BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen PDF

Title BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen
Author Angger Saloko
Pages 93
File Size 2.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 439
Total Views 651

Summary

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen Bab I PENGANTAR P endidikan Kewarganegaraan memiliki misi untuk mengembangkan warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam konteks kehidupan yang berjiwakan nilai-nilai Pancasila. Hal ini sesuai dengan konsep PKn menurut Somantri (2001:2...


Description

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

Bab I PENGANTAR

P

endidikan

Kewarganegaraan

mengembangkan

warganegara

memiliki yang

misi demokratis

untuk dan

bertanggung jawab dalam konteks kehidupan yang berjiwakan nilai-nilai Pancasila. Hal ini sesuai dengan konsep PKn menurut

Somantri (2001:229) yang merumuskan bahwa: “Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Pendapat lain dikemukakan oleh Djahiri (2006: 173), bahwa “PKn merupakan pendidikan sosial yang terintegrasi yang diharapkan dapat melahirkan warga negara yang cerdas, kritis bertanggung jawab, terampil dan partisipasif dalam pengambilan keputusan-keputusan publik, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global”. Dalam rangka mewujudkan berbagai tujuan tersebut di atas, maka penguasaan konsep dan keterampilan berpikir khususnya berpikir kritis siswa mutlak diperlukan. Sebab, siswa yang hanya menguasai konsep saja tanpa disertai dengan kemampuan berpikir kritis terkadang sulit

1

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

mengkomunikasikan ilmunya kepada orang lain dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari hari (Lie:2002). Apalagi jika melihat realita pembelajaran PKn saat ini di Indonesia donesia yang menurut pengamatan Kerr (1999:5-7) 7) menunjukkan kategori minimal yang hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan yang bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran, ajaran, dan hasilnya mudah diukur.

Gambar 1.1. Rakyat sebagai pemegang kekuasaan haruslah lah bersikap pro-aktif pro (Sumber: LPMRHETOR-Media Media Komunikasi Mahasiswa)

Hal tersebut di atas, sejalan dengan pendapat Winataputra dan Budimansyah (2007:121) yang mengemukakan tiga sumber kegagalan pengembangang civic education,, yaitu 1) penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara seca kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka di kelas yang sangat dominan, sehingga guru tidak bisa berimprovisasi secara kreatif untuk melakukan aktivitas lainnya selain pembelajaran rutin tatap muka yang terjadwal dengan ketat; 2) pelaksanaan n pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi kognitif mengakibatkan porsi peningkatan dimensi lainnya menjadi terbengkalai, disamping keterbatasan media pembelajaran; 3) pembelajaran yang terlalu

2

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

menekankan pada dimensi kognitif berimplikasi pada penilaian yang juga menekankan pada penguasaan kemampuan kognitif saja, sehingga mengakibatkan guru harus selalu mengejar target pencapaian materi. Selain itu, persoalan lain yang muncul dalam proses pembelajaran PKn di sekolah, yakni adanya asumsi siswa yang menganggap bahwa pelajaran ini membosankan, tidak menantang karena hanya berupa hapalan dan belajar hanya dipersiapkan untuk menjawab soal-soal ujian semata. Hal ini diperkuat oleh cara guru dalam menyuguhkan materi pelajaran yang sebagian besar menggunakan metode konvensional seperti ceramah yang sesekali diselingi dengan tanya jawab dan pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif dan semakin tidak memiliki gairah untuk belajar. Kondisi tersebut diperkuat oleh pendapat Wahab (2001:21) yang menyatakan bahwa “selama ini siswa beranggapan pelajaran PKn itu tidak menarik dan membosankan”. Kesan ini timbul dikarenakan secara substansif pelajaran PKn kurang menyentuh kebutuhan siswa atau cara penyajiannya tidak membangkitkan minat belajara siswa. Siswa kurang diarahkan mengenai bagaimana hubungan antara konsep yang dipelajari dengan peristiwa sehari-hari. Selain itu, guru kurang memunculkan permasalahan aktual yang dihadapi siswa sebagai masyarakat muda dan mengarahkan siswa untuk bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya agar bisa mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Padahal kalau dicermati lebih mendalam, objek kajian Pendidikan Kewarganegaraan adalah masyarakat dengan segala dinamikanya yang seharusnya menarik dan menantang untuk dipelajari.

3

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

Gambar 1.2. Suasana belajar yang tidak kondusif karena siswa merasa bosan (Sumber: Epri Titik)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka proses pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah pembelajaran yang memberdayakan mberdayakan siswa untuk dapat berpikir kritis dalam pemecahan masalah atau “critical critical thinking oriented and problem solving oriented modes” (CCE:1992-2000). 2000). Sebab, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di persekolahan yang mempunyai kontribusi penting dalam membentuk dan mewujudkan karakter bangsa yang dicitadicita citakan yaitu smart and good citizenship,, seperti ditegaskan dalam Standar Isi (Permen No.22 Tahun 2006) dan Standar Kompetensi Lulusan (Permen No.23 Tahun 2006) bahwa Pendidikan n Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang Cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut, sejalan dengan visi Pendidikan Nasional menurut UU No.20 tahun 2003 dijelaskan bahwa aspek kepribadian warganegara yang perlu dikembangkan adalah menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman. Sejalan dengan d visi

4

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

Pendidikan Nasional, Depdiknas berhasrat pada tahun 2025 dapat menghasilkan insan Indonesia yang cerdas komprehensif dan kompetitif. Cerdas komprehensif maksudnya meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan n cerdas kinestetik. Cerdas spiritual, yakni mampu mengaktualisasikan diri melalui olah hati untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Cerdas emosional, yakni mampu beraktualisasi sasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Cerdas sosial, yakni mampu beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang membina dan memupuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik dan simpatik, menjungjung tinggi hak asasi manusia, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan, dan lain-lain. lain. Cerdas intelektual, yakni mampu beraktualisasi melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi nsi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aktualisasi insan yang kritis, kreatif dan imajinatif. Cerdas kinestetik, yakni mampu beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insane yang sehat, bugar, berdaya tahan, sigap, terampil ampil dan trengginas (Budimansyah & Suryadi, 2008:21).

Gambar 1.3. Guru haruslah memberikan panutan agar siswa merasa terbimbing (Sumber: MI Isamiyah)

5

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

Lebih khusus, Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapai isu kewarganegaraan; 2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi; 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; 4) berinteraksi dengan bangsabangsa dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Semua kemampuan tersebut harus dimiliki oleh setiap warganegara abad 21, seperti yang dikemukakan oleh Cogan & Derricott (1998:116), bahwa karakteristik yang harus dimiliki warganegara sebagai berikut: 1) kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global; 2) kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat; 3) kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaanperbedaan budaya; 4) kemampuan berpikir kritis dan sistematis; 5) kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan; 6) kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melindungi lingkungannya; 7) memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia seperti hak kaum wanita, minoritas, dan lain-lain; 8) kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintah lokal, nasional, dan internasional. Berkaitan dengan hal tersebut di atas dan mengingat Indonesia sebagai

negara

demokratis,

Remy

6

(Wahab&Sapriya,

2008:

19)

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

mengemukakan bahwa terdapat beberapa kompetensi dasar warganegara yang

harus

dimiliki

setiap

warganegara

dalam

memelihara,

mengembangkan dan mempraktekkan dasar-dasar demokrasi sebagai warga negara dari sebuah negara demokratis sebagai berikut: 1) Acquiring and using information; 2). Assessing involvement; 3) Making decision; 4) Making judgements; 5) Cooperating; 6) Communicating; 7) Promoting interests. Untuk mewujudkan berbagai tujuan tersebut di atas, salah satu jalan yang bisa ditempuh yakni melalui pendidikan, sebab pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mnegembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yng beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Berbicara mengenai pendidikan secara otomatis akan berkaitan dengan proses pembelajaran di persekolahan. Sekolah sebagai komponen utama pendidikan perlu memperhatikan kegiatan pembelajaran yang berlangsung, apakah sesuai atau tidak dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menurut Fajar, (2004:15), kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa, sehingga perlu memberdayakan semua potensi siswa untuk menguasai dan memiliki kompetensi serta pencapaian perilaku khusus agar setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat

7

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

dan mewujudkan masyarakat belajar. Tujuan lain dari pembelajaran yakni untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, menurut Fajar (2004:15) kegiatan pembelajaran perlu: (1) berpusat pada siswa; (2) mengembangkan kreativitas siswa; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, dan kinestetika; (4) menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Saat ini, secara adaptif di Indonesia dikembangkan model praktik belajar kewarganegaraan kami bangsa Indonesia atau biasa disebut Project Citizen yang di dalamnya terdapat portofolio hasil belajar siswa. Model ini bisa dijadikan salah satu alternative solusi dalam pembelajaran PKn supaya siswa lebih tertantang untuk belajar dan pengetahuan yang dimiliki siswa lebih bermakna (powerfull). Project citizen merupakan satu instructional treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil. Tujuan Project citizen adalah untuk memotivasi dan memberdayakan para siswa dalam menggunakan hak dan tanggung jawab kewarganegaraan yang demokratis melalui penelitian yang intensif mengenai masalah kebijakan publik di sekolah atau di masyarakat tempat mereka berinteraksi (Budimansyah, 2009:1-2).

8

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

Gambar 1.4. Kepedulian terhadap fenomena sosial sebagai ai wujud lain kecakapan siswa (Sumber: KAMMI Purwokerto)

Dasar pemikiran Project Citizen menurut Branson (1999:1-6) (1999:1 terletak pada satu kerangka yang dilandasi oleh lima bagian tentang gagasan pendidikan dan politik. Pertama, demokrasi memerlukan pemerintahan sendiri dan karenanya memerlukan keterlibatan dan berpengetahuan warganegara dalam kehidupan bernegara. Satu komponen yang sangat diperlukan tentang keterlibatan warganegara adalah partisipasi dalam proses pembuatan kebiajakan publik. Kedua, para ara siswa harus belajar bagaimana menjai terlibat dalam kehidupan berwarganegara dengan terlibat didalamnya, yaitu dengan menyandang kewarganegaraan yang bertanggung jawab dan efektif. Siswa yang dilibatkan dalam pembelajaran praktis, eksperimental akan lebih bih antusias dan bersemangat dibanding dengan yang tidak ikut serta dalam jenis kegiatan ini. Ketiga, karena para siswa menggali masalah-masalah masalah yang ada dikomunitas mereka sendiri, maka mereka mendapat banyak kesempatan untuk mempertimbangkan tentang hal-hal hal yang mendasar dalam inti demokrasi, seperti hal-hal hal yang meliputi hak individu dan kepentingan bersama, peraturan yang disepakati kelompok mayoritas dan hak kaum minoritas, kebebasaan serta persamaan. Keempat, project citizen dimaksudkan untuk diterapkan diterap

9

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

terutama oleh siswa sekolah menengah atau usia-usia usia remaja pradini (sekitar 10-15 15 tahun); tetapi program tersebut juga digunakan oleh oldest adolescents) anak remaja yang menginjak dewasa di beberapa sekolah. Sebab anak remaja pradini mulai bergeser dari ri pemikiran konkrit menuju pemikiran abstrak dan sering berhadapan dengan masalah baik dan buruk, sah atau tidaknya hak untuk bertindak dan jawaban-jawaban jawaban alternatif atas situasi yang menyulitkan. Kelima, Project citizen menganggap kaum muda sebagai sumber er kewarganegaraan, sebagai anggota yang berharga dari komunitasnya yang bernilai yang gagasan dan tenaganya dapat secara nyata dicurahkan pada masalah-masalah masalah kebijakan publik. Keikutsertaan siswa sebagai warganegara muda tidak hanya merupakan wahana yang yan lebih baik untuk meningkatkan pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan demokrasi, tetapi juga makin baik bagi masyarakat karena siswa tersebut mempermudah organisasi pemerintahan dan masyarakat bekerja melewati masalah-masalah masalah penting di masyarakat. masyara

Gambar 1.5. John Dewey pencetus pembelajaran berfikir kritis (Sumber: Wikipedia)

10

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

Beberapa pemikiran di atas sejalan dengan empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO (Budimansyah, 2002:40) yakni 1) learning to do (peserta didik mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya); 2) learning to know (belajar untuk mengetahui sendiri pengetahuannya); 3) learning to be (belajar untuk membangun pengetahuan dan kepercayaan diri); 4) learning to live together (belajar untuk memahami kemajmukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Selain itu, project citizen dilandasi juga oleh pandangan konstruktivisme yang menyatakan bahwa semua peserta didik mulai dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan/pengetahuan tentang lingkungannya dan peristiwa/gejala lingkungan di sekitarnya meskipun seringkali naïf dan miskonsepsi. Tetapi pada intinya dalam kegiatan pendidikan harus memulai pelajaran dari apa yang diketahui oleh peserta didik. Hal lain yang bisa dicermati, bahwa Project citizen mengembangkan democratic teaching, maksudnya bahwa proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Budimansyah (2002: 5–7) mengatakan bahwa pembelajaran demokratis (democratic teaching) adalah suatu bentuk upaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan kehidupan demokrasi melalui proses pembelajran yang demokratis. Secara singkat democratic teaching adalah proses pembelajran yang dilandasi oleh nilainilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman perserta didik. Dalam prakteknya para pendidik hendaknya memposisikan

peserta

didik

sebagai

11

insan

yang harus

dihargai

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

kemampuannya

dan

diberi

kesempatan

untuk

mengembangkan

potensinya. Untuk itu diperlukan suasana terbuka, akrab, dan saling menghargai, dan sebaliknya perlu dihindari suasana belajar kaku, penuh dengan ketegangan, dan sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan. Sebab, sikap demokratis yang ditampilkan guru di kelas dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pengembangan sikap demokratis seseorang. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, gelombang demokratisasi yang terjadi di Indonesia menuntut semua pihak mewujudkan kehidupan demokrasi di segala bidang. Dalam upaya meningkatkan kultur dan nilainilai demokratis, aspek sekolah dan program pendidikan sangat berpengaruh terhadap sikap demokratis. Pengembangan kultur hidup yang demokratis tergantung pada sistem pendidikan demokratis yang diterapkan di lingkungan pendidikannya. Sekarang masalahnya adalah bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk mewujudkan sekolah yang demokratis, agar nilai-nilai demokrasi tumbuh dan berkembang dalam segala aspek kehidupan warganegara. Konsep demokrasi secara etimologis memiliki arti yang cukup sederhana yang berasal dari bahasa Yunani dan terdiri dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratein atau cratos, yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Gabungan dua kata demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) memiliki arti sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (Azra, 2008:39), tetapi dibalik kesederhanaannya, demokrasi memiliki makna yang sangat

12

BERFIKIR KRITIS: Model Pembelajaran Project Citizen

luas. Demokrasi erat kaitannya tidak hanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga dalam dunia pendidikan. John Dewey (1916) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara pendidikan dengan demokrasi.

Ketika berbicara mengenai demokrasi

maka tidak akan terlepas dengan pendidikan. Dengan demikian demokrasi harus senantiasa diajarkan dan dipraktekkan untuk merangsang kegiatan berpikir kritis siswa, karena demokrasi tidak langsung datang dari langit dan tidak didapat melalui pewarisan tetapi merupakan proses panjang melalui

pembiasaan, pembelajaran dan penghayatan (Azra, 2008:41).

Sebuah adogium mengatakan “demokrasi dalam suatu negara akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warganegara yang memiliki kehidupan demokratis” (Budimansyah, 2002: 5). Dalam hal ini, Project citizen memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berdemokrasi ambil bagian dalam pemerintahan dan masyarakat sipil sambil mempraktekkan berpikir kritis, dialog, debat, negosiasi, k...


Similar Free PDFs