutnya berkembang menjadi larva tingkat kedua (L2) atau larva rhabditiform dan akhirnya menjadi larva tingkat ketiga (L3) yang bersifat infeksius. Larva tingkat ketiga disebut sebagai larva filariform. Proses perubahan telur sampai menjadi larva filariform terjadi dalam 24 jam.19) Larva filariform 6

kemudian menembus kulit terutama kulit tangan dan kaki, meskipun dikatakan dapat juga menembus kulit perioral dan transmamaria. Adanya paparan berulang dengan larva filariform dapat berlanjut dengan menetapnya cacing di bawah kulit (subdermal). Secara klinis hal ini menyebabkan rasa gatal serta timbulnya lesi papulovesikular dan eritematus yang disebut sebagai ground itch.30) Dalam 10 hari setelah penetrasi perkutan, terjadi migrasi larva filariform ke paru-paru setelah melewati sirkulasi ventrikel kanan. Larva kemudian memasuki parenkim paruparu lalu naik ke saluran nafas sampai di trakea, dibatukkan, dan tertelan sehingga masuk ke saluran cerna lalu bersarang terutama pada daerah 1/3 proksimal usus halus. Pematangan larva menjadi cacing dewasa terjadi disini. Proses dari mulai penetrasi kulit oleh larva sampai terjadinya cacing dewasa memerlukan waktu 6-8 minggu. Cacing jantan dan betina berkopulasi di saluran cerna selanjutnya cacing betina memproduksi telur yang akan dikeluarkan bersama dengan feses manusia. Pematangan telur menjadi larva terutama terjadi pada lingkungan pedesaan dengan tanah liat dan lembab dengan suhu antara 23-33oC. Penularan Ancylostoma duodenale selain terjadi melalui penetrasi kulit juga melalui jalur orofekal, akibat kontaminasi feses pada makanan. Didapatkan juga bentuk penularan melalui hewan vektor (zoonosis) seperti pada anjing yang menularkan A. brazilienze dan A. caninum. Hewan kucing dan anjing juga menularkan A. ceylanicum. Jenis cacing yang yang ditularkan melalui hewan vektor tersebut tidak mengalami maturasi dalam usus manusia menghasilkan 10.000-30.000 telur/hari, dengan masa hidup sekitar 1 tahun. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitive. Telur yang infektif keluar bersama tinja penderita. Di dalam tanah, dalam waktu 2 hari menetas menjadi larva filariform yang infektif. Kemudian larva filaform menembus kulit lalu memasuki pembuluh darah dan jantung kemudian akan mencapai paru-paru. Setelah melewati bronkus dan trakea, larva masuk ke laring dan faring akhirnya masuk ke usus halus dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 4 minggu.

7

Gambar 1 Siklus biologis cacing tambang

E.

Patogenesis Cacing tambang memiliki alat pengait seperti gunting yang membantu

melekatkan dirinya pada mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Setelah terjadi pelekatan, otot esofagus cacing menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan intestinal ke dalam kapsul bukal cacing. Akibat kaitan ini terjadi ruptur kapiler dan arteriol yang menyebabkan perdarahan. Pelepasan enzim hidrolitik oleh cacing tambang akan memperberat kerusakan pembuluh darah. Hal itu ditambah lagi dengan sekresi berbagai antikoagulan termasuk diantaranya inhibitor faktor VIIa (tissue inhibitory factor). Cacing ini kemudian mencerna sebagian darah yang dihisapnya dengan bantuan enzim hemoglobinase, sedangkan sebagian lagi dari darah tersebut akan keluar melalui saluran cerna. Masa inkubasi mulai dari bentuk dewasa pada usus sampai dengan timbulnya gejala klinis seperti nyeri perut, berkisar antara 1-3 bulan. Untuk meyebabkan anemia diperlukan kurang lebih 500 cacing dewasa. Pada infeksi yang berat dapat terjadi kehilangan darah sampai 200 ml/hari, meskipun pada umumnya didapatkan perdarahan intestinal kronik yang terjadi perlahanlahan. Terjadinya anemia defisiensi besi pada infeksi cacing tambang tergantung pada status besi tubuh dan gizi pejamu, beratnya infeksi (jumlah cacing dalam usus penderita), serta spesies cacing tambang dalam usus. Infeksi A. duodenale menyebabkan perdarahan yang lebih banyak dibandingkan N. americanus. Gejala klinis nekatoriasis dan ankilostomosis ditimbulkan oleh adanya larva maupun cacing dewasa. Apabila larva menembus kulit dalam jumlah banyak, akan menimbulkan rasa gatal-gatal dan kemungkinan terjadi infeksi sekunder. Gejala klinik yang disebabkan oleh cacing 8

tambang dewasa dapat berupa nekrosis jaringan usus, gangguan gizi dan gangguan darah.

F.

Pencegahan Penyakit Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain: 1.

Menjaga kebersihan diri.

2.

Menghindari kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya.

3.

Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketikabepergian.

4.

Meminum vitamin B12 dan asam folat. Pencegahan

dapat

dilakukan

dengan

perbaikan

lingkungan

dengan

meniadakan tanah berlumpur serta pemakaian alas kaki saat melewati daerah habitat cacing tambang, sangat dianjurkan. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan menurunkan kemungkinan infeksi Ancylostoma duodenale. Belum terdapat vaksin cacing tambang yang efektif untuk manusia.

9

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut: 1.

Cacing tambang diberi nama “cacing tambang” karena pada zaman dahulu cacing ini ditemukan di Eropa pada pekerja pertambangan, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai (Parasitologi kedokteran, 1998).

2.

Ancylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang.

3.

Kelainan patologi akibat infeksi cacing tambang dewasa adalah kehilangan darah dari intestinal yang disebabkan invasi parasit ke mukosa dan submukosa usus halus. Kehilangan darah yang kronik ini menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi. Kehilangan protein secara kronik akibat infeksi cacing tambang dapat menyebabkan hipoproteinemia dan anasarka.

4.

Pencegahan

dapat

dilakukan

dengan

perbaikan

lingkungan

dengan

meniadakan tanah berlumpur serta pemakaian alas kaki saat melewati daerah habitat cacing tambang, sangat dianjurkan. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan menurunkan kemungkinan infeksi Ancylostoma duodenale. Belum terdapat vaksin cacing tambang yang efektif untuk manusia.

B.

Saran Adapun saran yang dapat disampaikan pada makalah ini adalah: 1.

Pembaca diharapkan mampu mengetahui berbagai informasi mengenai Ancylostoma duodenale.

2.

Informasi mengenai cara pecegahan penyakit yang disebabkan oleh Ancylostoma duodenale diharapkan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 10

DAFTAR PUSTAKA

Manalu, Mangatas SM dkk. 2006. Infeksi Cacing Tambang. Jurnal Dexa Media, 19(4): 187-191. Rawina Winita. 2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan Di Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan, Vol. 16(2): 201-206. Siregar, Charles D. 2006. Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Sari Pediatri, 8(2): 112-117. Suriptiastuti. 2006. Infeksi soil-transmitted helminth: ascariasis, trichiuriasis dan cacing tambang. Jurnal Universa Medicina, 25(2): 84-93.

11...


Similar Free PDFs