Asuhan Keperawatan PMS (Kelompok 2-A 2019 2) PDF

Title Asuhan Keperawatan PMS (Kelompok 2-A 2019 2)
Author Fitrayani Zebua
Course Sosiologi Kesehatan
Institution Universitas Riau
Pages 20
File Size 316.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 353
Total Views 663

Summary

ASUHAN KEPERAWATANPENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)Diajukan untuk memenuhi tugas Mata kuliah: Keperawatan HIV/AIDS Dosen Pengampu: Erika, SKp., Mkep., Sp., PhD Disusun Oleh: KELOMPOK 2 (A 2019 2)Jusar Muhammad Rusdi (1911112028) Melvanriz Fahlevi (1911111798) Khansa Afifah Indri A. (1911110625) Fitra Y...


Description

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata kuliah: Keperawatan HIV/AIDS Dosen Pengampu: Erika, SKp., Mkep., Sp.Mat., PhD Disusun Oleh: KELOMPOK 2 (A 2019 2)

Jusar Muhammad Rusdi (1911112028)

Ramadhani Fitri Rambe (1911111104)

Melvanriz Fahlevi (1911111798)

Purti Silvi (1911111556)

Khansa Afifah Indri A. (1911110625)

Yuri Rahma Fajriati (1911111702)

Fitra Yani zebua (1911110628)

Anisah Sofiah Sl (1911111732)

Sinta Bella Ulandia (1911110660)

Dita Asrilla Putri (1911111743)

Melda Lestari (1911110664)

Jihan Masyhurah (1911111744)

Fitri Amalia Andrini (1911110693)

Afifah Aulia Rahman (1911111748)

Nada Intaniza (1911110695)

Nida Rahmatul Adhani (1911111752)

Widya Santri (1911110767)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2021

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Penyakit Menular Seksual (PMS)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW,keluarganya, sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 24 April 2021

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 1.1

Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3

Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3 2.1

Definisi PMS .................................................................................................................... 3

2.2

Etiologi PMS .................................................................................................................... 3

2.3

Epidemologi PMS ............................................................................................................ 5

2.4

Manifestasi Klinis PMS ................................................................................................... 5

2.5

Klasifikas PMS................................................................................................................. 6

2.6

Komplikasi PMS .............................................................................................................. 7

2.7

Penatalaksanaan PMS ...................................................................................................... 8

2.8

Pemeriksaan Penunjang PMS......................................................................................... 10

2.9

Asuhan Keperawatan PMS ............................................................................................ 11

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 16 3.1

Kesimpulan..................................................................................................................... 16

3.2

Saran ............................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi saluran reproduksi merupakan infeksi yang disebabkan oleh masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi ke dalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit. Salah satu penyakit menular seksual yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (Ardhiyanti, 2015). Menurut badan kesehatan dunia, World Helth Organitation terdapat kurang lebih 30 jenis mikroba (bakteri, virus dan parasit) yang dapat ditularkan melalui kontak seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah gonorrhea, chlamydia, herpesgenitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan trichomonas vaginalis. Beberapa PMS dapat meningkatkan resiko penularan human immunodeficiency virus tiga kali lipat atau lebih (WHO 2013) Di Indonesia sendiri, penyebaran PMS sulit ditelusuri sumbernya sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Mayoritas PMS hadir tanpa gejala. PMS (Penyakit Menular Seksual) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Peningkatan insidensi PMS dan penyebarannya di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidensi PMS atau paling tidak insidensinya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insidensi PMS relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru muncul beserta komplikasi medisnya.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari PMS? 2. Apa etiologi dari PMS? 3. Bagaimana epidemologi dari PMS? 4. Apa manifestasi klinis PMS? 5. Apa klasifikasi PMS? 6. Apa saja komplikasi dari PMS? 7. Bagaimana penatalaksaan dari PMS? 1

8. Apa saja pemeriksaan penunjang PMS? 9. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap pasien PMS?

1.3 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian dari PMS. 2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi dari PMS. 3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami epidemologi dari PMS. 4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis PMS. 5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami klasifikasi PMS. 6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komplikasi dari PMS. 7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksaan dari PMS. 8. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang PMS. 9. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami suhan keperawatan terhadap pasien PMS.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi PMS Infeksi menular seksual (IMS) atau penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang penularan utamanya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama penyakit kelamin. Jika melakukan hubungan seks berisiko dapat terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini. Infeksi menular seksual (IMS) atau penyakit menular seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease (STDs), sexually transmitted infection (STI), dan venereal disease (VD). Pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual baik seks vaginal, oral, maupun anal dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya karena menunjuk pada cara penularannya.

2.2 Etiologi PMS Penyakit menular seksual disebabkan oleh beberapa virus dan bakteri yang menyebar melalui cairan tubuh. Terdapat beberapa jenis patogen yang dapat menyebabkan penyakit menular seksual, di antaranya: a. Infeksi bakteri: Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum, Haemophilus ducreyi. Neisseria gonorrhoeae adalah salah satu jenis bakteri penyebab PMS merupakan kuman gram negatif berbentuk diplokokus yang merupakan penyebab infeksi saluran urogenitalis. Kuman ini bersifat fastidious dan untuk tumbuhnya perlu media yang lengkap serta baik. Akan tetapi, ia juga rentan terhadap kepanasan dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup lama di luar host-nya. Penularan umumnya terjadi secara kontak seksual dan masa inkubasi terjadi sekitar 2–5 hari, dengan gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen, disuria dan sering berkemih serta melese. Pada perempuan gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan secret vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh dengan drainase mukopurulen dari ostium2.

3

b. Infeksi virus: Human Immunodeficiency Virus, Herpes simplex virus, Human papillomavirus, hepatitis B. Salah satu golongan virus penyebab PMS adalah herpes. Saat ini dikenal dua macam herpes yaitu herpes zoster dan herpes simplek. Kedua herpes ini berasal dari virus berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella, sedangkan herpes simpleks disebabkan oleh herper simplex virus (HSV). Herpes genitalis ialah infeksi pada genital yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV), terutama HSV tipe 2, yang sering bersifat berulang. Masa tunas berkisar antara 3-7 hari, tetapi dapat lebih lama. Keluhan seperti sensasi terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum timbul lesi, terkadang disertai gejala umum, misalnya lemas, demam dan nyeri otot.

c. Jamur: Candida albicans Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, terutama Candida albicans (C.albicans). Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan kronis ke episodik. Kelainan dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru, atau saluran pencernaan makanan, atau menjadi sistemik misalnya septikemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang timbul juga bervariasi dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut, kronis atau reaksi granulomatosis. Karena Candida albicans merupakan spesies endogen, maka penyakitnya merupakan infeksi oportunistik. (Dwidjoseputro, 2009).

d. Protozoa Trichomonas vaginalis adalah anaerobik, protozoa flagellated, bentuk mikro organisme. Parasit mikroorganisme adalah agen penyebab trikomoniasis dan yang paling umum infeksi protozoa patogen manusia di negara-negara industri. Tingkat infeksi antara pria dan wanita adalah sama dengan perempuan menunjukkan gejala sementara infeksi pada pria biasanya asimptomatik. Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual (IMS). Hal ini kadang-kadang disebut sebagai trichomonas atau trichomoniasis, atau disingkat menjadi TV. Trikomoniasis adalah penyakit yang sangat umum menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, motil sebuah, golongan protozoa. Gejala lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, meskipun perempuan dan laki-laki mungkin asimtomatik. Peradangan kelamin yang berhubungan dengan infeksi Trichomonas vaginalis memfasilitasi human immunodeficiency virus (HIV) 4

transmisi, dan penyakit ini juga diakui sebagai penyebab potensial dari hasil kehamilan, infertilitas pria dan wanita, dan atipikal radang panggul.

2.3 Epidemologi PMS Penemuan Kasus PIMS ( Penyakit Infeksi menular seksual) Periode Juli-September 2020 a. Jumlah seluruh kasus PIMS dengan penegakan diagnosa berdasarkan pendekatansindrom berjumlah 8.298 kasus, sedangkan berdasarkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium berjumlah 11.361 kasus. b. Jumlah kasus PIMS terbesar berdasarkan kelompok risiko secara berurutan adalah; LSL(3.348); pasangan risti (3.066), WPS (1.672); pelanggan PS (1.071); waria(269); Penasun(24); dan PPS/Pria Pekerja Seks(23)

2.4 Manifestasi Klinis PMS a. Perempuan 1. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat kelamin. 2. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir. 3. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan sakit atau burning urination. 4. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin. 5. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi

5

(infeksi yang telah berpindah kebagian dalam sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium) 6. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin

b. Laki – laki 1. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus , mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin. 2. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari pembukaan kepala penis atau anus. 3. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah urination. 4. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar.

2.5 Klasifikasi PMS a. Gonore atau kencing nanah 1. Muncul 2-5 hari setelah terpapar 2. Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina 3. Sakit terasa nyeri pada perut bagian bawah 4. Tanda infeksi di alat kelamin, 5. Komplikasi : Kemandulan, hamil diluar kadungan 6. Menular pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena kencing nanah

b. Sifilis atau Raja Singa 1. Muncul 6-8 minggu setelah terpapar 2. Muncul bercak-bercak kemerahan pada seluruh tubuh 3. Luka lecet dikemaluan, kelainan kulit, kelainan saraf, jantung dan kematian 4. menular pada bayi yang dikandung

c. Herpes Kelamin 1. Muncul 3-7 hari setelah terpapar 2. Bintil berkelompok, rasa panas, gatal, demam, nyeri otot lesu, resiko cacat dan kematian pada janin bayi 3. Bersifat kambuhan 6

4. Tidak dapat disembuhkan

d. Klamidia 1. Muncul 7-21 hari setelah terpapar 2. Keluar cairan berwarna putih bening pada pria dan keputihan pada wanita 3. Muncul bercak-bercak darah setelah senggama, nyeri perut bagian bawah 4. Komplikasi : Kemandulan dan bayi lahir prematur, radang saluran kencing

e. Jengger Ayam atau Kutil Kelamin 1. Muncul 1-8 bulan setelah terpapar 2. Adanya kutil (seperti kembang kol) di alat kelamin 3. Komplikasi : Kanker leher rahim 4. Bersifat kambuhan 5. Tidak dapat disembuhkan

f. Hepatitis B dan C 1. Muncul 6-7 minggu setelah terpapar 2. Gejala badan lemas kurang bergairah terkadang demam 3. Kulit dan selaput mata berwarna kuning 4. Hepatitis B dan C menular melalui hubungan seks dan darah penderita 5. Jenis IMS ini tidak dapat di sembuhkan

2.6 Komplikasi PMS Deteksi dan penanganan terhadap penyakit menular seksual perlu dilakukan sejak dini. Jika dibiarkan, penyakit menular seksual dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut: a. Peradangan pada mata b. Radang sendi c. Nyeri panggul d. Radang panggul e. Infertilitas f. Penyakit jantung g. Kanker serviks h. Kanker anus 7

i. Kematian Penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan. Beberapa penyakit menular seksual, seperti gonore, chlamydia, HIV, dan sifilis dapat menular dari ibu hamil ke janinnya selama kehamilan atau saat persalinan. Kondisi ini dapat memicu keguguran dan gangguan kesehatan atau cacat lahir pada bayi.

2.7 Penatalaksanaan PMS a. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan IMS (Infeksi menular seksual) Selain infeksi HIV menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas terutama di negara sedang berkembang dengan sumber daya yang terbatas, baik secara langsung yang berdampak pada kualitas hidup, kesehatan reproduksi dan anakanak, serta secara tidak langsung melalui perannya dalam mempermudah transmisi seksual infeksi HIV dan dampaknya terhadap perekonomian perorangan maupun nasional. Spektrum gangguan kesehatan yang ditimbulkan IMS mulai dari penyakit akut yang ringan sampai lesi yang terasa nyeri serta gangguan psikologis. Misalnya, infeksi oleh N.gonorrhoeae menimbulkan nyeri saat berkemih (disuria) pada lakilaki, dan nyeri perut bagian bawah akut ataupun kronis pada perempuan. Tanpa diobati, infeksi oleh T.pallidum, meskipun tidak nyeri pada stadium awal, namun dapat menimbulkan berbagai kelainan neurologis, kardiovaskular serta gangguan tulang di kemudian hari, serta abortus pada perempuan hamil dengan infeksi akut. Chancroid dapat menimbulkan ulkus dengan rasa nyeri hebat dan bila terlambat diobati

dapat

menyebabkan

destruksi

jaringan,

terutama

pada

pasien

imunokompromais. Infeksi herpes genitalis menimbulkan gangguan psikoseksual karena bersifat rekurens dan menimbulkan rasa nyeri, terutama pada pasien muda.

b. Mencegah infeksi HIV Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seks, terutama pada populasi yang paling memungkinkan untuk memiliki banyak pasangan seksual, misalnya penjaja seks dan pelanggannya. Keberadaan IMS dengan bentuk inflamasi atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seks tanpa pelindung antara seorang yang telah terinfeksi IMS dengan pasangannya yang belum tertular. Ulkus 8

genitalis atau seseorang dengan riwayat pernah menderita ulkus genitalis diperkirakan meningkatkan risiko tertular HIV 50-300 kali setiap melakukan hubungan seksual tanpa pelindung.

c. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan Infeksi menular seksual merupakan penyebab kemandulan yang paling dapat dicegah, terutama pada perempuan. Antara 10%-40% perempuan dengan infeksi Chlamydia yang tidak diobati akan mengalami penyakit radang panggul (PRP). Kerusakan tuba falopii pasca infeksi berperan dalam kasus kemandulan perempuan (30%-40%). Terlebih lagi, perempuan dengan PRP berkemungkinan 6-10 kali mengalami kehamilan ektopik dibandingkan dengan yang tidak menderita PRP, dan 40%-50% kehamilan ektopik disebabkan oleh PRP yang diderita sebelumnya. MDG 5, bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015. Pencegahan PRP berperan dalam pencapaian tujuan ini melalui pencegahan kematian ibu akibat kehamilan ektopik. Pencegahan infeksi human papillomavirus (HPV) akan menurunkan angka kematian perempuan akibat kanker serviks, yang merupakan kanker terbanyak pada perempuan.

d. Mencegah efek kehamilan yang buruk Infeksi menular seksual yang tidak diobati seringkali dihubungkan dengan infeksi kongenital atau perinatal pada neonatus, terutama di daerah dengan angka infeksi yang tinggi. Perempuan hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, sebanyak 25% mengakibatkan janin lahir mati dan 14% kematian neonatus, keseluruhan menyebabkan kematian perinatal sebesar 40%. Kehamilan pada perempuan dengan infeksi gonokokus yang tidak diobati, sebesar 35% akan menimbulkan abortus spontan dan kelahiran prematur, dan sampai 10% akan menyebabkan kematian perinatal. Dalam ketiadaan upaya pencegahan, 30% sampai 50% bayi yang lahir dari ibu dengan gonore tanpa pengobatan dan sampai 30% bayi yang lahir dari ibu dengan klamidiosis tanpa diobati, akan men...


Similar Free PDFs