Buku Inovasi Pembelajaran PDF

Title Buku Inovasi Pembelajaran
Author Ridwan A Sani
Pages 23
File Size 277.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 132
Total Views 206

Summary

INOVASI PEMBELAJARAN DR. RIDWAN ABDULLAH SANI, M.Si KATA PENGANTAR Pembelajaran kreatif dan inovatif seharusnya dilakukan oleh guru dalam upaya menghasilkan peserta didik yang kreatif. Tingkat keberhasilan guru dalam mengajar dilihat dari keberhasilan peserta didiknya sehingga dikatakan bahwa guru y...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Buku Inovasi Pembelajaran Ridwan A Sani

Related papers SD KELAS AWAL KK A Ovi Benjamin

SD KELAS T INGGI KK A nur arifin Gabung Rekon SD T inggi kk A hart ini eupns

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

INOVASI PEMBELAJARAN

DR. RIDWAN ABDULLAH SANI, M.Si

KATA PENGANTAR Pembelajar an kr eatif dan inovatif sehar usnya dilakukan oleh gur u dalam upaya menghasilkan peser ta didik yang kr eatif. Tingkat keber hasilan gur u dalam mengajar dilihat dar i keber hasilan peser t a didiknya sehingga dikatakan bahwa gur u yang hebat ( gr eat teacher ) itu adalah gur u yang dapat member ikan inspir asi bagi peser ta didiknya. Kualitas pembelajar an dilihat dar i aktivitas peser ta didik ketika belajar dan kr eatifit as yang dapat dilakukan oleh peser t a didik setelah mengikuti pembelajar an. Klasifi kasi kualitas gur u secar a umum adalah sebagai ber ikut (Gultom, 2013).

Pengembangan kur ikulum 2013 dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kr eatif dan mampu menghadapi kehidupan pada masa mendatang. Buku ini ditulis sebagai bahan r efer ensi bagi gur u untuk mengimplementasikan pembelajar an yang efektif dan efisien sejalan dengan implementasi kur ikulum 2013. Mater i dalam buku ini juga dapat membantu gur u dalam meningkatkan pr ofesi, misalnya untuk memilih str ategi pembelajar an setelah m elakukan r efleksi pelaksanaan pembelajar an yang dilakukan. Upaya meningkatkan kualitas pembelajar an juga dilakukan pemer intah dengan mener apkan beber apa atur an, misalnya Per menpan no 16 t ahun 2009 t entang Jabat an Fungsional Gur u dan Angka Kr editnya. Pembelajar an yang dilakukan oleh gur u di Indonesia pada umumnya masih ber pusat pada gur u. Hal ini disebabkan oleh pemahaman yang masih belum memadai dan par adigma pembelajar an yang belum sesuai dengan tindakan yang sehar usnya dilakukan. Penelitian membuktikan bahwa per bedaan t entang par adigma pembelajar an ter nyat a ber dampak pada hasil belajar peser t a didik. Per bandingan hasil tes TIMSS dan PISA pada beber apa

per iode tes menunjukkan bahwa peser ta didik di Jepang memper oleh hasil yang jauh lebih tinggi dar ipada peser ta didik di Jer man (kelompok sedang) dan Amer ika (kelompok r endah). Gur u di Amer ika per caya bahwa pembelajar an ter jadi dengan penguasan mater i secar a ber tahap, sehingga pembelajar an per lu dilakukan sedikit demi sedikit dengan meminimalkan kesalahan. Sedangkan gur u di Jepang per caya bahwa peser ta didik akan belajar dengan baik ji ka dimulai dengan ber upaya memecahkan per masalahan, kemudian ber diskusi ber sama untuk memecahkan per masalahan ter sebut. Kebingungan dan fr ustasi mer upakan bagian dar i pr oses belajar , dan pemilihan metode penyelesaian masalah yang ter baik dapat dijadikan bagian dar i pembelajar an. Ber ikut ini diber ikan per bedaan car a belajar untuk tiga negar a1. Amer ika Ser ikat Jer man (hasil belajar ter endah) (hasil belajar menengah) Gur u ter libat dalam Gur u membimbing pemecahan masalah peser ta didik seder hana, menjawab mengembangkan teknik ber sama peser ta didik, penyelesaian masalah demonstr asi metode untuk per masalahan penyelesaian, yang menantang, peser ta menugaskan peser ta didik member ikan didik untuk menger jakan r espon untuk soal yang mir ip per tanyaan gur u TAHAPAN PEMBELAJARAN Riviu pelajar an Riviu pelajar an ter dahulu dan mengecek ter dahulu dan mengecek tugas r umah tugas r umah Guru Menyajikan topik dan mendemonstr asikan per masalahan bagaimana menyelesaikan per masalahan Peser ta didik latihan Gur u mengembangkan menger jakan soal yang pr osedur untuk mir ip menyelesaikan per masalahan Guru membantu memper baiki peker jaan 1

Peser ta didik latihan menger jakan soal yang

Jepang (hasil belajar tinggi) Peser ta didik menyelesaikan per masalahan yang menantang dan kompleks, kemudian ber bagi hasil dan metode penyelesaian

Riviu pelajar an ter dahulu Penyajian per masalahan

Peser ta didik beker ja mandir i atau ber kelompok untuk memecahkan per masalahan Peseta didik ber diskusi tentang metode

Ambrose, B. & Henderson, C. 2007. How can physics education research help me teach more effectively, AAPT, NSTA Strand day

latihan Gur u member ikan tugas r umah

mir ip Gur u member ikan tugas r umah

penyelesaian Mer angkum hal-hal penting

Contoh kasus di atas menunjukkan kait an antar a pr oses belajar mengajar dengan hasil belajar peser t a didik. Keber hasilan peser ta didik dalam penilaian yang dilakukan oleh pihak ekster nal mer upakan bukti kesuksesan pr oses pembelajar an yang dilakukan. Per baikan mutu pembelajar an sehar usnya dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan peser ta didik untuk hidup di masyar akat pada masa per saingan dengan bangsa asing yang mulai mer ambah ke Indonesia. Per saingan bebas tidak dapat dihindar i, dimana masyar akat kit a masih mengandalkan ker ja ker as tanpa inovasi, sedangkan bangsa asing telah memanfaatkan kr eatifitas dan inovasi untuk menjual pr oduk kita dengan har ga yang ber lipat ganda. Har apan dititipkan pada bidang pendidikan, khususnya gur u untuk mau dan mampu mendidik gener asi pener us bangsa ini agar tidak menjadi penonton di negar anya sendir i. Keter ampilan yang sehar usnya dibentuk dalam dir i peser ta didik adalah: 1) keter ampilan beker ja sama, 2) keter ampilan ber komunikasi, 3) kr eatifit as, 4) keter ampilan ber pikir kr itis, 5) keter ampilan menggunakan teknologi infor masi, 6) keter ampilan numer ik, 7) keter ampilan menyelesaikan masalah, 8) keter ampilan mengatur dir i, dan 9) keter ampilan belajar . Pengetahuan dan keter ampilan har us diikuti dengan pembentukan sikap dan per ilaku yang mencer minkan or ang yang ter pelajar . Hal ini per lu menjadi per hatian kar ena or ang pintar yang tidak ber mor al akan menjadi or ang yang ber bahaya bagi or ang lain. Sikap yang per lu dibentuk melalui pembelajar an adalah: kejujur an, tanggungjaw ab, toler ansi, keper dulian ter hadap or ang lain, kedisipilinan, santun, per caya dir i, dan cinta damai. Sikap dan per ilaku dibentuk sejalan dengan pengembangan pengetahuan dan keter ampilan peser ta didik, atau mer upakan efek pengir ing ( nur tur ant effect ) dar i kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Pembentukan sikap sosial dan spir itual mer upakan amanah undangundang, sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 1 butir 1 dan 2 UU Sisdiknas bahwa: peser ta didik secar a aktif mengembangkan potensi dir inya untuk memiliki kompetensi yang ber akar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap ter hadap tuntutan per ubahan zaman. Pendidikan pada setiap jenjang satuan pendidikan sehar usnya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana ter cantum dalam pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003, yakni: Ber kembangnya potensi peser ta didik agar menjadi

manusia yang ber iman dan ber takw a kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber akhlak mulia, sehat, ber ilmu, cakap, kr eatif, mandir i, dan menjadi w ar ga negar a yang demokr atis ser ta ber tanggung jaw ab. Jhon Dewey mengemukakan bahwa pendidikan adalah metode dasar dalam melakukan r efor masi dan kemajuan sosial: ”I believe that education is the fundamental method of social pr ogr ess and r efor m” 2. Pendidikan yang dimaksud meliputi pembelajar an dalam tiga faktor , yakni: pengetahuan, keter ampilan, dan pembentukan kar akter , seper ti yang dinyatakan oleh Jhon Dew ey: ”Lear ning involves, as just said, at least thr ee fact or s: knowledge, skill and char act er . Each of t hese must be st udied” 3 Pendidikan yang gagal membentuk mor al peser ta didik akan menghasilkan peser ta didik yang kur ang menghar gai or ang lain, menghalalkan segala car a untuk mencapai tujuan, dan hanya mementingkan kebutuhan individu. Pendidikan yang gagal dalam menghasilkan lulusan yang kompeten akan membuat mer eka tidak mampu beker ja secar a efi sien dan efektif, ser ta tidak memiliki daya saing. Gejala ini kita amati dalam kehidupan ber bangsa dimana lulusan sekolah dar i sekolah dasar sampai per gur uan tinggi banyak yang tidak kompeten dan bingung ketika diminta untuk menyelesaikan suatu tugas atau peker jaan. Gur u yang mer upakan ujung tombak pendidikan sehar usnya selalu ber upaya melaksanakan yang ter baik dalam mendidik anak bangsa dengan ikhlas dan menguasai pembelajar an yang efektif dalam melaksanakan tugas mulia ter sebut. Semoga semua gur u memiliki komitmen untuk member ikan yang ter baik bagi kemajuan bangsa dan negar a ini.

2

Dew ey, J. 1972. My Pedagogic Cr eed, Ar ticle five, The school and social progr ess, in The Ear ly Works, Ed: Boydston, Jo Ann, The Ear ly Wor ks, 1882-1898, 5:18951898, Ear ly Essays, Souther n Illinois Univer sity Pr ess, Feffer & Simons, Inc, USA, halaman 93. 3

Dew ey, J. 1984. Pr ogr essive Education and the Sci ence of Education, dalam The Later Wor ks, 1925-1953, Volume 3: 1927-1928, Ed: Boydston, Jo Ann, Souther n Illinois Univer sity Pr ess, USA, halaman 267-268 .

Kisah Empat Lilin Ada empat lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh Suasana begitu sunyi sehingga ter dengar lah per cakapan mer eka Yang per tama ber kata: “Aku adalah Per ubahan, Namun manusia tak mampu ber ubah, maka lebih baik aku mematikan dir iku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam. Yang kedua ber kat a: “Aku adalah Iman, Sayang aku tak ber guna lagi. Manusia tak mau mengenalku, Untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala” Begitu selesai bicar a, tiupan angin memadamkannya. Dengan sedih gilir an Lilin ketiga bicar a: “Aku adalah Cinta, Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku ber guna. Mer eka saling membenci, bahkan membenci mer eka yang mencintainya, membenci keluar ganya” Tanpa menunggu w aktu lama, maka matilah Lilin ketiga. Tanpa ter duga... Seor ang anak saat itu masuk ke dalam kamar , dan melihat ketiga Lilin telah padam. Kar ena t akut akan kegelapan itu, ia ber kata: “ Ehh apa yang ter jadi?! Kalian har us tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!” Lalu ia menangis ter sedu-sedu. Lalu dengan ter har u Lilin keempat ber kata: “Jangan takut, Janganlah menangis, Selama aku masih ada dan menyala, Kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya: Akulah har apan” Dengan mata ber sinar , sang anak mengambil Lilin Har apan, Kemudian menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya. Apa yang tidak per nah mati hanyalah har apan yang ada dalam hati kita, dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seper ti sang anak ter sebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Cinta, dan Per ubahan dengan har apan! Gur u adalah har apan, di tangan kita ada har apan, di pikir an kita ada impian, di hati kita ada masa depan. Gur u adalah aset bangsa yang t ak ter nilai kar ena hati kita selalu menyala dan ter ang. Mar i kita jadi pemenang di tempat ker ja kita, kar ena kit a mencintai peker jaan kita bukan kar ena ter paksa. Kita tidak dipaksa, kita beker ja dengan kepala tangan dan hati kita dalam membangun anak bangsa.

DAFTAR ISI Kata Pengantar Kisah empat lilin BAB 1: Teor i Belajar 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pentingnya Teor i Belajar Teor i Behavior isme Teor i Kognitivisme Teor i Konstr uktivisme Sosial Teor i Humanisme Teor i Siber netik

BAB 2: Pembelajar an Efektif 1. 2. 3. 4. 5.

Pr insip Pembelajar an Efektif Motivasi Belajar Taksonomi Pembelajar an Aktivitas Pembelajar an Str ategi Ber tanya

BAB 3: Model, Str ategi, dan Metode Pembelajar an 1. 2. 3. 4.

Definisi Model, St r ategi, dan Metode Pembelajar an Model Pembelajar an Str ategi Pembelajar an Metode Pembelajar an

BAB 4: Metode dan Teknif Pembelajar an Inovati f 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pembelajar an individual dengan modul Pembelajar an Kooper atif Pembelajar an Secar a Ber pasangan Pembelajar an Teman Sejawat Metode Br ainstor ming Metode Seminar Socr ates Pembelajar an Induktif Metode Per mainan Metode pembelajar an menggunakan media ker t as dan pensil

10. Metode Peta Pikir an 11. Metode Penyelesaian Masalah 12. Teknik Inovatif dalam Pembelajar an BAB 5: Metode dan Teknik Pembelajar an Bahasa 1. Pendekat an Dalam Pembelajar an Bahasa 2. Metode dan Teknik Kr eatif dalam Pembelajar an Bahasa 3. Metode Pembelajar an Bahasa Asing

BAB 1 TEORI BELAJAR He who loves practice wit hout t heor y is like the sailor who boards ship wit hout a r udder and compass and never knows wher e he may cast. ( Leonar do da Vinci) In t heor y, t her e is no differ ence bet ween t heor y and pract ice. But in pr act ice, t her e is. ( Jan L. A. van de Snepscheut)

1. Pentingnya Teori Belajar Teor i belajar dapat membantu gur u untuk memahami bagaimana peser ta didik belajar . Pemahaman t entang car a belajar dapat membantu pr oses belajar lebih efektif, efi sien dan pr oduktif. Ber dasar kan teor i belajar , gur u dapat mer ancang dan mer encanakan pr oses pembelajar annya. Teor i belajar juga dapat menjadi panduan gur u untuk mengelola kelas, membantu gur u untuk mengevaluasi pr oses, per ilaku gur u sendir i ser ta hasil belajar siswa yang telah dicapai. Pemahaman akan teor i belajar akan membantu gur u dalam member ikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai pr estasi maksimal. Hal yang har us dipahami dalam teor i belajar adalah: 1) Konsep dasar teor i ter sebut beser ta cir i-cir i dan per syar at an yang melingkupinya 2) Bagaimana sikap dan per an gur u dalam pr oses pembelajar an jika t eor i ter sebut diter apkan 3) Fakt or -faktor lingkungan (fasilitas, alat , suasana) apa yang per lu diupayakan untuk mendor ong pr oses pembelajar an 4) Tahapan apa saja yang har us dilakukan gur u untuk melaksanakan pr oses pembelajar an 5) Apa yang har us dilakukan peser ta didik dalam pr oses belajar nya Per lu dipahami bahwa tidak ada teor i yang sempur na. Tidak ada satu pun teor i yang cocok bagi setiap individu dan tidak semua pr aktek pendidikan dilatar belakangi oleh sebuah teor i khusus. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami ber bagai teor i, seseor ang per lu belajar tentang bagaimana menggunakan ide dar i ber bagai pandangan. Teor i belajar dikembangkan ber dasar kan ilmu psikologi, yakni ilmu yang membahas tentang per ilaku dan pr oses mental. Per ilaku adalah aktivitas aksi dan r easi yang dapat diamati, sedangkan pr oses mental adalah aktivit as yang tidak dapat diamati secar a langsung seper t i ber pikir , mengingat, mer asa. Tujuan psikologi adalah mendeskr ipsikan, memahami, mempr ediksi, dan mengontr ol per ilaku dan pr oses mental. Psikologi pendidikan adalah salah satu cabang psikologi yang mempelajar i tentang per ilaku dan pr oses mental ter kait dengan belajar dan pembelajar an manusia. Dua alir an psikologi yang ber pengar uh dalam teor i belajar dan pembelajar an adalah behavior isme dan konstr uktivisme. Konstr uktivisme dapat dibagi menjadi kognitivisme dan humanisme.

3) Penguasaan pola kalimat dan car a pemakaiannya disampaikan secar a induktif. 4) Sebagian besar w aktu digunakan untuk latihan ber cakap, dan kondisi kelas diciptakan dalam suasana belajar yang kondusif. Pelajar an yang diber ikan dihar apkan dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peser ta didik. Pembelajar an dilakukan dengan menggunakan bahasa sasar an sebagai pengantar secar a lisan tanpa har us membaca dan menulis. Pembelajar an bahasa asing dimulai dengan mengajar kan kat a-kata atau ungkapan-ungkapan yang menunjukkan pada sesuatu yang dapat diinder a dan per buatan yang dapat diper agakan. Selanjutnya pembelajar an dialihkan pada situasi penggunaan bahasa dengan dialog atau ucapan sehar i-har i. Kegiatan dapat memanfaatkan gambar tanpa ber gantung pada ter jemahan. Gur u memulai ter lebih dahulu membaca teks, kemudian menyur uh peser ta didik untuk membaca. Selanjutnya untuk penyempur naan belajar , peser ta didik diminta mengisi bagian yang kosong dar i susunan kalimat seder hana. Metode ini efektif untuk meningkatkan kemampuan ber bahasa, ser ta mudah dan fleksibel untuk diter apkan. Metode ini ber pusat pada kemampuan komunikasi dan member ikan kesempatan kepada peser ta didik untuk ber par tisipasi. Kelemahan metode langsung dalam pembelajar an bahasa antar a lain: 1) Tidak semua kosakata dapat diajar kan dengan car a menghubungkan secar a langsung dengan benda, situasi, dan peker jaan yang dideskr ipsikan. Kadang-kadang per lu diber ikan sinonim, antonim, definisi atau penjelasan untuk pemakaian kosakat a atau ungkapan ter tentu. 2) Jika semua kosakata diajar kan menggunakan pr insip-pr insip yang telah dipapar kan, maka kemajuan dalam keter ampilan membaca pada tahap awal umumnya cender ung lambat. 3) Peser ta didik memper oleh pengetahuan kosakata secar a ber lebihan, namun kur ang dalam penguasaan dalam pemakaiannya. 4) Peser ta didik dapat menghadapi kesulitan dalam memahami bentukbentuk kalimat. Kesulitan ter sebut hanya dapat diatasi oleh peser ta didik pada kelas tinggi, yang sudah mampu ber pikir menggunakan bahasa yang dipelajar inya. 5) Metode ini tidak mengembangkan kemampuan menulis.

d. Metode belajar Komunitas Bahasa Pembelajar an komunitas bahasa menempatkan peser ta didik sebagai pelanggan ( client) dalam bimbingan/ konseling. Gur u sebaiknya adalah penutur asli ( nat ive speaker ) yang memiliki kemampuan konseling dan ber t indak sebagai konselor bahasa. Pembelajar an dengan metode ini dimulai dengan kebingungan dan kesulitan pelanggan/ peser ta didik dalam ber bahasa asing. Gur u sebagai konselor har us membangkitkan empati untuk

mengatasi per masalahan pelanggan dengan memantapkan hubungan, kehangatan, dan pemahaman untuk mengatasi kesulitasn dalam mempelajar i bahasa. Tahapan yang dilakukan mencakup lima langkah adaptasi sebagai ber ikut: Tahap 1: Peser ta didik ber gantung penuh pada konselor 1) Peser ta didik mengatakan pada konselor (menggunakan bahasa Indonesia) tentang apa yang ingin disampaikannya pada kelompok belajar nya. Temannya boleh mendengar , namun tidak ter libat dalam inter aksi dengan konselor / gur u. 2) Konselor mer efleksikan ide ter sebut pada pelanggan menggunakan bahasa asing (yang dipelajar i) secar a lembut menggunakan bahasa seder hana, satu fr asa yang ter dir i dar i lima atau enam kata. 3) Peser ta didik (pelanggan) kembali ke kelompoknya dan menyatakan idenya menggunakan bahasa asing. Konselor membantu pelanggan jika ada ucapan yang kelir u atau kata yang salah. Tahap 2: Peser ta didik dilatih untuk mandir i 1) Peser ta didik mengatakan pada konselor (menggunakan bahasa Indonesia) tentang apa yang ingin disampaikannya pada kelompok belajar nya. 2) Pelanggan kembali ke kelompoknya dan mulai ber bahasa asing secar a langsung pada temannya 3) Konselor hanya membantu jika pelanggan kesulitan atau meminta bantuan. Peser ta didik mulai dilatih untuk mandir i untuk menumbuhkan r asa per caya dir i dan har apan pelanggan. Tahap 3: Latihan mengungkapkan per nyataan 1) Pelanggan ber bicar a secar a langsung pada kelompok menggunakan bahasa asing yang dipelajar i. Pada tahap ini anggota kelompok dianggap memahami fr asa seder hana yang diucapkan oleh peser ta didik yang mengikuti konseling. 2) Konselor hanya membantu jika pelanggan kesulitan atau meminta bantuan. Peser ta didik dianggap memiliki r asa per caya dir i, mulai mandir i, dan mampu mengaitkan ide dengan fr asa dan tata bahasa. Tr anslasi diber ikan hanya jika dibutuhkan oleh kelompok. Tahap 4: Latihan menggunakan kalimat kompleks 1) Pelanggan ber bicar a secar a bebas menggunakan kalimat yang lebih kompleks dalam bahasa asing yang dipelajar i. 2) Konselor melakukan kor eksi ter hadap kekelir uan penggunaan tata bahasa, pengucapan, atau jika peser ta didik membutuhkan bantuan dalam menyatakan kalimat yang kompleks. Tahap 5: Membimbing teman 1) Peser ta didik ber bicar a secar a bebas menggunakan kalimat yang lebih kompleks dalam bahasa asing yang dipelajar i. 2) Konselor melakukan kor eksi dan menambah idiom

3) Pelanggan menjadi konselor untuk temannya yang membutuhkan, dan menjalankan tahap 1 sampai tahap 3. e. Metode Membaca Metode ini dapat digunakan untuk mengemba...


Similar Free PDFs