CRS Gangguan Psikotik AKUT PDF

Title CRS Gangguan Psikotik AKUT
Author Muhammad Hazqi Rama
Course Aplikasi Kompuier
Institution Universitas Andalas
Pages 48
File Size 785.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 224
Total Views 481

Summary

Case Report SessionNASKAH PSIKIATRIGANGGUAN PSIKOTIK AKUTLAINNYA PREDOMINAN WAHAMOleh :Ghiana Rizkyta P 2839 BMuhammad Hazqi Rama P 2855 BNama Preseptor :Dr. dr. Amel Yanis, Sp (K)BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALASRSUP DR. M. DJAMIL PADANG2019DAFTAR ISIDAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB ...


Description

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI GANGGUAN PSIKOTIK AKUT LAINNYA PREDOMINAN WAHAM

Oleh : Ghiana Rizkyta

P 2839 B

Muhammad Hazqi Rama

P 2855 B

Nama Preseptor

:

Dr. dr. Amel Yanis, Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2019 0

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3 1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 4 1.3 Metodologi Penelitian ................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 2.1 Definisi Gangguan Psikotik Akut ................................................................. 5 2.2 Bentuk-Bentuk Psikotik Akut: ...................................................................... 5 2.3 Epidemiologi ................................................................................................. 6 2.4 Etiologi .......................................................................................................... 7 2.5 Patofisiologi .................................................................................................. 7 2.6 Diagnosis ....................................................................................................... 8 2.7 Gambaran Klinis ......................................................................................... 11 2.8 Diagnosis Banding ..................................................................................... 11 2.9 Tatalaksana .................................................................................................. 12 2.10 Prognosis Dan Komplikasi ....................................................................... 13 BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 15 3.1 Identitas ....................................................................................................... 15 3.2 Riwayat Psikiatri ......................................................................................... 16 3.3 Grafik Perjalanan Penyakit ......................................................................... 28 3.4 Status Internus ............................................................................................. 29 3.5 Status Neurologikus .................................................................................... 30 3.6 Status Mental ............................................................................................... 30 3.7 Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik Khusus Lainnya .................... 35 3.8 Ikhtisar Penemuan Bermakna ..................................................................... 35 3.9 Diagnosis Multiaksial.................................................................................. 36 3.10 Diagnosis Banding Axis I ......................................................................... 36 3.11 Daftar Masalah .......................................................................................... 36 1

3.12 Penatalaksanaan ........................................................................................ 37 3.13 Prognosis ................................................................................................... 38 BAB IV DISKUSI ................................................................................................ 36 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39 Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri ............................................................ 40

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gangguan psikotik akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1,2,4 Gangguan psikotik akut dapat menjadi gejala awal dari penyakit psikotik lainnya, seperti schizophrenia. Perbedaan antara penyakit ini dengan gangguan psikotik lainnya adalah dalam hal jenis dan intensitas gejala, durasi waktu, serta perjalanan gangguan psikotik yang dapat kembali penuh pada fungsi premorbid. Beberapa klinisi menyatakan bahwa gangguan mungkin paling sering ditemukan pada pasien dari kelas sosioekonomi rendah dan pada pasien dengan gangguan kepribadian yang telah ada sebelumnya (paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang). Orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar (sebagai contoh, imigran) mungkin juga berada dalam risiko untuk menderita gangguan setelah stressor psikososial selanjutnya. Tetapi, kesan klinis tersebut belum dibuktikan benar di dalam penelitian klinis yang terkontrol baik.1,2 Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara dekade ke tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini bahwa pasien dengan gangguan kepribadian (seperti narcissistic, paranoid, borderline, schizotypal) lebih rentan berkembang menjadi gangguan psikosis pada situasi yang penuh tekanan.2 Gangguan psikotik akut dapat disebabkan oleh adanya stresor yang jelas. Stresor berupa stresor berat dari masalah interpersonal, pekerjaan dan pola relasi harian yang menimbulkan kecenderungan perilaku membahayakan diri sendiri atau orang lain. Sebuah analisis multivariat mengemukakan bahwa stres akut dan substance use disorder berhubungan dengan perilaku bunuh diri pada pasien gangguan psikotik akut.

3,4

Penatalaksanaan gangguan psikotik akut mencakup

pemberian antipsikotik, rawat inap jika ada peningkatan psikomotor atau adanya

3

tendensi membahayakan diri sendiri atau lingkungan, serta pemberian psikoterapi dan edukasi terkait gangguan tersebut.5,6 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari pembuatan Case Report ini adalah untuk mempelajari, memahami, dan menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, gambaran klinis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis gangguan psikotik akut lainnya predominan waham. 1.3 Metodologi Penelitian Metode penulisan case report berupa tinjauan kepustakaan merujuk ke berbagai literatur seperti textbook dan jurnal. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penulisan Case Report ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gangguan psikotik akut lainnya predominan waham.

4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gangguan Psikotik Akut Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.1,2 Gangguan psikotik akut menurut DSM-V didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1,2,4 2.2 Bentuk-bentuk psikotik akut: Bentuk-bentuk psikotik akut berdasarkan PPDGJ-III:4 1. F 23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang); b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama. c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya; d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode depresif. 2 F 23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut; b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas; c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia. 5

3. F 23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like akut) a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari nonpsikosis psikosis); b. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari 1 bulan; c. Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut. 4. F 23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari nonpsikosis psikosis); b. Waham dan halusinasi; c. Baik kriteria skizofrenia maupun gangguan psikotik polimorfik akut tidak terpenuhi. 5. F 23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun 6. F 23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT 2.3 Epidemiologi Berdasarkan studi epidemiologi internasional, bila dibandingkan dengan skizofrenia, insidensi gangguan psikotik akut sepuluh kali lebih tinggi terjadi di negara-negara berkembang daripada negara-negara industri. Beberapa klinisi meyakini bahwa gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan kelas sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian, dan imigran. Pada negara-negara non industri, beberapa istilah lain sering digunakan untuk menjelaskan bentuk psikosis yang dipicu oleh stress yang tinggi.2 Sebagaimana episode psikosis lainnya, risiko pasien menyakiti diri sendiri dan/atau orang lain dapat meningkat. Pada jenis kelamin, menurut studi epidemiologi internasional, insidensi dari gangguan ini dua kali lebih tinggi

6

terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, sebuah penelitian mengindikasikan adanya insidensi yang lebih tinggi pada wanita.2 Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara dekade ke tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini bahwa pasien dengan gangguan kepribadian (seperti narcissistic,

paranoid, borderline,

schizotypal) lebih rentan berkembang menjadi gangguan psikosis pada situasi yang penuh tekanan.2 2.4 Etiologi Etiologi gangguan psikotik akut tidak diketahui. Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah perkembangan gejala psikotik.1 Secara psikodinamika terdapat mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Teori psikodinamika yang lainnya adalah bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau suatu pelepasan dari situasi psikosial tertentu. 2 2.5 Patofisiologi Hipotesis dopamin pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu:1,2,3,5 1.

Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam system saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal;

2.

Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu precusor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu

agonis

reseptor

dopamine

langsung),

baik

yang

dapat

mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; 7

3.

Densitas reseptor dopamin telah terbukti, postmortem, meningkat di otak pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis;

4.

Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamin pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita skizofrenia; dan

5.

Perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamin, di cairan serebrospinal, plasma, dan urin.5 Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah

karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.3 2.6 Diagnosis Diagnosis gangguan psikotik akut dapat ditegakkan berdasarkan DSM-5 atau PPDGJ-III. Pada DSM-V memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik, didasarkan terutama atas lama gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan yang tidak disertai dengan satu gangguan mood, gangguan yang berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik akut kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang lebih dari satu hari diagnosis yang sesuai harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform (jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform (jika gejala berlangsung kurang dari 6 bulan) dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).1,2

8

Jadi gangguan psikotik akut diklasifikasikan di dalam DSM-V sebagai suatu gangguan psikotik dengan durasi akut. Kriteria diagnosis menentukan sekurang-kurangnya satu gejala yang jelas psikotik yang berlangsung selama satu hari sampai satu bulan. DSM-V menentukan lebih lanjut penentuan tiga ciri: adanya atau tidak adanya satu atau lebih stressor yang jelas dan; suatu onset pasca persalinan.1,2 Seperti pada pasien psikiatri akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Di samping itu, klinisi mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.1,2 Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akut menurut DSM-V:1,2 Ada satu (atau lebih) gejala berikut : 

Waham



Halusinasi



Bicara terdisorganisasi (misal; sering menyimpang atau inkoherensi).



Prilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik. Catatan: jangan memasukan gejala jika merupakan pola respons yang diterima secara kultural.

 Lama suatu epiode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbit.  Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan mood dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika : 9

Dengan stresor nyata (psikosis reaktif akut) : jika gejala terjadi segera setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendiri atau bersamasama, akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut Tanpa stresor nyata : jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau tampaknya bukan sebagai respon terhadap kejadian yang sendirinya atau bersamasama akan menimbulkan streas yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut. Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu setelah persalinan. Beberapa gangguan psikosis akut atau sementara:3,4 1. Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia 2. Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia 3. Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia Akut 4. Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham Kriteria diagnostik gangguan psikotik akut menurut PPDGJ-III:4 1. Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang digunakan adalah: a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama dengan jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodormal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok. b) Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas) c) Adanya stress akut yang berkaitan d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung 10

2. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode manic atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejalagejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu. 3. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium atau

demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan dari 1 bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20.-). Gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan, tetapi harus diterima sebagai diagnosis sementara. Jika gejala menetap lebih dari satu bulan, diagnosis berubah menjadi gangguan psikotik lainnya, seperti gangguan skizofreniform. 2.7 Gambaran Klinis Gejala gangguan psikotik akut selalu termasuk sekurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik akut daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik akut adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak-teriak atau diam membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative. 1,2 2.8 Diagnosis Banding Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan buatan (factitious disorder) dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura (malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin tidak mau 11

mengakui penggunaan zat gelap, dengan demikian membuat pemeriksaan intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik dengan yang ditemukan pada gangguan psikotik akut. Gangguan psikiatrik tambahan yang harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan identitas disosiatif dan episode psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal. 2.9 Tatalaksana 2.9.1 Rawat Inap Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang singkat baik untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan gejala yang ketat dan penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien mendapatkan kembali kesadarannya terhadap realita. Sementara klinisi menunggu efek perawatan atau obat-obatan, mungkin di...


Similar Free PDFs