Artikel kesetaraan gender PDF

Title Artikel kesetaraan gender
Author Fazira Harahap
Pages 6
File Size 218.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 184
Total Views 304

Summary

KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI INDONESIA OLEH Fazira Nur Azzura Harahap Prodi Manajemen Produksi Media, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan manusia merupakan tujuan ke-5 atau poin ke-5 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ...


Description

KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI INDONESIA

OLEH Fazira Nur Azzura Harahap Prodi Manajemen Produksi Media, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan manusia merupakan tujuan ke-5 atau poin ke-5 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s). Tidak hanya sebagai tujuan SDG’s, tetapi kesetaraan gender juga merupakan integrasi dari segala dimensi. Percapaian seluruh tujuan SDG’s bergantung kepada poin ke-5. Kesetaraan Gender memiliki penjelasan yang menjadi tujuan utamanya, yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan. Perempuan dan anak perempuan dimanapun harus memiliki hak, kesempatan, dan bisa dapat hidup tentram tanpa kekerasan dan diskriminasi. Berikut beberapa tujuan atau sasaran global mengenai tujuan kelima. Pertama adalah mengakhiri segala bentuk diskriminasi. Kedua, menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi seksual serta berbagai jenis eksploitasi lainnya. Ketiga, menghilangkan semua praktek berbahaya, seperti pernikahan anak, pernikahan dini dan paksa, serta sunat perempuan. Terakhir adalah menjamin partisipasi penuh dan efektif, serta memperoleh kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat. Pada dasarnya semua orang sepakat bahwa perempuan dan laki-laki berbeda. Namun, gender bukanlah sekedar perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan sebagai pemberian Tuhan. Gender lebih ditekankan pada perbedaan peranan dan fungsi yang ada dan dibuat oleh masyarakat. Oleh karena itu, gender penting dipahami dan dianalisa secara lebih lanjut untuk melihat apakah perbedaan tersebut menimbulkan diskriminasi dalam arti perbedaan yang menimbulkan kerugian dan penderitaan terhadap pihak perempuan. Hal ini harus dikaji lebih lanjut agar kita dapat memahami konsep dan masalah yang sedang diskusikan, serta mengetahui yang dikaji dari beberapa aspek. Hasilnya, dengan diberikannya akses yang sama terhadap pendidikan, perawatan, kesehatan, pekerjaan yang layak, dan perlindungan, diharapkan dapat mendorong kesejahteraan bagi perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia. Dengan menerapkannya kerangka hukum yang baru dan khusus dengan perempuan sebagai targetnya sangat berperan penting dalam mengakhiri diskriminasi gender pada saat ini. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan memperoleh informasiinformasi dan data-data yang dibutuhkan dalam pembuatan artikel jurnal. Informasi yang diperoleh melalui analisis data sekunder dan primer, serta hasil riset. Kata kunci: Kesetaraan Gender, Perempuan, Diskriminasi

1

PENDAHULUAN Di saat dunia telah mencapai peningkatan mengenai Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di bawah naungan MDG’s (termasuk kesetaraan akses untuk pendidikan antara perempuan dan lakilaki), perempuan dan anak perempuan pada faktanya masih mengalami penderitaan dan kekerasan di seluruh bagian dunia. Kesetaraan Gender bukan hanya sebagai hak manusia belaka yang fundamental, tetapi juga sebagai fondasi dari kedamaian dan kemakmuran dunia. Berikut adalah fakta mengenai Ketidaksetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan dan anak perempuan di dunia: Terdapat 750 juta perempuan dan anak perempuan yang menikah sebelum usia mereka 18 tahun, di 18 negara, suami dapat secara hukum mencegah istri mereka untuk bekerja, perempuan melakukan pekerjaan 2,6 lebih dari laki-laki pada umumnya, dan mendapat gaji yang tidak sesuai serta tidak setara, di 39 negara, anak perempuan dan anak laki-laki tidak memiliki hak waris yang setara. Di Indonesia sendiri, masalah mengenai kesetaraan gender termasuk masalah utama yang sedang dihadapi. Sepanjang tahun 2017, Indonesia berada di peringkat 84 dari 144 negara dalam indeks ketimpangan gender dunia 2017. Masyarakat Indonesia masih sulit untuk menghargai perbedaan gender sehingga timbul banyak masalah mengenai hal itu. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganut budaya patriarki. Kebudayaan yang dimotori oleh budaya patriarki ini menafsirkan perbedaan biologis menjadi indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol, dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi. Akhirnya

tuntutan peran, tugas, kedudukan dan kewajiban yang pantas dilakukan oleh lakilaki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Ada sebagian masyarakat yang sangat kaku dalam membatasi peran yang pantas dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan, misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk ke dapur atau menggendong anaknya di depan umum dan tabu bagi seorang perempuan untuk sering keluar rumah untuk bekerja. Budaya ini menyebabkan ketimpangan gender yang cukup dirasakan oleh kaum perempuan. Masih adanya adat istiadat atau norma yang mengatur bahwa perempuan seharusnya bekerja di rumah saja hingga mengurus suami dan anak serta rumah tangga sendiri menjadikan perempuan tidak dapat berperan lebih. Tidak hanya dalam perbedaan gender, Indonesia masih krisis akan pemberdayaan perempuan dan anak perempuan. Dapat ditemui banyak kasus berlatarbelakangkan kurangnya pemberdayaan perempuan dan anak perempuan, bagaimana perempuan kurang mendapat keadilan, bagaimana anak perempuan telah kehilangan kehidupan masa-masa sesuai umur mereka. Berikut adalah fakta mengenai ketidaksetaraan gender di Indonesia dan kurangnya pemberdayaan perempuan dan anak perempuan. Pada 2015, hanya terdapat 7,48% kandidat perempuan dalam posisi kepemimpinan di pemerintahan daerah (gubernur, bupati atau walikota), sementara 92,52% dipegang oleh laki-laki. Walaupun pada nyatanya peraturan perundangundangan telah berlaku untuk mendorong keterlibatan perempuan dalam segala sector kehidupan. Tetapi terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan 2

memperoleh hasil penelitian berupa banyak perempuan di berbagai daerah di Indonesia yang sudah sudah mudah memasuki psosisi kepemimpinan di pemerintahan. Contohnya di Sulawesi Utara, menurut sumber yang telah melakukan penelitian, banyak faktor yang menyebabkan dan mendukung perempuan untuk lebih mudah memasuki dunia politik. Selanjutnya, pada 2014, terdapat 293.220 kasus kekerasan terhadap

perempuan, 68% di antaranya merupakan kasus KDRT. Terlebih, rata-rata terdapat 3.000 hingga 6.500 kasus kekerasan terhadap perempuan setiap tahunnya. Terakhir, dalam sebuah laporan Pelapor Khusus PBB mengenai perumahan layak, 65% status kepemilikan lahan baru didaftarkan atas nama laki-laki, sementara 35% sisanya atas nama perempuan.

PEMBAHASAN Masalah ketidaksetaraan gender dalam masyarakat Indonesia melingkupi konsep yang melatarbelakanginya. Berikut dibagi menjadi lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan kesehatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan politik, dan hak kepemilikan. Lingkungan Keluarga adalah landasan atau hal paling mendasar dari berkembangnya ketidaksetaraan gender. Dapat kita ketahui posisi perempuan dalam keluarga pada umumnya dan di masyarakat Indonesia pada khususnya, masih berada di bawah laki-laki. Banyak hal seperti istri tidak boleh bekerja, terlebih bekerja di luar rumah, mereka tidak mendapat persetujuan dari suami mereka sendiri. Dan lebih memperihatikannya lagi, masih banyak suami merasa tabu bila istri berpendapatan lebih tinggi dibandingkan mereka. Masalah yang dapat timbul dari lingkungan keluarga berikutnya adalah kekerasan. Kekerasan dialami perempuan oleh suaminya. Kekerasan pada rumah tangga (KDRT) sendiri dapat terjadi akibat banyak faktor. Faktor bisa berupa ekonomi, perbedaan pendapat, pekerjaan istri, pendapatan istri, kebiasaan dan kekuasaan suami, serta pemahaman yang salah dalam ajaran agama.

Pencapaian yang jauh lebih baik berada dalam ruang lingkup pendidikan. Walaupun pada nyatanya perempuan masih berada di baris terakhir untuk memperoleh pendidikan. Angka buta huruf pun lebih banyak diderita oleh kaum hawa. Hal ini bahkan sudah terjadi sejak masa sebelum Indonesia merdeka. Pada faktanya, kesetaraan di dalam lingkungan pendidikan di Indonesia telah mencapai 98,6% bedasarkan data. Beberapa kasus pada lingkungan pendidikan di Indonesia adalah banyak perempuan yang tidak mendapat akses pendidikan karena gelar dan ilmu mereka tidak boleh melebihi laki-laki. Pada Lingkungan Kesehatan, Indonesia sudah mencapai pencapaian yang lebih unggul. Beberapa kasus tetapi masih banyak di temukan yaitu hanya sedikit presentasi wanita yang menikah membuat keputusan sendiri tentang hubungan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan perawatan kesehatan. Di Lingkungan Pekerjaan lah terjadi ketimpangan dalam ketidaksetaraan gender. Walaupun perempuan pada faktanya mudah mendapat pekerjaan apa saja karena kemampuannya, tetap terjadi perbedaan yang signifikan. Pekerjaan seputar bidang 3

pelayanan jasa seperti bidang administrasi, perawat, pelayan toko, buruh pabrik, asisten rumah tangga, pedagang di khawasan tempat tinggal, menjadi pekerjaan umum perempuan. Namun, bagi perempuan semua pekerjaan itu dilakukan mereka karena desakan ekonomi rumah tangga dan minimnya lapangan pekerjaan di dalam negeri untuk perempuan. Lingkungan Politik sudah sempat dikupas yaitu kondisi politik Indonesia yang didominasi oleh kaum adam. Dunia politik merupakan ranah untuk berkompetisi bagi para calon pemimpin sebagai pengambil keputusan. Perempuan dinilai sebagai sosok yang kurang objektif. Perempuan juga cenderung lebih sulit untuk mendapatkan peran dalam sosial, sehingga sulit bagi perempuan untuk mengungguli posisi lakilaki. Pola asuh perempuan juga cenderung mempersiapkan diri mereka sebagai sosok yang akan menjalankan tanggung jawab pada urusan domestik di kemudian hari. Hal ini menyulitkan mereka untuk terjun ke ranah publik melalui politik. Mengenai hak kepemilikan, menurut Undang-Undang Pokok Agraria pasal 20, ditetapkan hal bahwa laki-laki dan perempuan memilliki hak kepemilikan yang sama. Tidak hanya itu, perempuan di Indonesia memiliki hak hukum untuk akses terhadap properti, tanah, serta pinjaman bank dan kredit. Hal yang sangat memprihatinkan adalah tetap saja terjadi diskriminasi di beberapa kasus seperti hanya seorang suami yang berhak memiliki nomor pajak pribadi, dan nomor pajak seorang istri harus dimasukkan ke dalam catatan suami.

Aspek-aspek yang dapat ditingkatkan sebagai jalan keluar bagi masalah ketidaksetaraan gender yang terjadi di Indonesia dibagi menjadi tiga. Pertama yaitu Aspek Yuridis (Hukum), kedua yaitu Aspek Kepemerintahan, dan ketiga adalah aspek kepribadian. Dengan adanya peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai kriteria pekerjaan pada keterampilan, bukan bedasarkan jenis kelamin, membuat standar upah bedasarkaan tingkat pekerjaan yang dilakukan, adanya perundang-undangan mengenai kekerasan terhadap perempuan, serta ditingkatkannya perundang-undangan mengenai ketidaksetaraan gender, Aspek Yuridis (Hukum) dapat menyeimbangkan masalah ketidaksetaraan gender di Indonesia. Aspek Kepemerintahan dapat ditingkatkan melalui subsidi yang diberikan, pengajakkan pihak lain untuk melakukan investasi di bidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan perempuan, serta peningkatan terbukanya lapangan pekerjaan untuk perempuan tanpa diskriminasi. Aspek Kepribadian adalah aspek dari diri masing-masing pribadi. Dapat ditingkatkan dengan berani bertindak untuk memperoleh hak asasi manusia dan membela harga diri, memunculkan rasa sadar sebelum melakukan pernikahan dini, pernikahan anak, pernikahan paksa, berani membuktikkan kepada publik/ masyarakat dan dunia bahwa perempuan mampu melakukan hal yang selayaknya dilakukan okeh laki- laki dan melakukan suatu pekerjaan secara professional, serta memperoleh pendidikan minimal 9 tahun.

4

KESIMPULAN Diskriminasi gender telah melahirkan ketimpangan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ketimpangan ini sendiri lebih banyak dialami perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Kesetaraan gender dan pemberdayaan bukan hanya hak asasi manusia yang mendasar, tetapi landasan dan fondasi yang diperlukan untuk dunia yang tentram dan damai. Untuk mengubah keadaan pada kondisi perempuan, hal ini sangat berkaitan dengan feminisme. Feminisme memiliki arti yaitu berjuang untuk memperjuangkan hakhak kaum perempuan sebagai kelas sosial dengan tujuan yaitu keseimbangan, interelasi gender, pembebasan perempuan dari rasisme, stereotyping, seksisme, dan sebagainya.

Gerakan kaum wanita ini ditujukan sebagai suatu bentuk penolakan terhadap segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Dengan ini, diharapkan dapat diubahnya keadaan pada kondisi perempuan melalui cara yaitu dengan meluruskan pandangan yang salah mengenai laki-laki dan perempuan, menghapus budaya patriarki, mengikis sikap superioritas (merasa lebih unggul) dan inferioritas (merasa lebih rendah), serta memberi hak-hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

K4 Health. 2015. Sekitar Masalah Gender

Leviane Jackelin Lotulung, Deddy Mulyana. 2018. Perempuan Dalam Politik di Sulawesi Utara.

https://www.k4health.org/toolkits/indonesia/ sekitar-masalah-gender

http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumaniora/ar ticle/view/14889

UN Women. 2017. SDG 5: Achieve gender equality and empower all women and girls

Jurnal Perempuan. 2018. Hukum Pidana dan Ketimpangan Gender

http://www.unwomen.org/en/news/infocus/women-and-the-sdgs/sdg-5-genderequality

https://www.jurnalperempuan.org/jurnalperempuan.html

Kompasiana Echy Rosalia. Permasalahan Gender di Indonesia

Komnas HAM. 2017. Tujuan 5: Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Semua Perempuan dan Anak Perempuan.

https://www.kompasiana.com/echyrosalia/5 510da6ba333110237ba8f47/permasalahangender-di-Indonesia

https://sdg.komnasham.go.id/sdgcontent/uploads/2017/04/Tujuan-5.pdf

IDN Times. 2018. Menilik Ketimpangan Gender di Indonesia

United Nations. 2016. Gender Equality

https://rappler.idntimes.com/sakinahhaniy/menilik-fakta-ketimpangan-genderindonesia-1/full

https://www.un.org/sustainabledevelopment/ gender-equality/

2013.

5

Gajimu.com. 2018. Perempuan Dan Teriakannya Seputar Kesetaraan Gender. https://gajimu.com/tips-karir/Tentangwanita/perempuan-dan-teriakannya-seputarkesetaraan-gender

6...


Similar Free PDFs