Dasar-dasar Ekologi Pengenalan Ekosistem Waduk PDF

Title Dasar-dasar Ekologi Pengenalan Ekosistem Waduk
Author AJ Sidiq
Pages 15
File Size 592.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 279
Total Views 617

Summary

ACARA 5 PENGENALAN EKOSISTEM WADUK I. TUJUAN 1. Mempelajari macam-macam ekosistem. 2. Mengetahui struktur dan komponen pembentuk ekosistem. II. TINJAUAN PUSTAKA Kelestarian ekosistem merupakan suatu hal yang harus selalu dipertahankan agar tercipta suatu keseimbangan antara alam dengan makhluk hidup...


Description

ACARA 5 PENGENALAN EKOSISTEM WADUK

I.

TUJUAN

1. Mempelajari macam-macam ekosistem. 2. Mengetahui struktur dan komponen pembentuk ekosistem.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelestarian ekosistem merupakan suatu hal yang harus selalu dipertahankan agar tercipta suatu keseimbangan antara alam dengan makhluk hidup. Interaksi yang ditimbulkan dari makluk hidup terhadap alam, haruslah interaksi yang saling menguntungkan. Hal tersebut dikarenakan apabila alam hanya selalu dimanfaatkan tanpa memperhatikan kelestarian ekosistem didalamnya, maka dikhawatirkan alam tidak lagi mampu menyediakan pemenuhan kebutuhan makhluk hidup. Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal mempunyai potensi paling besar dibandingkan hewan ataupun makhluk lainnya dalam rangka mempertahankan ekosistem alam. Bahkan manusia mampu menciptakan ekosistem buatan sebagai alternatif baru dalam rangka mencukupi kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat. Meskipun keberadaan manusia dianggap sebagai mkhluk yang potensial dalam menjaga kelestarian ekosistem, namun tidak sedikit manusia yang hanya memanfaatkan kekayaan alam tetapi tidak memberikan timbale balik yang postif bagi alam. Hal yang demikian itulah yang sekarang ini menjadi masalah pelik yang sulit dipecahkan, bahkan keberadaan hutan sebagai paru-paru duniapun sekarang ini sudah mulai terancam kelestariannya karena adanya kebakaran ataupun penebangan liar. Ekosistem adalah satuan fungsional dasar ekologi karena terdiri dari organisme biotik maupun abiotik. Dari segi fungsional, ekosistem dapat dianalisir dari segi sirkuit-sirkuit energi, rantai makanan, pola keanekaragaman dalam ruang dan waktu, daur makanan (biogeokimia), perkembangan dan evolusi serta pengendalian (Odum, 1983). Ekosistem adalah hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dan lingkungannya baik yang hidup (biotis) maupun yang tidak hidup (abiotis) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi. Suatu organisme tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan organisme lain atau lingkungan hidupnya. Dengan demikian untuk kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung pada kehadiran

organisme lain dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk keperluan pangan, perlindungan, pertumbuhan, perkembangbiakan, dan sebagainya. Hubungan antara suatu organisme tersebut sangat rumit dan sifatnya timbal balik (Cahyo, dan Muhartini, 1998). Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area ditambah dengan keadaan fisik yang mana saling berinteraksi. Karena tidak ada perbedaan yang tegas antara ekosistem maka objek pengkajian harus dibatasi atas daerah dan unsur penyusunnya. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem adalah saling keterkaitan antara satu dengan hal yang lain, saling ketergantungan, dan hubungan sebab akibat yang kesemuanya itu membentuk suatu rantai kehidupan yang berkesinambungan (Clapham et al., 1973 ). Dalam suatu ekosistem, terdapat beberapa unsur penyusun ekosistem yang berupa unsur biotik, dan abiotik. Lingkungan biotik disusun organisme sejenis disebut populasi, yang saling berinteraksi dengan populasi lain sebagai komunitas dan berinteraksi dengan lingkungan abiotik membentuk ekosistem. Sedangkan tempat hidup organisme disebut habitat (Odum , 1959). Unsur biotik masih terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu organisme autotrof, dan heterotrof. Yang dimaksud dengan organisme autotrof adalah organisme yang mampu membuat/mensintesis makanannya sendiri, contohnya adalah tanaman. Sedangkan organisme

heterotrof adalah organisme

yang

tidak

mampu

membuat/mensintesis

makanannya, contohnya adalah hewan. Pengurai merupakan organisme heterotrof

yang

menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai tersebut akan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan lagi oleh produsen. Yang termasuk adalah bakteri jamur dan lain-lain (Warsito dan Setyawan , 2000 ). Unsur abiotik adalah faktor utama dalam ekosistem setelah Unsur biotik, karena unsure ini bertugas untuk menciptakan keadaan yang diperlukan oleh mahluk hidup seperti cahaya, suhu, topografi, dan lain sebagainya (Wagnet et. al.,, 2003).

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi yang berjudul Pengenalan Ekosistem Waduk dilaksanakan di Waduk Jombor, Klaten, Yogyakarta, pada hari Minggu, 9 Maret 2014. Alatalat yang digunakan adalah kamera. Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan adalah organisme-organisme dan komponen-komponen waduk yang berada pada ekosistem waduk. Praktikum ini dimulai dengan diamatinya tanaman dan hewan yang berada dalam ekosistem waduk, kemudian masing-masing spesies diidentifikasikan. Kemudian diamati pula komponen-komponen pembentuk waduk tersebut, sehingga dapat dibuat jejaring makanan, arus energi dan daur materi yang terjadi dalam ekosistem waduk tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekosistem Waduk Jombor merupakan ekosistem buatan hasil transformasi atau alih fungsi ekosistem rawa yang kemudian diubah dan dijadikan waduk. Secara alami, komponen ekosistem yang ada sebagian besar masih sama seperti ekosistem rawa, namun semakin lama keaslian ekosistem rawa berubah menjadi ekosistem waduk (buatan), jadi dapat dikatakan bahwa ekosistem Waduk Jombor berbeda dengan ekosistem waduk pada umumnya karena ada campuran antara ekosistem waduk dan rawa. Rawa Jombor merupakan sebuah rawa yang terletak di tengah Desa Krakitan. Rawa ini dikelilingi oleh bukit-bukit yang sebagian besar merupakan pegunaungan kapur. Rawa Jombor berjarak kurang lebih 8 km dari kota Klaten. Rawa ini memiliki luas 198 ha dengan kedalaman meencapai 4,5 m dan meemiliki daya tampung air 4 juta m3. Tanggul yang mengelilingi rawa ini sepanjang 7,5 km dengan lebar tanggul 12 m. Daerah Rawa Jombor dahulu sebenarnya merupakan dataran rendah yang berbentuk cekungan luas dan dikelilingi oleh barisan pegunungan. Hal ini menyebabkan dataran rendah tersebut sering tergenang air, baik pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Daerah tersebut dinamakan Rawa Jombor karena daerah tersebut sering tergenang air sehingga disebut rawa dan terletak di Desa Jombor yang kini berubah menjadi Desa Krakitan. Genangan air ini akan semakin tinggi saat musim hujan karena dari sebelah barat laut terdapat sungai yang bernama Kali Ujung dan kali Dengkeng. Kedua sungai tersebut selalu meluap saat musim hujan dan selalu mengarah ke Rawa Jombor. Luapan air ini membuat Rowo Jombor semakin meluas dan menggenangi rumah warga serta sawah yang berada di sekelilingnya sehingga banyak warga yang terpaksa dipindahkan ke tempat yang lebih aman di tepi rawa atau tegalan di sekitarnya. Pada tahun 1901, Sinuwun Paku Buwono ke-X bersama dengan pemerintah belanda mendirikan pabrik gula Manisharjo di daerah Pedan, Klaten. Dibukanya pabrik gula ini membuat seluruh lahan pertanian di daerah Pedan tersebut ditanami dengan tanaman tebu. Luasnya lahan yang digunakan untuk perkebunan tebu tersebut meningkatkan jumlah kebutuhan air untuk irigasi. Sehingga Sinuwun Paku Buwono ke-X dan Pemerintah Belanda yang mengetahui keberadaan Rawa Jombor dengan jumlah air yang melimpah berencana untuk membuat saluran irigasi dari Rawa Jombor menuju areal perkebunan tebu tersebut. Pembangunan saluran irigasi tersebut dimulai pada tahun 1917 dengan cara membuat terowongan sepanjang 1 km menerobos pegunungan yang mengelilingi rawa serta talang air di atas kali Dengkeng. Pekerjaan ini akhirnya selesai pada tahun 1921 dan setiap tahun

Sinuwun Paku Buwono ke-X selalu mengunjungi Rawa Jombor walaupun hanya untuk sekedar naik perahu atau melihat pemandangan. Pada saat penjajahan Jepang, pabrik gula Manisharjo yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah Belanda menjadi bangkrut. Pada tahun 1943-1944, oleh pemerintah Jepang, Rawa Jombor kemudian dijadikan waduk dengan dibangunnya tanggul di sekeliling rawa dengan memanfaatkan tenaga kerja paksa (romusha). Sebelum dibangun tanggul, luas Rawa Jombor sekitar 500 hektar sementara setelah dibangun tanggul dengan lebar 5 m maka luasnya menjadi 180 hektar. Setelah penjajahan Jepang berakhir Rawa Jombor tetap dimanfaatkan sebagai waduk untuk menampung air irigasi bahkan pada tahun 1956, pemerintah kota Klaten menetapkan Rawa Jombor sebagai tujuan wisata dengan melakukan pembangunan tempat peristirahatan untuk pengunjung. Pada tahun 1967-1968, setelah adanya pemerintahan Orde Baru, pemerintah kota Klaten memanfaatkan para tahanan politik (tapol) untuk melakukan perbaikan Rawa Jombor. Perbaikan tersebut dilakukan dengan memperlebar tanggul yang awalnya hanya 5 meter menjadi 12 meter. Pekerjaan tersebut selesai dalam 7 bulan dengan menyerap tenaga kerja tapol sebanyak 1700 orang. Rawa Jombor berfungsi untuk irigasi, budidaya ikan, pariwisata dan pada tahun 1996 mulai dimanfaatkan sebagai tempat warung makan apung. Rawa Jombor dapat mengairi sawah yang berada di sekitar rawa. Budidaya ikan dengan menggunakan karamba sudah ada sebelum berdirinya warung apung dan keberadaan karamba ini memberikan kontribusi yang penting untuk menyediakan ikan segar bagi masyarakat. Keindahan alam di Rawa Jombor banyak menarik perhatian masyarakat sehingga banyak wisatawan local maupun manca yang berkunjung. Dalam suatu ekosistem, tentu terdapat dua komponen penyusun, yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik yang ditemukan di daerah ekosistem Waduk Jombor adalah air, batu-batuan, tanah (dasar waduk), udara, suhu, sinar matahari dan komponen tak hidup lainnya. Dalam ekosistem waduk, air merupakan komponen biotik yang paling berpengaruh karena hampir semua unsur ekosistem ini berada di air meliputi tumbuhan, beberapa jenis hewan, dan dekomposernya. Warna air pada waduk jombor adalah Jernih kekuning-kuningan. Warna dari air terbentuk dari susunan atau zat yang terkandung di dalam air tersebut. Untuk kandungan air dapat dianalisa secara laboratoris agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Batu-batuan dan tanah yang terdapat di Waduk Jombor terletak di bagian dasar waduk yang sulit untuk diamati karena kedalaman waduk yang mencapai 4,5 meter sehingga tidak dimungkinkan pengambilan sampel. Namun diasumsikan bahwa tanah yang

berada di dalam waduk jombor masih seperti rawa dikarenakan memang dahulunya waduk ini berupa rawa. Penambahan komponen atau volume tanah di dasar waduk juga terjadi karena pengendapan partikel-partikel tanah yang terbawa masuk ke dalam waduk tersebut. Karena waduk merupakan ekosistem yang jenuh dengan air, maka tanah di dasar waduk berupa lumpur (campuran tanah dan air) yang dapat dilihat ketika kita mengambil tongkat yang digunakan untuk mendorong kapal bambu atau getek maka terlihat sisa-sisa lumpur yang masih menempel. Intensitas dan kualitas cahaya matahari memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu. Komponen biotik yang ditemukan di Waduk Jombor adalah, kangkung air (Ipomoea aquatica), eceng gondok (Eichornia crassipes), dan lumut dinding. Kemudian hewan yang mendiami waduk itu adalah Ikan mas (Cyprinus carpio), Ikan Sepat (Trichogaster trichopterus), Ikan Nila (Oreochromis niloticus), dan Ikan gabus (Channa striata). Dan selain hewan yang ada dalam air, ada beberapa hewan di luar ekosistem waduk ikut mempengaruhi keseimbangan ekosistem tersebut, antara lain keong mas (Pomacea canaliculata), belalang (Dissosteira carolina), capung (Neurothemis sp), bebek, burung kuntul, dan manusia. Dalam sebuah ekosistem dikenal istilah arus energi dan daur materi. Arus energi ialah arus yang menggambarkan perpindahan energi dari sinar matahari menuju prdusen, kemudian dari produsen menuju konsumen, lalu dari konsumen menuju dekomposer, dan pada akhirnya dekomposer mengeluarkan energi dalam bentuk lain. Setiap energi yang berpindah dari satu tingkatan trofik ke trofik lainnya akan mengeluarkan entropi, dengan jumlah maximum 10%. Entropi adalah energi yang dikeluarkan dalam bentuk panas yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Perpindahan energi antar organisme disebut arus karena tidak siklis, yaitu berasal dari matahari tetapi tidak kembali lagi untuk siklis ke matahari. Sedangkan perpindahan materi disebut daur, hal ini disebabkan karena materi tersebut mengalami perpindahan siklis, yaitu berasal dari tumbuhan kemudian akan beputar kembali menuju tumbuhan. Tumbuhan menggunakan materi tersebut setelah diuraikan menjadi komponen abiotik di dalam tanah. Materi berpindah dari suatu organisme ke organisme lain akibat proses makan-dimakan, kemudian organisme mati dan diuraikan oleh dekomposer yang akan menghasilkan bahan mineral siap pakai yang dapat dimanfaatkan tumbuhan hijau untuk berfotosintsesis. Demikian seterusnya. Sehingga aliran ini tidak pernah terputus.

Produsen

Konsumen

Dekomposer

Arus Energi

Produsen

Konsumen Primer

Dekomposer

Konsumen Tersier

Konsumen Sekunder Daur Materi

Di dalam ekosistem waduk, terdapat proses makan-dimakan. Kegiatan tersebut akan membuat suatu rantai makanan. Rantai makanan adalah suatu skema makhluk hidup yang menggambarkan peristiwa makan dan dimakan. Peristiwa rantai makan pasti terjadi di setiap ekosistem begitu pula di waduk jombor, antar unsur biotiknya pasti terjadi peristiwa makan dan dimakan yang dapat digambarkan dalam suatu rantai makanan sebagai berikut:

Tumbuhan Air

Ikan Kecil

Burung Kuntul

Ikan Besar

Dekomposer

Rantai Makanan Dari rantai makanan tersebut dapat dikembangkan manjadi sebuah jaring-jaring makanan, sebagai berikut:

Jaring-Jaring Makanan Seperti yang kita ketahui, bahwa ekosistem mempunyai tingkatan trofik, yaitu produsen konsumen, dan dekomposer. Yang bertindak sebagai produsen adalah tumbuhan, karena tumbuhan termasuk organisme autotrof, yyaitu organisme yang mampu membuat atau

mensintesis makanannya sendiri. Yang bertindak sebagai konsumen tingkat

I adalah

serangga, keong mas, dan ikan kecil. Kemudian yang menduduki konsumen tingkat II adalah burung kuntul, bebek, manusia, dan ikan besar. Pada konsumen tingkat III diduduki oleh manusia. Dan pengurai atau dekomposer yang tidak dapat kami amati.

V. KESIMPULAN

1. Ekosistem mmemiliki berbagai macam jenis, diantaranya adalah ekosistem daratan (teresstrial) dan ekosistem perairan (aquatic). 2. Komponen pemmbentuk ekosistem adalah komponen biotik dan abiotik. Dalam ekosistem waduk ini, yang termasuk dalam komponen biotik adalah kangkung air, ikan, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam komponen abiotik adalah batu, tanah, iklim, cahaya matahari, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, D. Dan Aprillia. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan untuk Kelas XI SMK. Grafindo Media Pratama, Bandung. Cahyo, S. dan Muhartini. 1998. Ekologi Pertanian. Universitas Terbuka, Jakarta. Clapham, W.B. 1973. Natural Ecosystem. Mac Millian Publishing Co, Inc, New York. Odum, H.T. 1959. Fundamentals of Ecology, W. B. Sounders, Philadelpia. Wagenet, R. J., R. R. Rodriguez, W. F. Cambel and D. L. Turner. 2003. Fertilizer effect on garden plants. Agronomy Journal 3 : 160 - 164. Warsito dan Setyawan. 2000. Komposisi tanah yang telah lama disewakan di daerah Tugumulyo Sumatra Selatan. Journal Tanah Tropika VIII :131-138.

Gambar 5.1 Eceng Gondok dan Keonng Mas

Gambar 5.2 Ikan Gabus

Gambar 5.3 Ikan Nila

Gambar 5.4 Ikan Mas

Gambar 5.5 Kangkung Air

Gambar 5.6 Cahaya Matahari

Gambar 5.7 Belalang

Gambar 5.8 Pintu Air

Gambar 5.9 Keramba...


Similar Free PDFs