D081181006 Gangguan Kesehatan Yang Muncul Dari Aktivitas Menyelam Nelayan Tradisional PDF

Title D081181006 Gangguan Kesehatan Yang Muncul Dari Aktivitas Menyelam Nelayan Tradisional
Author Andre Senobua'
Pages 7
File Size 55 KB
File Type PDF
Total Downloads 139
Total Views 227

Summary

Gangguan Kesehatan Yang Muncul Dari Aktivitas Menyelam Nelayan Tradisional Andre Senobua’ 1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Hal tersebut membuat masyarakat di Indonesia memanfaatkan laut sebagai sumber penghasilan bagi mereka. ...


Description

Gangguan Kesehatan Yang Muncul Dari Aktivitas Menyelam Nelayan Tradisional Andre Senobua’ 1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Hal tersebut membuat masyarakat di Indonesia memanfaatkan laut sebagai sumber penghasilan bagi mereka. Indonesia terkenal dengan kekayaan baharinya, hingga kapal dari luar negeri datang untuk mencuri ikan dan kekayaan laut di Indonesia. Secara geografis Indonesia membentang dari 6° LU sampai 11° LS dan 92° sampai 142° BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau. Tiga perempat wilayahnya adalah laut (5,9 juta km2), dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua setelah Kanada 80 persen dari kawasan ini adalah laut. Luas wilayah perairan Indonesia kurang lebih 5,8 juta kilometer persegi, dan jumlah nelayan di Indonesia hingga tahun 2009 tercatat 2.752.490 orang. Dari jumlah nelayan tersebut 90%-nya merupakan nelayan kecil. (Rahmadayanti, 2017) Terkadang nelayan kecil atau nelayan tradisional hanya memanfaatkan peralatan ala kadarnya untuk menyelam. Hal itu dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka. Ditambah dengan frekuensi dan kedalaman dari penyelaman. Kesehatan mereka semakin hari semakin buruk dan membuat aktifitas nelayan semakin menurun. Aktifitas menyelam mempunyai efek jangka panjang pada fisiologi tubuh manusia. Perubahan fisiologis dapat terlihat dari manifestasi gejala dekompresi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan frekuensi kasus osteonecrosis dysbaric dan gangguan pendengaran yang didiagnosa pada penyelam komersial. Aktifitas

1

Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

1

menyelam berisiko terhadap organ lain karena gejala laten yang mempunyai efek terhadap otak, medulla spinalis, mata dan paru-paru (Campbell, 2006). Tekanan yang meningkat pada penyelam menyebabkan barotrauma yang berefek pada beberapa bagian tubuh yaitu telinga, paru-paru dan muka (Bentz, 2004). Sekolom air laut dengan kedalaman 33 kaki (10 m) akan memberikan tekanan terhadap alasnya sama besar dengan tekanan yang diberikan oleh seluruh atmosfer bumi. Karena itu, seseorang yang berada pada kedalaman 33 kaki dibawah permukaan laut akan terpapar oleh tekanan sebesar 2 atmosfer, 1 atmosfer disebabkan oleh tekanan udara diatas laut dan 1 atmosfer berasal dari berat air sendiri. Pada kedalaman 66 kaki tekanannya adalah 3 atmosfer dan seterusnya. (Ganong, 2003; Guyton, 2003). Hal yang sangat berbahaya jika keadaan tersebut selalu berulang dari hari ke hari. Menurut saya penyelam tradisional membutuhkan sebuah sosialisasi karena diketahui bahwa nelayan saat ini tidak memperhatikan kesehatan mereka. Sangat miris jika nelayan di Indonesia tidak dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut. Kegiatan nelayan saat ini khususnya nelayan tradisional sangat berisiko tinggi. Perlu adanya sebuah perubahan sehingga nelayan Indonesia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik dan tidak berisiko tinggi. Nelayan tradisional dapat dijumpai di daerah-daerah pesisir. Mereka menyelam tanpa adanya pengetahuan atau latihan terlebih dahulu. Nelayan- nelayan tersebut hanya menggunakan kompresor sebagai saluran udara dari atas permukaan. Keahlian mereka diturunkan dari generasi ke generasi tanpa adanya pengetahuan ilmu kesehatan menyelam yang baik. Banyak sekali penyakit yang bisa timbul dari aktifitas nelayan yaitu mencari ikan dengan cara menyelam. Kegiatan penyelaman yang melibatkan masyarakat nelayan

telah

dilakukan sejak dahulu, walaupun tidak ada catatan khusus mengenai hal ini, namun sebagai negara dengan wilayah laut yang sangat luas tentu telah memanfaatkan sumber

daya

laut

secara

intensif.

Kegiatan

penyelaman

itu

sendiri

seharusnya dilihat sebagai suatu kegiatan mencari nafkah dengan lingkungan kerja penyelaman. Selama ini masyarakat nelayan belum dibekali ilmu yang cukup

2

mengenai safety dive, sehingga mereka dapat melakukan kegiatan penyelaman ini dengan baik dan benar serta tidak membahayakan kesehatan mereka. Kegiatan penyelaman memiliki prosedur standar, namun beberapa penyelam tradisional tidak mengetahuinya. Pertanyaan yang timbul sekarang adalah apa saja dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan dari lama dan kedalaman menyelam yang dilakukan oleh nelayan tradisional ?

PEMBAHASAN

Penyelam

tradisional

adalah

penyelam

yang

menggunakan

alat

seadanya/sederhana seperti kompressor, kacamata selam pada saat melakukan penyelaman. Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Santosa, 1983). Penyelam tradisional banyak terdapat di wilayah Indonesia terutama di daerah pesisir dan kepulauan, yang kebanyakan belum pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan dalam hal penyelaman secara formal karena keterbatasan dana dan jangkauan jarak ke tempat pelatihan. Para nelayan penyelam tradisional umumnya hanya melakukan pekerjaan secara turun-temurun atau mengikuti yang lain, serta tanpa dibekali ilmu kesehatan dan keselamatan penyelaman yang memadai. Berdasarkan keadaan tersebut maka timbullah berbagai penyakit yang dapat menyerang tubuh dari nelayan tersebut. Ada banyak penyakit yang bisa menyerang dari aktifitas nelayan tersebut dan di dalam tulisan ini akan dibahas dua penyakit yang sering muncul diakibatkan dari terlalu lama menyelam dan kedalaman dari menyelam itu sendiri. 2.1 Barotrauma Auris 2.1.1 Definisi Barotrauma

adalah

kerusakan

jaringan

dan

sekuelenya

akibat

ketidakseimbangan antara tekanan udara dari rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan disekitarnya. Prinsip barotrauma ini mengikuti hukum Boyle dimana peningkatan atau penurunan suatu tekanan terhadap gas akan menyebabkan

3

pengembangan atau kompresi dari volume gas yang dikenai, dan yang paling sering terkena efek ini adalah telinga bagian tengah, Barotrauma pada telinga tengah ini dapat dan sering terjadi pada penyelam dalam air atau penerbang, insiden dari kerusakan ini adalah sering didapatkan pada penyelam dikarenakan perubahan tekanan udara dalam kedalaman 17 kaki dalam air sebanding dengan ketinggian 18.000 kaki. (Lakesla, 1995) Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paruparu) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustachius. Tuba eustachius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan maneuver Valsava. Pilek, rinitis alergika serta berbagai variasi anatomis individual, semuanya merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba eustachius. 2.1.2 Gejala Barotrauma Gejala-gejala barotrauma telinga tengah termasuk nyeri, rasa penuh dan berkurangnya pendengaran. Diagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak mengalami injeksi dengan pembentukan bleb hemoragik atau adanya darah di belakang gendang telinga. Kadang kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Dapat disertai gangguan pendengaran konduktif ringan.

2.2 Penyakit Dekompresi 2.2.1 Definisi Penyakit dekompresi adalah kondisi medis yang disebabkan oleh akumulasi nitrogen terlarut dalam tubuh setelah menyelam, yang kemudian membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta sistem saraf. Tergantung pada jumlah nitrogen yang diserap dan di mana lokasinya, kasus dekompresi dapat berkisar dari sakit sendi atau ruam kulit hingga mati rasa, kelumpuhan, dan

4

kematian. Tanda-tanda paling umum dari penyakit dekompresi parah adalah disfungsi dari sumsum tulang belakang, otak, dan paru-paru 2.2.2 Gejala Menurut Dewan Instruktur Selam Indonesia penyakit dekompresi terjadi karena pada saat peselam turun ke kedalaman, meningkatnya jumlah tekanan parsial gas yang dipergunakan saat benapas pada kedalaman yang lebih dalam akan meningkatkan pula jumlah gas yang terlarut dalam jaringan, dimana nitrogen tidak diperlukan tubuh dalam metabolisme maka gas nitrogen lebih banyak tersimpan dan larut dalan jaringan tubuh. Pada saat naik menuju kadalaman yang lebih dangkal, dimana tekanan sekeliling berkurang, maka kelebihan gas dalam jaringan dilepas oleh tubuh. Jika kecepatan naik tidak cukup perlahan, maka perbedaan tekanan gas dalam tubuh menjadi lebih besar, maka timbul ketidak seimbangan dan terbentuklah gelembung di dalam jaringan tubuh peselam tersebut. (Dewan Instruktur Selam Indonesia.A2 POSSI). Gejala klinis yang tampak pada kebanyakan kasus adalah nyeri yang terlokalisir pada sendi-sendi (lutut, mata kaki, dan tungkai bagian bawah adalah tanda yang paling umum). Hal yang biasa ditemukan pada gejala bends: (1) nyeri terlokalisir yang bertambah parah, (2) gatal-gatal pada kulit, (3) rasa mual, (4) sukar bernapas, (5) tidak sadar dan atau kelumpuhan, (6) kejang-kejang, dan (7) kematian.

KESIMPULAN

Kegiatan penangkapan ikan dengan cara menyelam sangat berbahaya bagi kesehatan nelayan tradisional. Apalagi nelayan hanya menggunakan alat seadanya dan tidak mengetahui bagaimana teknik penyelaman yang baik. Mengingat pekerjaan ini sangat beresiko bagi nelayan tradisional maka sebaiknya perlu digalakkan program-program untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka. Dan bagi pemerintah supaya memperhatikan nelayan-nelayan tradisional dengan memberikan serta menambah sarana dan prasarana untuk mereka.

5

Mengingat jumlah nelayan di Indonesia sangat banyak dan sebagian besar merupakan nelayan tradisional.

DAFTAR PUSTAKA Abduhrahman Kemal Massi, 2005. Analisis Kesehatan Dan Keselamatan Lingkungan Kerja Penyelam Tradisional (Safety Health Environment Analysis For Traditional Divers).

Abshor Ulil, 2008. Pengaruh Barotrauma Auris Terhadap Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Di Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Jember: Skripsi Sarjana Universitas Jember.

Achmad Irhamdi, Soulisa Julaila, Latuconsina Luthfy, 2016. Hubungan Pengunaan Alat Penyelam Tradisional Dengan Kejadian Barotrauma.

Ari Dimas Dharmawirawan, Modjo Robiana, 2012. Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Penangkapan Ikan Nelayan Muroami.

L. Meylan W. Takalelumang, Walembuntu Meistvin, Gobel Iswanto, 2017. Gambaran Keluhan Penyakit Dekompresi Pada Penyelam Tradisional Di Kampung Simueng Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2017 .

Mallapiang Fatmawati, Alam Syamsul, Rizal Rukhayya. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran pada Penyelam Tradisional di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Tahun 2015.

Rahmadayanti, Budiyono, Yusniar, 2017. Faktor Risiko Gangguan Akibat Penyelaman Pada Penyelam Tradisional Di Karimunjawa Jepara.

6

Rahman Novaria, Syahrir Muh, 2018. Gambaran Penyakit Akibat Penyelaman Pada Penyelam Tradisional Di Desa Jayabakti Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai.

Quamila Ajeng, 7 Masalah Kesehatan yang Mungkin Muncul Saat Menyelam, https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/7-risiko-kesehatan-menyelam-dilaut/. Diakses tanggal 16 April 2019.

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617546/4-penyakit-yang-rentandialami-penyelam . Diakses tanggal 8 Mei 2019.

7...


Similar Free PDFs