Assessing AND Responding TO Fraud Risks PDF

Title Assessing AND Responding TO Fraud Risks
Author Gita Cahya Purnama
Course Pengauditan I
Institution Universitas Airlangga
Pages 13
File Size 174.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 188
Total Views 408

Summary

ASSESSING AND RESPONDING TO FRAUD RISKSA. Jenis – jenis Kecurangan 1) Kecurangan dalam pelaporan keuangan Kecurangan dalam pelaporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sering disengaja dengan tujuan untuk mengelabui dan menipu para pengguna lapor...


Description

ASSESSING AND RESPONDING TO FRAUD RISKS A. Jenis – jenis Kecurangan 1) Kecurangan dalam pelaporan keuangan Kecurangan dalam pelaporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sering disengaja dengan tujuan untuk mengelabui dan menipu para pengguna laporan keuangan. 2) Penyalahgunaan Aktiva Penyalahgunaan aktiva merupakan kecurangan yang melibatkan kecurian atau aset milik entitas. Penyalahgunaan aktiva melibatkan pencurian aktiva entitas. Nilai aktiva yang dicuri biasanya tidakmaterial tapi terakumulasi selama beberapa waktu. Pencurian aktiva dapat dilakukan oleh pegawai rendah dan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh manajemen itu sendiri.

B. Kondisi yang Menyebabkan Kecurangan Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316) dinamakan dengan sgitiga kecurangan (fraud triangle): 1.

Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan.

2.

Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan.

3.

Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan 

Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan. Sebagai contoh, penurunan laba dapat mengancam kemampuan perusahaan dalam mendapatkan pendanaan. Perusahaan mungkin juga melakukan manipulasi laba untuk memenuhi proyeksi analis pasar, atau untuk menggelembungkan harga saham. Dalam beberapa kasus, manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga reputasi mereka.



Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan. Sebagai contoh, terdapat kemungkinan salah saji dalam persediaan bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki persediaan yang terletak di beberapa tempat yang berbeda. Risiko salah saji persediaan lebih meningkat jika terjadi kemungkinan keusangan persediaan.



Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Jika CEO atau manajer puncak lainnya menunjukkan dominasi terhadap proses penyusunan laporan keuangan, seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi laba para analis pasar, kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan menjadi lebih besar. Karakter manajemen atau seperangkat etika juga dapat membuat manajemen lebih mudah dalam membenarkan perilaku kecurangan.

Faktor-Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset 

Insentif/Tekanan Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang menyalahgunakan aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau mereka yang terlibat dalam masalah kecanduan narkotika dan perjudain, dapat mencuri untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Dalam kasus lain, pegawai yang tidak puas dapat melakukan pencurian hanya utnuk menunjukkan kehebatan mereka atau untuk menyerang perusahaan.



Kesempatan Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan. Namun, kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memiliki persediaan atau aset berharga lainnya, khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah dipindah-pindahkan. Sebagai contoh, kasino-kasino yang menangani sejumlah besar uang kas dengan pencatatan formal yang sangat kecil atas penerimaan kas. Demikian pula, pencurian komputer laptop lebih sering terjadi dbandingkan dengan pencurian terhadap komputer meja.



Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan para karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset. Jika manajemen mencurangi para pelanggannya dengan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk barang-barang atau terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai

dapat merasa bahwa mereka juga dibenarkan untuk berbuat yang serupa dengan memalsukan pengeluaran atau memalsukan waktu kerja.

C. Mengukur Risiko Kecurangan Auditor memiliki tanggung jawab untuk menghadapi risiko kecurangan dengan merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa salah saji material, baik disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, dapat terdeteksi. Skeptisme Profesional Dalam praktiknya menjaga skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena meskipun terdapat beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi, kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan keuangan yang dilakukan setiap tahun. Berpikir Kritis. Selama merencanakan audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus membahas kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis disepangjang pengauditan untuk mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit. Evaluasi Kritis atas Bukti Audit. Auditor harus berhati-hati untuk tidak membenarkan atau mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu insiden yang terpisah. Sebagai contoh, katakanlah seorang auditor menemukan adanya penjualan ditahun berjalan yang seharusnya secara tepat diakui sebagai penjualan pada tahun berikutnya. Auditor haruss mengevaluasi alas an salah saji tersebut, menentukan apakah hal tersebut disengaja atau tidak, dan mempertimbangkan apakah salah saji lainnya mungkin juga telah terjadi.

Sumber-Sumber Informasi untuk Mengukur Risiko Kecurangan Komunikasi Antara Sesama Tim Audit. PSA 70 mengharuskan tim audit untuk melakukan diskusi untuk berbagi pemahaman dari anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan untuk “urun rembug” ide-ide yang menyangkut hal berikut. 1.

Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak dicurigai terdapat salah saji yang disebabkan oleh kecurangan.

2.

Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam laporan keuangan.

3.

Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.

4.

Bagaimana auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan

Tanya Jawab dengan Manajemen. Tanya jawab dengan manajemen dan pihak lainnya

dalam

perusahaan

memberikan

kesempatan

bagi

para

pegawai

untuk

memberitahukan informasi yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan pihak lain. Selain itu, jawaban mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan auditor seringkali membuka informasi atas kemungkinan adanya kecurangan. Faktor-Faktor Risiko. PSA 70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah factor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan atau sikap atau rasionalisai digunakan untuk membenarkan tindakan kecurangan. Keberadaan factor-faktor risiko tidak berarti telah terjadi kecurangan, melainkan bahwa kemungkinan terjadinya kecurangan lebih tinggi. Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut beserta informasi lainnya yang digunakan untuk mengukur risiko kecurangan. Prosedur analitis. Karena terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali melibatkan manipulasi pendapatan, PSA 70 mengharuskan auditor untuk melakukan prosedur analitis pada akun-akun pendapatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hubunganhubungan yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan ekspetasi dalam akun-akun pendapatan yang mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan. Informasi Lainnya. Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang telah mereka dapatkan dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko kecurangan.

D.

Pengawasan Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi Risiko Kecurangan Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan prosedur pengendalian untuk mengurangi resiko kecurangan yang dapat dilakukan melalui kombinasi antara tindakan pencegahan,antisipasi dan pendeteksian. Dengan menerapkan program-program dan pengendalian antikecuragan, manajemen dapat mencegah kecurangan dengan mengurangi kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Untuk membantu manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA, bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program dan Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi Kecurangan. Panduan tersebut mengidentifikasi adanya 3 elemen untuk mencegah,mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan, yaitu Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi, Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi resikoresiko kecurangan dan pengawasan dari komite Audit.

1.

Budaya Kejujuran dan Etika yang Bernilai Tinggi Cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan mengantisipasinya yaitu dengan menerapkan program-program dan pengendalian antikecurangan yang berdasarkan pada nilai-nilai utama yang dianut oleh perusahaan. Dengan adanya nilai-nilai tersebut dapat membantu menciptakan suatu budaya kejujuran dan etika yang dapat menjadi dasar bagi tanggung jawab para pegawai. Terdapat 6 elemen untuk menciptakan budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi, yaitu :

Ø Teladan Dari Pimpinan Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk meberikan teladan dalam perilaku yang beretika dalam perusahaan melalui komunikasi yang baik terhadap bawahannya serta meyakinkan bahwa perilaku tidak jujur atau tidak etis tifak dapat diterima,walaupun itu menguntungkan bagi perusahaan. Ø Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif Lingkungan kerja yang positif dapat menciptakan moral pegawai yang lebih baik sehingga akan mengurangi kemungkinan dilakukannya kecurangan terhadap perusahaan. Caranya yaitu dengan mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap pegawai dan memberikan suatu proses pengaduan jika ada kecurigaan atau ada kecurangan atau potensi pelanggaran kode etik lainnya. Ø Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat Perlu adanya kebijakan pemilihan yang efektif terkait dengan penempatan orang yang nantinya akan memegang posisi-posisi penting. Kebijakan mencakup latar belakang kandidat yang akan dipekerjakan atau yang dipromosikan untuk posisi penting. Ø Pelatihan Pelatihan disini terkait pelatihan mengenai kewaspadaan terhadap kecurangan dalam perusahaan sesuai dengan tanggungjawab spesifik pegawai (sesuai posisi pegawai dalam perusahaan) sehingga nantinya akan mampu mengkomunikasikan jika terdapat kecurangan dalam bagiannya masing-masing. Ø Konfirmasi Para pegawai diminta untuk membuat pernyataan bahwa mereka memahami ekspetasi perusahaan dan telah mematuhi kode etik, serta mewaspadai segala bentuk pelanggaran. Dengan konfirmasi ini dapat membantu penegakan kebijakan kode etik. Ø Disiplin Menyangkut penyelidikan menyeluruh atas semua pelanggaran beserta penanganannya yang tepat dan konsisten dan pertanggungjawaban pegawai jika tidak mematuhi kode etik

perusahaan

serta

pemberian

punishment

atas

pelanggaran

kode

etik

tanpa

mempertimbangakan jenjang pegawai yang melakuakn tindakan tersebut.

2.

Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi resiko-resiko kecurangan Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka untuk melakukan dan menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab untuk melakukan tindakantindakan sebagai berikut :

Ø Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan Dimulai dari kesadaran manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi dan hamper setiap pegawai mampu melakukan tindakan yang tidak jujur pada kondisi lingkungan yang normal serta mengidentifikasi factor-faktor yang dapat menimbulkan kecurangan dalam perusahaann. Ø Menangani Resiko Kecurangan Manajemen bertanggung jawab untuk mrancang dan menerapkan program-program dan pengendalian untuk menangani resiko kecurangan. Dapat dilakukan dengan cara mengubah aktivitas dan proses bisnis yang rentan terhadap terjadinya kecurangan. Ø Pengawasan dalam program-program dan pengendalian pencegahan kecurangan Manajemen secara berkala harus mengevaluasi apakah program-program pengendalian antikecurangan telah diterapkan dan berjalan secara efektif, tentunya melalui pengendalian internalnya.

3.

Pengawasan dari Komite Audit Komite Audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses penyusunan laporan keuangan dan pengendalian internal organisasi. Komite audit juga membantu menciptakan suatu teladan yang efektif mengenai kejujuran dan etika dalam perusahaan dengan tidak memberikan toleransi sama sekali terhadap setiap tindakan kecurangan. Pengawasan yang dilakukan komite audit juga bertindak sebahgai pencegah kecurangan oleh manajemen senior.

E.

Menghadapi Risiko Kecurangan Manajemen tentunya memliki program-program yang dirancang untuk mencegah, mengantisipasi dan mendeeteksi kecurangan. Namun perlu juga dilakukan pertimbangan oleh auditor apakah program-program anti kecuranagn tersebut dapat mengatasi risiko yang ada atau apakah kelemahan dalam pengendalian telah meningkatkan resiko kecurangan. Dari hal tersebut maka timbulah respon auditor yang mencakup hal-hal sebagai berikut :

1.

Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit Pelaku kecurangan seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit. Untuk alasan itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak dapat diprediksi.

2.

Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan Auditor merancang prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko audit spesifik sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang teridentifikasi.

3.

Merancang dan Melakukan Prosedur-Prosedur untuk mengatasi Dominasi Manajemen Terhadap Pengendalian. Resiko Dominasi Manajemen terhadap pengendalian muncul pada hamper semua pengauditan. Karena seringkali posisi manajemen dijadikan posisi yang paling efektif untuk melakukan kecurangan melalui manipulasi pengendalian internal. Oleh sebab itu auditor harus menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap pengauditan untuk mengatasi resiko dominasi oleh manajemen.

4.

Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan harus terus berjalan di sepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian resiko lainnya dengan mewaspadai kondisi-kondisi sebagai berikut :

Ø Ketidakkonsistenan dalam pencataan akuntansi Ø Bukti audit yang bermasalah atau hilang Ø Hubungan yang problematic atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen. Ø Hasil dari pengujian substantive atau penelaahan akhir dari prosedur analitis yang mengindikasikan adanya kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui. Ø Jawaban terhadap pertanyan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau tidak masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.

F.

Bagian – bagian Risiko Kecurangan Spesifik

1.

Resiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang Pendapatan dan beberapa akun piutang yang terkait serta akun kasi biasanya sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Dan contoh dari kecurangan tersebut seperti :

·

Risiko kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan. Ada banyak alasan mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi. Yang paling penting pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba rugi, sehingga suatu salah saji yang hanya

berupa presentasi penjualan yang kecil tetap dapat berpengaruh besar terhadap laba. Alasan lain pendapatan merupakan akun yang rentan terhadapa manipulasi adalah kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam berbagai situasi. i.

Pendapatan fiktif. bentuk kecurangan yang paling fatal

melibatkan penciptaan pendapatan-pendapatan fiktif, banyak kasus yang telah terungkap dengan cara menciptakan pendapatan-pendapatan fiktif. umumnya pelaku mengetahui atau memahami pihak-pihak yang melakukan pengisihan arsip dokumen untuk menciptakan kebijakan-kebijakan fiktif. ii.

Pengakuan pendapatan yang premature. Hal ini merupakan

pencatatan pendapatan yang bukan seharusnya di tempatnya. Missal, penpatan yang seharusnya di catat diperiode mendatang tetapi oleh pelaku sudah dicatat pada periode berjalan. iii.

Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan. Penyesuaian

pendapatan yang paling umum melibatkan retur penjualan dan pengurangan harga. Sebuah perusahaan dapat menyembunyikan retur penjualan dari auditornya untuk melebihsajikan penjualan bersih dan laba. Jika barang yang dikembalikan dihitung sebagai bagian dari persediaan fisik, maka retur barang tersebut dapat meningkatkan laba yang dilaporkan. Dalam kasus ini, peningkatan dalam suatu asset diakui melalui perhitungan fisik persediaan, namun pengurangan terhadap saldo akun piutang dagang yang terkait tidak dilakukan. ·

Tanda-tanda peringatan kecurangan dalam pendapatan. Terdapatan banyak tanda-tanda peringatan yang mengidentifikasi adanya suatu kecurangan, tetapi ada dua peringatan yang paling berguna didapatkan dari prosedur analitis dan ketidakkecocokan dalam dokumendokumen. i.

Prosedur analitis. Prosedur analitis sering kali dapat menandai

kecurangan dalam pendapatan, khususnya dari presentase margin kotor dan perputaran piutang dagang. Pendapatan fiktif akan melebihsajikan presentasi margin laba, pengakuan pendapatan yang premature juga melebihsajikan margin laba kotor jika biaya penjualan yangterkait tidak diakuin. Penjualan fiktif juga perputaran piutang Karena penjualan fiktif juga dimasukan dalam piutang tak tertagih. ii.

Ketidakcocokan dokumen. Meskipun usaha terbaik telah

dilakukan oleh pelaku kecurangan, transaksi-transaksi fiktif jarang memiliki tingkat keandalan bukti yang sama sebagaimana yang dihasilkan dari transaksi-transaksi yang sah. Para auditor harus mewaspadai penandaan dan perubahan yang tidak biasa dalam dokumendokumen dan meraka harus mengandalkan dokumen asli daripada salianan dokumen tersebut.

Karena pelaku kecurangan mencoba untuk menutupi kecurangan yang ia lakukan, meski hanya satu transaksi yang tidak biasa yang ditemukan dalam suatu stempel harus dipertimbangkan sebagai potensi indicator kecurangan yang harus diselidiki lebih lanjut. ·

Tanda-tanda peringatan penyalahgunaan pendapatan dan penerimaan kas. Pencurian atas penjualan dan penerimaan kas yang terkait yang jumlahnya relative kecil dapat dicegah dan dideteksi dengan lebih baik oleh pengendalian internal.yang dirancang untuk meminimalisasi kesempatan untuk melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan perbandingan perbandingan lainnya dapat berguna untuk mendeteksi kecurangan tersebut.

2.

Risiko Kecurangan dalam Persediaan Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar perusahaan dan auditor sering kali kesulitan untuk memverifikasi keberadaan dan penilaian persediaan.

·
<...


Similar Free PDFs