ASUHAN KEPERAWATAN ATRITIS REUMATOID PDF

Title ASUHAN KEPERAWATAN ATRITIS REUMATOID
Author Dhea Yunitha Pratiwi
Pages 43
File Size 178.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 539
Total Views 751

Summary

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana, secara simetris persendian (biasanya sendi tangan...


Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana, secara simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013) Penderita artritis reumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita artritis reumatoid. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit artritis reumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun. (Junaidi,2013) Prevalensi penyakit sendi atau Rematik di Indonesia berdasar diagnosis sebesar 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi berada di Bali yaitu berjumlah 19,3% dan terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 5,6%. Sedangkan prevalensi penyakit sendi di provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 15,6% (Riskesdas, 2013). Hasil dari Laporan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2013, didapatkan angka kejadian gangguan jaringan lunak lainnya (reumatik) menempati posisi keempat dari 10 penyakit terbesar di kota Palembang dengan jumlah penderita 45.153 jiwa sedangakan pada tahun 2014, didapatkan angka kejadian gangguan jaringan lunak lainnya (reumatik) mengalami peningkatan angka kejadian dengan jumlah penderita yaitu sebanyak 49.292

1

Poltekkes Kemenkes Palembang

2

jiwa kemudian pada bulan Januari sampai bulan April 2015, didapatkan angka kejadian gangguan jaringan lunak lainnya (reumatik) menempati posisi keempat dari 10 penyakit terbesar di kota Palembang dengan jumlah penderita 18.260 jiwa. Puskesmas Basuki Rahmat Palembang merupakan wilayah yang padat penduduk dimana kasus Artritis Reumatoid sering terjadi pada wilayah tersebut dengan total kunjungan pasien mencapai 1.000 sampai 2.000 jiwa pada setiap bulannya. Data dari Puskesmas Basuki Rahmat menunjukkan bahwa pada tahun 2013 penyakit akut pada system otot dan jaringan pengikat, tulang sendi serta reumatik termasuk dalam urutan ke-2 dari 10 penyakit terbesar dengan jumlah penderita sebanyak 3.499 jiwa. Sedangkan pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit akut pada system otot dan jaringan pengikat, tulang sendi serta rematik yaitu sebanyak 3.562 jiwa (Profil Puskesmas Basuki Rahmat Palembang, 2014). Dampak dari penyakit rematik adalah terganggunya aktivitas karena nyeri, tulang menjadi keropos, terjadi perubahan bentuk tulang. Dari 100 jenis rematik, diketahui Artritis Reumatoid yang dapat menyebabkan kecacatan yang paling parah pada penderitanya. Asupan makanan yang kurang sehat, kurangnya berolahraga, stress dan lain sebagainya diketahui sebagai faktor pencetus terjadinya rematik. Salah satu solusi untuk penyakit ini adalah dengan menjaga perilaku hidup sehat baik dari aktivitas, seperti rajin berolahraga, dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan sempurna dengan cara memenuhi asupan makanan yang bergizi, hal itu dianjurkan untuk mengurangi kekakuan pada sendi, dan untuk meminimalisirkan bagi yang sudah menderita penyakit rematik tidak berulang atau mengalami kekambuhan (Purwoastuti, 2009). Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan artritis reumatoid tentu saja akan berdampak pada ekonomi keluarga tersebut karena kronisitas serta resiko kecacatan yang dialami penderita menyebabkan banyaknya pengeluaran yang akan digunakan untuk meminimalisir tingkat keparahan penyakit. Selain itu, karena artritis reumatoid dapat menimbulkan kelemahan yang disebabkan oleh serangan nyeri yang terus menerus, maka hal ini

Poltekkes Kemenkes Palembang

3

mengakibatkan penderita tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Hal tersebut tentu saja menyebabkan penderita akan sangat bergantung pada keluarga untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berjalan, buang air kecil dan lain sebagainya (Lukman, 2009) Mengingat bahwa banyaknya penderita artritis reumatoid serta besarnya dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini, maka upaya promotif dan preventif sangat besar peranannya dalam penanganan masalah artritis reumatoid yaitu melalui upaya binaan terhadap keluarga. Oleh karena itu, dalam menanggulangi dampak tersebut, peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya sangat diperlukan sehingga apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam keadaan kronis. Perawat keluarga juga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan dalam sebuah keluarga sehingga keluarga mampu menjalankan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan baik sehingga upaya pencegahan maupun pengobatan dapat berjalan dengan baik (Harmoko, 2012) Berdasarkan data dan permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk menyusun laporan tugas akhir tentang “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. B dengan Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang Tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian ini, difokuskan kepada Keperawatan Keluarga yaitu memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Artritis Reumatoid. Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan penelusuran data sekunder. Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah

Poltekkes Kemenkes Palembang

4

Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang dan dilaksanakan pada bulan Juni 2015.

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mampu melakukan proses Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. B dengan Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mampu melakukan Pengkajian Keperawatan Pada Keluarga Tn.B dengan Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun 2015. b. Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Keluarga Tn.B dengan Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun 2015. c. Mampu menyusun Rencana Keperawatan Pada Keluarga Tn.B dengan Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun 2015. d. Mampu melakukan Tindakan Keperawatan Pada Keluarga Tn.B dengan Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun 2015. e. Mampu melakukan evaluasi hasil Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.B dengan Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun 2015.

1.4 Manfaat Penulisan 1. Untuk Penulis Penulisan ini merupakan wadah penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat, memberikan pengalaman dalam bidang penelitian, dan menambah pengetahuan penulis, terutama mengenai asuhan keperawatan pada keluarga dengan klien artritis reumatoid pada kasus yang nyata.

Poltekkes Kemenkes Palembang

5

2. Untuk Perawat Komunitas Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan, sumber pemikiran, dan pedoman bagi profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan, terutama dalam bidang keperawatan komunitas dan keluarga. 3. Untuk Puskesmas Menjalin kerjasama dengan pihak puskesmas dalam upaya memberi asuhan keperawatan keluarga yang berkualitas pada klien rawat jalan dan memberi informasi pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada klien artritis reumatoid serta untuk pelaksanaan asuhan keperawatan lebih lanjut melalui sarana home visite. 4. Untuk Institusi Pendidikan Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pustaka bagi pembaca, mahasiswa, dan penulis lainnya serta merupakan bahan evaluasi tentang rangkaian kegiatan proses pembelajaran. Serta diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa dan pendidik untuk mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan.

1.5 Metode Penulisan 1.5.1

Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara/Anamnesa Wawancara adalah salah satu teknik komunikasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan dengan metode tanya jawab langsung dengan klien maupun anggota keluarga atau orang yang berhubungan dekat dengan klien. 2. Observasi dan Pengukuran Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung baik pada klien dan anggota keluarga guna memperoleh data subjektif dan objektif.

Poltekkes Kemenkes Palembang

6

3. Pemeriksaan Fisik (head to toe) Pemeriksaan fisik adalah teknik mengumpulkan data dari tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. 4. Penelusuran Data sekunder (Rekam Medik) Penelusuran rekam medis dilakukan dengan menggunakan berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berkaitan dengan status kesehatan klien.

1.5.2

Sistematika Penulisan Penyusunan proposal ini terdiri dari lima bab yaitu : BAB 1 Pendahuluan Meliputi latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan, manfaat

penelitian,

metode

penulisan,

teknik

pengumpulan data, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Meliputi konsep dasar prilaku, konsep dasar keluarga, konsep dasar artritis reumatoid dan konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dengan penderita artritis reumatoid. BAB III Tinjauan Kasus Meliputi pengkajian, pengumpulan data, analisis data, perumusan

diagnosis

keperawatan,

perencanaan,

implementasi, dan evaluasi pada keluarga dengan artritis reumatoid. BAB IV Pembahasan Meliputi profil tempat pengambilan kasus, pembahasan kesenjangan antara asuhan keperawatan secara teori dengan yang diberikan langsung ke klien berdasarkan tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Poltekkes Kemenkes Palembang

7

BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1. Kesimpulan 2. Saran

Poltekkes Kemenkes Palembang

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit 2.1.1. Pengertian Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013). Menurut Noer S (1997) dalam Lukman (2009), artritis reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah poliatritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan sistemik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta menyebabkan disability. Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia. Penyebab artritis rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit

autoimun

dimulai

dari

interfalank

proksimal,

metakarpofalankeal, pergelangan tangan dan pada tahap lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).

2.1.2

Etiologi Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab arthtritis reumatoid, yaitu : 1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus 2. Endokrin 3. Autoimun 4. Metabolic 5. Faktor genetik serta faktor pemicu Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ;

Poltekkes Kemenkes Palembang

9

faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteriod yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita. Kelainan yang dapat terjadi pada suatu arthtritis reumatoid yaitu : 1. Kelainan pada daerah artikuler a. Stadium I (stadium sinovitis) b. Stadium II (stadium destruksi) c. Stadium III (stadium deformitas) 2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler Pada jaringan ekstra-artikuler akan terjadi perubahan patologis, yaitu: a. Pada otot terjadi miopati b. Nodul subkutan c. Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima pada pembuluh darah perifer dan lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa d. Terjadi nekrosis fokal pada saraf e. Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi (Nurarif dan Kusuma, 2013). Sedangkan menurut Price (1995) dan Noer S, (1996), faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi (Lukman, 2009).

2.1.3 Patofisiologi Pemahaman mengenai anatonomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi persendian sinovial memilki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakkan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresi cairan ke dalam ruangan antar tulang. Fungsi dari

Poltekkes Kemenkes Palembang

10

cairan sinovial ini yaitu sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Sendi merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi. Meskipun memilki keankearagaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multisistem yang sistemik, semua penyakit rematik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi ini akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi tersebut merupakan akibat dari respon imun tersebut. Sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit lanjut. Pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan sinovitis

kendati faktor-faktor imunologi dapat

pula terlibat (Smeltzer dan Bare, 2002). Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman, 2009).

Poltekkes Kemenkes Palembang

11

Bagan 2.1 Pathway Artritis Reumatoid Reaksi faktor R dengan antibody, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus

Kekakuan sendi

Synovial menebal

Hambatan mobilitas fisik

Pannus

Nodul

Deformitas sendi

Nyeri

Reaksi peradangan

Kurangnya informasi

Defisiensi pengetahuan Ansietas

Infiltrasi dalam os. subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Gangguan body image Kartilago nekrosis

Kerusakan kartilago dan tulang

Erosi kartilago Hambatan mobilitas fisik

Adhesi pada permukaan sendi

Tendon dan ligament melemah

Ankilosis fibrosa

Kekuatan sendi Keterbatasan gerakan sendi

Ankilosis tulang

Mudah luksasi dan subluksasi

Hilangnya kekuatan otot

Deficit perawatan diri Resiko cedera Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2013 Poltekkes Kemenkes Palembang

12

2.1.4 Manifestasi Klinis Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti, 2009). Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi. 1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun, dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat. 2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendisendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang. 3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam. 4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada radiogram.

2.1.5 Komplikasi Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.

Umumnya

berhubungan

dengan

mielopati

akibat

Poltekkes Kemenkes Palembang

13

ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis (Mansjoer, 1999).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artirits reumatoid,

pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit

membantu untuk melihat prognosis pasien, seperti : 1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat 2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan sarkoidosis 3. Leukosit normal atau meningkat sedikit 4. Trombosit meningkat 5. Kadar albumin serum turun dan globulin 6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun 7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif 8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi 9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor dari rheumatoid) tinggi. Makin ...


Similar Free PDFs