Title | BEST PRACTICE |
---|---|
Author | Marimar Marwah |
Pages | 27 |
File Size | 1.1 MB |
File Type | |
Total Downloads | 413 |
Total Views | 996 |
BEST PRACTICE PEMBIASAAN PEMBACAAN ASMA’UL HUSNA SEBAGAI SALAH SATU CARA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER:RELIGIUS DI SD Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikan dan Pembelajaran Dosen Pengampu Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd. Oleh: Nama : Roikhatul Mufidah Kelas : A NIM : 201803057 PROGRAM ...
BEST PRACTICE
PEMBIASAAN PEMBACAAN ASMA’UL HUSNA SEBAGAI SALAH SATU CARA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER:RELIGIUS DI SD
Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikan dan Pembelajaran Dosen Pengampu Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd.
Oleh:
Nama : Roikhatul Mufidah Kelas : A NIM : 201803057 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2018
PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing. (https://www.nyiurtimes.com/penguatanpendidikan-karakter-ppk-untuk-dilakukan/) Di SDN Karangsari 03 mengadakan Kegiatan pembacaan Asmaul husna sebagai salah satu cara PPK ini dalam dimensi religiusitas.
b. Tujuan Best Practice
1.
Membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan khususnya peserta didik SDN Karangsari 03, dengan mempertebal sisi religiusitas.
PEMBAHASAN A. Sekilas tentang PPK di SD
Salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo adalah memperkuat pendidikan karakter bangsa. Presiden Joko Widodo ingin melakukan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang akan diterapkan di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalam dunia pendidikan.
Pendidikan karakter sudah pernah diluncurkan sebagai gerakan nasional pada 2010. Namun, gema gerakan pendidikan karakter ini belum cukup kuat. Karena itu, pendidikan karakter perlu digaungkan dan diperkuat kembali menjadi gerakan nasional pendidikan karakter bangsa melalui program nasional Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Lembaga pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki struktur, sistem dan perangkat yang tersebar di seluruh Indonesia dari daerah sampai pusat.
Pembentukan karakter bangsa ini ingin dilaksanakan secara masif dan sistematis melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terintegrasi dalam keseluruhan sistem pendidikan, budaya sekolah dan dalam kerja sama dengan komunitas. Program PPK diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan membuat peserta didik senang di sekolah sebagai rumah yang ramah untuk bertumbuh dan berkembang.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kelanjutan dan revitalisasi gerakan nasional pendidikan karakter yang telah dimulai pada 2010. Gerakan penguatan pendidikan karakter menjadi semakin mendesak diprioritaskan karena berbagai persoalan yang mengancam keutuhan dan masa depan bangsa seperti maraknya tindakan intoleransi dan kekerasan atas nama agama yang mengancam kebinekaan dan keutuhan NKRI, munculnya gerakan-gerakan separatis, perilaku kekerasan dalam lingkungan pendidikan dan di masyarakat, kejahatan seksual, tawuran pelajar, pergaulan bebas dan kecenderungan anak-anak muda pada narkoba.
Semua peserta didik harus memiliki karakter yang baik. Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan rata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A. (2009) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari
diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah bentukan sikap dan perilaku yang diperoleh dari lingkungan yang muncul secara spontan yang membedakan seseorang dengan orang yang lain. Seperti yang telah diketahui bahwa karakter diterima dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pada pendidikan formal, dalam hal ini sekolah, pendidikan karakter sudah ada sejak dulu di sekolah-sekolah Indonesia. Namun, karena gencarnya pengaruh globalisasi dan terindikasinya degradasi karakter dan moral anak, maka perlu untuk diperkuat lagi dengan yang disebut dengan PPK (Penguatan Pendidikan
Karakter).
Selain
itu,
pertimbangan
dalam
rangka
mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung memandang
perlu
penguatan
pendidikan
jawab, pemerintah
karakter.
Atas
dasar
pertimbangan tersebut, pada 6 September 2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Perpres ini
disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). PPK, menurut Perpres ini, memiliki tujuan: a. membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; b. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan c. Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter. Pendidikan di sekolah sebagai jalur formal terdiri dari intrakurikuler, kookurikuler, dan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan intrakurikuler, penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter diharapkan dapat menguatkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tersebut meliputi perencanaan, proses pelaksanaan, bahan ajar, evaluasi, dan lembar kerja siswa yang digunakan dalam pembelajaran. Perlunya pendidikan
karakter tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 33 dinyatakan bahwa "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan adalah pengembangan
karakter
siswa.
Pengembangan
karakter
siswa
dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal yakni sekolah. Terdapat beberapa pengertian mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran,
tanggung
jawab,
kecerdasan,
kepedulian,
kebenaran,
keindahan, kebaikan, dan keimanan. Pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi yang diperoleh dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya penanggulangan persoalan hidupnya. Menurut Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter adalah "pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan". Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dasar pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak. Usia ini akan menentukan
kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan karakter sebaiknya dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak dalam menyongsong masa depan. Seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis
apabila
mempunyai
kecerdasan emosional atau karakter yang baik (Daniel Goleman, 1999). Dalam pendidikan karakter terdapat tiga komponen karakter yang baik, yaitu: a) Moral knowing (pengetahuan tentang moral) yang terdiri dari moral awareness (kesadaran moral), knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), perspective taking (perspektif), moral reasoning (penalaran moral), decision making (pengambilan keputusan), selfknowledge (pengetahuan diri); b) Moral feeling (perasaan tentang moral), yang terdiri dari conscience (hati nurani), self-esteem (penghargaan diri), empathy (empati), loving the good (menyukai kebaikan), self-control (penguasaan diri), humility (kerendahan hati); dan c) Moral action (tindakan moral), yang terdiri dari kompetensi, keinginan, dan kebiasaan (Lickona, 1991). Di sini terlihat bahwa makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh. Keterkaitan antara
nilai-nilai perilaku dalam komponen-komponen moral karakter di atas terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan akan membentuk suatu karakter manusia yang baik. Penyelenggaraan pendidikan
karakter
memerlukan
pengelolaan
yang
memadai.
Pengelolaan yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter
dalam
pendidikan
direncanakan,
dilaksanakan,
dan
dikendalikan secara memadai. B. Profil SDN Karangsari 03 SDN Karangsari 03 terletak di Desa Karangsari RT 4 RW 1 Kecamatan Cluwak kabupaten Pati Jawa Tengah Lintang -6.5143 dan bujur 110.9526 . Sekolah ini berdiri mulai tahun 1983 dan baru mendapat bantuan rehap kelas 3 lokal tahun 2011 pada masa jabatan kepala sekolah Rini Hastuti, S.Pd. disusul rehap 4 lokal secara bertahap yang sampai saat ini 4 lokal tersebut masih tidak berpintu, tidak berjendela dan bertembok merah. (belum ada kelanjutannya),
pada
masa jabatan kepala Sekolah Eko Sansin, S.Pd. tahun 2016. Meskipun demikian semangat belajar para siswa tidak terpengaruh oleh kondisi ruangan tersebut. C. Kegiatan Pembiasaan Pembacaan Asma’ul husna SDN Karangsari 03 C.1. Pengertian Asmaul Husna Dalam agama Islam, Asma’ul
husna (Arab:
هللا
أسماء
asmāʾ allāh al-ḥusnā , )الحسنىadalah nama-nama Allah yang indah
dan baik. Asma berarti nama (penyebutan) dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi Asma’ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah. Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya
akan
bolehmusyrik dalam
tetapi
yang
jelas
mempergunakan
adalah
atau
kita
menyebut
tidak nama-
nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun
menurut
mereka,
yang
terpenting
adalah
hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad. Asma’ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan
yang
menyatu
dalam
kebesaran
dan
kehebatan
milik Allah. Para
ulama
berpendapat
bahwa
kebenaran
adalah
konsistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis"Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan
tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan keteranganAlQur'an tentang Allah ta'ala.
Pembahasan
berikut
hanyalah
pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-Ikhlas.
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah,
Yang Maha
Esa. Allah adalahTuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)
Para
ulama
menekankan bahwa Allah adalah
sebuah nama
kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak
hanya
ada
demikian, Allah Yang juga Allah Yang
(dan
bergantung)
pada-Nya.
Dengan
Memiliki Maha
Tinggi.
Tapi
Memiliki Maha
Dekat. Allah Memiliki Maha
Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sifatsifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna, yaitu namanama, sebutan atau gelar yang baik. Berikut adalah beberapa terjemahan dalil yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Hadits tentang asmaa'ul husna:
1.
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)." (Thaa-Haa 20:8)
2.
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai alasmaa'ul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Al-Israa' 17:110)
3.
"Allah memiliki Asmaa' ulHusna, maka memohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-nama yang baik itu..." (AlA'raaf :180)
Disadur dari laman https://id.wikipedia.org/wiki/Asma%27ul_husna C.2. Sejarah Diturunkannya Ayat Tentang Asmaul Husna Di dalam kitab Asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah melakukan shalat di Mekah dan berdoa dengan katakata: "Ya Rahman, Ya Rahim". kemudian Doa tersebut terdengar oleh sebagian kaum musyrikin. saat itu kamu musyrikin berkata, "Perhatikan orang yang murtad dari agamanya! dia melarang kita menyeru dua Tuhan, dan ia sendiri menyeru dua Tuhan". Dari adanya ucapan
tersebut,
turunlah
Surat
Al-Isra:110:
ّللا ادْعُوا قُل َ ۖ ص هَلتكه ت ه ْج هه ْر هو هل ۚ ْال ُح ْسن َٰهى ْاْل ه ْس هما ُء فهلههُ تهدْعُوا هما أهيًّا الرحْ َٰ همنه ادْعُوا أهو َ ه هو هل ب ه ً سب ْ يَل َٰذهلكه بهيْنه هوا ْبت هغ ب هها تُخهاف ت ه Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalat mu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".(Q.S. Al-Isra:110) Berdasarkan Surat Al-Isra:110, kaum musyrikin mengira bahwa Rasulullah,
menyebut
nama
Allah dan Ar-Rahman karena
sepengetahuan mereka di daerah Yamamah ada orang yang mempunyai nama Rahman. Dengan turunnya Q.S. al-Isra ayat 110, hal tersebut mematahkan dugaan mereka (kaum musyrikin). kemudian
Pada
ayat
lain,
Allah
SWT
berfirman:
سيُجْزه ْونه أ ه ْس همائه في ي ُْلحد ُونه الَذينه هوذه ُروا ب هها فهادْعُوهُ ْال ُح ْسنهى ْاْل ه ْس هما ُء هو َلِل كهانُوا هما ه يه ْع هملُونه "Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". (Q.S. Al-A’raf:180). Ayat diatas mengajarkan kepada kita agar menyebut nama Allah SWT dengan nama kebesaranNya, yakni dengan asmaul husna. Berikut 99 Asmaul Husna (99 nama baik Allah) beserta Arti nama Allah dalam bahasa Indonesia: No
Nama
Indonesia
Arab
Allah
Allah
1
Ar Rahman
Allah Yang Maha Pengasih
الرحمن
2
Ar Rahiim
Allah Yang Maha Penyayang
الرحيم
3
Al Malik
Allah Yang Maha Merajai (bisa diartik
الملك
هللا
an Raja dari semua Raja) 4
Al Quddus
القدوس
Allah Yang Maha Suci Allah Yang Maha MemberiKesejahter
5
As Salaam
aan
السالم
6
Al Mu`min
Allah Yang Maha Memberi Keamanan
المؤمن
7
Al Muhaimin
Allah Yang Maha Mengatur
المهيمن
8
Al `Aziiz
Allah Yang Maha Perkasa
العزيز
Allah Yang Memiliki MutlakKegagah 9
Al Jabbar
الجبار
an Allah Yang Maha Megah,
10
Al Mutakabbir
YangMemiliki Kebesaran
المتكبر
11
Al Khaliq
Allah Yang Maha Pencipta
الخالق
Allah Yang Maha Melepaskan(Memb 12
Al Baari`
البارئ
uat, Membentuk,Menyeimbangkan) Allah Yang Maha Membentuk Rupa(
13
Al Mushawwir
makhluknya)
14
Al Ghaffaar
Allah Yang Maha Pengampun Allah Yang Maha Menundukkan
المصور الغفار /
15
Al Qahhaar
Menaklukkan Segala Sesuatu
القهار
16
Al W...