ekologi hewan PDF

Title ekologi hewan
Author Riana Lisnawati
Pages 15
File Size 149.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 330
Total Views 497

Summary

TUGAS MAKALAH EKOLOGI HEWAN WADUK Disusun oleh : 1. Devi Agustiani (11008047) 2. Muhammad Ilham (12008111) 3. Fitri Apriyani (12008117) 4. Riana Lisnawati (12008151) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAM YOGYAKARTA 2015 BAB I PENDAHULUAN A. L...


Description

TUGAS MAKALAH EKOLOGI HEWAN WADUK

Disusun oleh : 1. 2. 3. 4.

Devi Agustiani Muhammad Ilham Fitri Apriyani Riana Lisnawati

(11008047) (12008111) (12008117) (12008151)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAM YOGYAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Waduk atau bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi penampungan air, danau, atau tempat rekreasi. Sering kali waduk juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan waduk juga memiliki bagian yang disebut pintu air, apabila air yang tidak diinginkan dapat dibuang secara bertahap atau berkelanjutan. Tujuan dibuatnya waduk yaitu menyediakan ait untuk irigasi atau penyediaan ait di perkotaan, meningkatkan nafigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau haditat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industry seperti pertambangan atau pabrik hanya beberapa waduk yang dibangun untuk semua tujuan diatas. Akan tetapi melihat fungsi dan tujuan waduk tersebut, maka melihat kewilayah negeri sendiri yaitu Negara Indonesia, ternyata kondisi waduk di Indonesia banyak yang mengalami penurunan fungsi akibat dampak negative dari pembangunan pemukiman dan indestri, pendangkalan dan pencemaran waduk, serta budidaya perikanan dengan system keramba yang melebihi daya dukung ekosistem. Hal lain yang sangat menentukan penurunan kondisi waduk di Indonesia juga dapat dilihat dari umur pengoperasian serta pemeliharaan dari pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, didalam salah satu cabang ilmu pengetahuan tentang perairan yang disebut ilmu hidrologi, maka suatu persamaan atau suatu model diharapkan dapat di terapkan pada daerah-daerah lain yang mempunyai karakteristik hidrologi yang sama atau mirip dengan derah tempat penurunan persamaan atau pembuatan modal tersebut. Hal ini kemungkinan berguna dalam mengambil resolusi dari keberadaan konflik antar karakteristik hidrologi satu daerah dengan daerah lain yang mempunyai kesamaan karakter.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari Makalah Waduk yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pembentukan Waduk? 2. Apa sajakah tipe-tipe Waduk? 3. Bagaimana jenis ikan yang hidup di Waduk?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari Makalah Waduk yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses pembentukan Waduk. 2. Untuk mengetahui tipe-tipe Waduk. 3. Untuk mengetahui jenis ikan yang hidup di Waduk.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Waduk Menurut Ditjen Pengairan - Departemen Pekerjaan Umum, Bendungan adalah suatu konstruksi bangunan yang melintasi/memotong sungai untuk menghalangi aliran air sehingga permukaan air naik dan membentuk danau buatan yang berfungsi sebagai pengendali dan penyimpan air. Sedangkan bendung adalah waduk kecil yang berfungsi mengairi lahan-lahan pertanian yang letaknya jauh dari sungai. Perbedaan antara keduanya terletak pada keberadaan bangunan pelimpah yang berfungsi untuk mengalihkan dan menampung kelebihan air. Pada bendung tidak terdapat bangunan pelimpah, sehingga kelebihan air akan terbuang begitu saja setelah melewati tinggi tubuh bendung, sedangkan pada bendungan terdapat bangunan pelimpah; dengan kata lain bendung tidak dapat berfungsi sebagai penampung air (hanya menaikkan permukaan air)sedangkan bendungan dapat berfungsi sebagai penampung air. Air yang tertampung pada bangunan pelimpah ini berfungsi sebagai cadangan air bagi berbagai keperluan (Ensiklopedi PU). B. Fungsi Dan Manfaat Waduk Pembangunan suatu waduk disesuaikan dengan kepentingan tertentu, masing-masing waduk memiliki fungsi dan manfaat tersendiri. Beberapa waduk dibangun hanya untuk melayani satu atau dua macam kegunaan, namun ada juga waduk yang memiliki banyak kegunaan sehingga disebut Waduk Serbaguna. 1. Fungsi Ekologis Waduk a. Menampung air, mencegah bencana banjir, dan menanggulangi kekeringan Waduk (khususnya bendungan) berfungsi untuk menampung air, baik yang berasal dari aliran sungai maupun limpasan air hujan.Air yang ditampung ini menjadi sumber air bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Air ini dimanfaatkan untuk keperluan irigasi sawah dan kolam, kebutuhan manusia sehari-hari (minum, mandi, memasak, dan mencuci), kegiatan peternakan, industri, dan bahkan air baku bagi Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM). Kecepatan air yang dialirkan ke dalam waduk harus dikontrol sedemikian rupa agar air ini tidak mengalir terlalu cepat sehingga menyebabkan erosi di bagian hilir waduk, dan juga tidak terlalu lambat sehingga menyebabkan sedimentasi di bagian hulu waduk.Waduk juga berfungsi untuk mengatur sistem hidrologi; yaitu dengan menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai, serta memasok air ke kantung-kantung air lain seperti ekuifer (air tanah), sungai, dan persawahan. Dengan demikian waduk dapat mengendalikan dan meredam banjir pada musim hujan, serta menyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau untuk menghindari musibah kekeringan (Djamhari,1999). b. Mengatur Iklim Mikro Keberadaan waduk, seperti halnya dengan ekosistem danau alami, juga berfungsi dalam pengendalian iklim mikro. Air yang tertampung dalam waduk menyerap panas pada siang hari, sehingga suhu udara di sekitar waduk tidak terlalu tinggi. Hal ini pada akhirnya akan sangat berpengaruh pada kehidupan makhluk yang hidup didalam dan di sekitar ekosistem waduk. Walaupun waduk memiliki peranan penting dalam pengaturan iklim mikro, namun pada awal pembentukannya waduk menimbulkan dampak

negatif

yang

cukup

besar

berkaitan

dengan

pemanasang

lobal

(Djamhari,1999). c. Habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan Ekosistem waduk, yang pada dasarnya hampir sama dengan ekosistem danau alami, merupakan habitat bagi berbagai jenis sumber daya hayati (baik tumbuhan maupun hewan). Berbagai jenis ikan, tumbuhan air, plankton, burung air, mamalia, reptilia, serangga, dan amfibi hidup, berkembang biak, serta mencari makan diekosistem waduk. Beberapa diantaranya juga merupakan jenis hewan dan tumbuhan endemic (Djamhari,1999). 2. Manfaat Ekonomis Waduk a. Menghasilkan berbagai jenis sumber daya hayati bernilai ekonomis Waduk memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Berbagai jenis sumber daya hayati yang hidup di waduk ada yang merupakan jenis asli dan ada juga yang merupakan jenis-jenis yang sengaja diintroduksikan untuk keperluan budidaya. Jenis hewan yang umum dibudidayakan di waduk adalah ikan; ikan-ikan ini biasa

dibudidayakan dalam Karamba Jaring Apung (KJA). Jenis- jenis ikan yang biasa dipelihara di KJA adalah Ika Mas (Cyprinus carpio) Nila (Oreochromis niloticus ), Jambal (Pangasius pangasius ), dan Gurami (Osphronemu gourami) b. Menampung air irigasi Salah satu fungsi utama waduk adalah untuk mengairi persawahan,bahkan bendung (waduk kecil) memang sengaja dibangun untuk mengairi lahan persawahan yang terletak jauh dari sungai. c. Penghasil energy Air waduk dapat dipergunakan sebagai sumber energi pada pembangkit listrik (PLTA). Untuk keperluan ini, air waduk harus tersedia dalam jumlah tertentu agar turbin pada instalasi PLTA dapat tetap digerakkan. Dari segi lingkungan, energi yang dihasilkan oleh air lebih ramah lingkungan dari pada energi yang dihasilkan oleh diesel, batu bara, atau bahan bakar fosil lainnya. Salah satu contoh adalah Waduk Mrica di Semarang (waduk terbesar di Jawa Tengah); dengan pemanfaatan air untuk pembangkit listrik yang memproduksi listrik sebesar 580 GWH/tahun, PLTA di waduk ini telah menyelamatkan sekitar 290.000 ton minyak setiap tahunnya (Whittenet al., 1999). d. Sarana transportasi, rekreasi, dan olahraga Waduk merupakan salah satu ekosistem lahan basah yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan transportasi, rekreasi, dan olahraga. Alat transportasi yang biasa digunakan di waduk adalah perahu, sampan, dan rakit. Transportasi ini terutama dijumpai pada waduk besar yang menghubungkan beberapa kecamatan (Djamhari,1999). e. Manfaat Sosial dan Budaya Waduk Keberadaan waduk sangat mempengaruhi kondisi sosial budaya masyarakat sekitarnya. Kondisi masyarakat di sekitar waduk berkembangsesuai dengan keberadaan ekosistem waduk tersebut. Salah satu contohadalah perubahan pola hidup masyarakat yang hidup di sekitar waduk,yang pada awalnya merupakan petani/penggarap sawah menjadi nelayanatau petambak ikan akibat lahan sawah garapannya telah ditenggelamkanmenjadi waduk (Djamhari,1999).

C. Proses Pembuatan Waduk Waduk dibangun dengan membendung aliran sungai utama sehingga air terkumpul dan membentuk danau besar. Pembangunan waduk umumnya ditujukkan untuk mengendalikan banjir, menyuplai air irigasi, menyediakan sumber air baku bagi masyarakat dan industri, serta sebagai pembangkit listrik (PLTA). Konstruksi suatu waduk disesuaikan dengan tujuan pembangunan dan kondisi daerah setempat. Aspek topografi lahan, geologi, dan hidrologi sangat mempengaruhi konstruksi waduk. Dari segi topografi dan geologi, lokasi pembangunan waduk harus disesuaikan agar waduk nantinya dapat menampung air sungai yang dibendung; dan dari segi hidrologi, debit air sungai harus mencukupi untuk dapat dibendung dalam suatu waduk. Proses pembangunan suatu waduk perlu melibatkan banyak pihak dari berbagai disiplin ilmu, tidak hanya teknik sipil saja tetapi juga dari bidang sosial ekonomi, lingkungan, hidrologi, dan perikanan. Pembangunan suatu waduk (khususnya bendungan) merupakan suatu proyek besar yang akan sangat merubah kondisi (rona) lingkungan setempat, oleh karena itu suatu kajian kelayakan (ANDAL) harus dilakukan sebelum proyek pembangunan waduk disetujui untuk berjalan (Adiwilaga, 1999). Apabila hasil studi ANDAL menunjukkan bahwa pembangunan waduk layak dilakukan, barulah proses konstruksi bisa dimulai. Sebelum konstruksi waduk dimulai, dilakukan kegiatan pembersihan lahan, untuk itu masyarakat yang daerahnya akan dibangun waduk perlu direlokasi dan diberi ganti rugi (kompensasi) yang sesuai; setelah itu dimulailah proses konstruksi. Material utama pembuatan waduk bisa berupa beton, tanah, batu, atau karet. Bendung Karet, merupakan suatu teknologi baru dalam bidang bangunan air, bendung jenis ini mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1991 (Adiwilaga, 1999). D. Tipe-tipe Waduk Menurut Ditjen Pengairan – Departemen Pekerjaan Umum, waduk dapat dibedakan menjadi lima tipe berdasarkan bentuk dasarnya, yaitu (Ensiklopedi PU dan Kantor Menteri Negara Pekerjaan Umum, 1995) 1. Waduk Urugan Tanah Waduk ini dibangun dengan cara menimbun tanah, pasir, dan kerikil dalam komposisi tertentu untuk membatasi suatu lembah. Dalam potongan melintang, waduk memiliki

bentuk dasar segi tiga dengan perbandingan kemiringan lereng di sisi hulu dan hilir sama yaitu 18 derajat. Dinding sebelah hulu berfungsi sebagai penahan gelombang sedangkan dinding sebelah hilir harus cukup kuat menahan erosi air hujan dan air bawah waduk. Waduk Urugan Tanah memiliki beberapa keuntungan antara lain bahan pembuatnya selalu tersedia di sekitar waduk, pengerjaannya membutuhkan biaya kecil dan waktu yang cepat, dan pembangunannya dapat dilakukan pada semua kondisi geologi dan geografi yang ada. 2. Waduk Urugan Batu Waduk ini dibangun dari urugan batu-batu besar yang ditumpuk di atas pondasi yang cukup kuat. Waduk Urugan Batu biasa dibangun pada lereng yang kemiringannya sekitar 36 derajat. Pembangunan waduk ini menggunakan dua metode yaitu Metode Urugan Gilas dan Metode Urugan Hidraulik. Metode Urugan Gilas dilakukan dengan mesin tumbuk untuk memadatkan bahan-bahan penyusun waduk. Sedangkan Metode Urugan Hidraulik, dilakukan dengan melewatkan material-material penyusun dalam pipa-pipa berkatup yang didorong dengan kekuatan hidraulik. 3. Waduk Gravitasi Waduk Gravitasi dibangun lurus atau hampir lurus permukaan bagian hulunya. Secara keseluruhan waduk gravitasi dibuat dari batuan besaratau beton yang tahan terhadap tekanan air di waduk penyimpan. Waduk ini pada dasarnya mengandalkan berat konstruksinya untuk melawan tekanan air dari waduk penyimpan. 4. Waduk Busur Permukaan sebelah hulu Waduk Busur dibangun berbentuk kurva dari tepi ke tepi dengan lengkungan ke arah waduk penyimpan air. Konstruksi lengkung waduk ini mampu meneruskan tekanan air menuju ke dua ujung tepi waduk dan meneruskannya menuju pondasi. Waduk Busur dibuat dari beton sebagai pilihan terbaik untuk lembah berbentuk U dan V. Bentuk Busur memberikan kekuatan dan kestabilan pada waduk sehingga dengan lebar dan tinggi yang sama dengan Waduk Gravitasi, Waduk Busur ini hanya membutuhkan sedikit material.

5. Waduk Penopang Waduk Penopang dibangun dengan sanggaan sederetan penopang. Struktur utama waduk ini adalah permukaan sebelah hulu yang kedap air dan deretan rangkaian penopang yang menyangga badan waduk. Rangkaian penopang ini menerima tekanan air dan berat struktur untuk diteruskan menuju pondasi. Bagian hulu waduk ini memiliki kemiringan sebesar 45 derajat. Penopang waduk ini terbentuk dari deretan dinding berbentuk segi tiga yang berjajar di sepanjang waduk dengan jarak tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Gambar1. Waduk Sermo, di wilayah Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

E. Ekosistem waduk Ekosistem waduk dihuni oleh berbagai jenis fauna, baik yang bersifat permanen (seluruh siklus hidupnya dihabiskan dalam ekosistem waduk) maupun yang bersifat sementara (hanya sebagian dari siklus hidupnya berada dalam ekosistem waduk, misalnya untuk beristirahat, mencari makan, dan berkembang biak). Ikan, benthos, zooplankton, serangga, dan burung air merupakan kelompok-kelompok fauna yang hidup dalam (atau terkait dengan keberadaan) ekosistem waduk (International Lake Environment Commitee Foundation, 2004). Jenis-jenis ikan yang biasanya dijumpai dalam ekosistem waduk adalah jenisjenis ikan sungai yang telah beradaptasi dengan lingkungan perairan tergenang, beberapa diantaranya juga merupakan jenis-jenis ikan yang sengaja diintroduksi untuk keperluan budidaya. Jenis ikan yang mendominasi perairan waduk umumnya adalah ikan-ikan dari kelompok Cyrinid (misalnya Puntius, Hampala, dan Mystacoleucus), Siluid (misalny

Macrones, dan Ophiocephalus), serta Chiclid (misalnya Oreochromis mossambicus) (Kartamihardja, et.al, 1992). Untuk meningkatkan produksi ikan di waduk, biasanya dilakukan kegiatan penebaran ikan (restocking) baik jenis asli (indigeneus) maupun bukanasli (introduksi). Jenis ikan yang biasa diintroduksi antara lain: ikan Mas (Cyprinus carpio), Mujair (Oreochromis mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus), Sepat siam (Trichogaster pectoralis), Sepat rawa (Trichogaster trichopterus), Tawes (Puntius javanicus), Nilem (Osteochilus haselti), Gurame (Osphronemus gouramy), Lele (Clarias batrachus), dan Tambakan (Helostoma temmincki). Jenis-jenis ikan yang diintroduksi diwaduk ini sebagian berhasil hidup dan berkembang biak, sedangkan sebagian lagi mengalami kegagalan akibat kondisi lingkungan yang tidak cocok dan tingginya populasi ikan pemangsa (Kartamihardja, et.al, 1992). Benthos, sebagai hewan dasar perairan juga banyak ditemukan diekosistem waduk. Benthos ini umumnya terdiri dari berbagai jenis cacing,udang, kepiting, dan gastropoda. Benthos biasanya banyak ditemukandi tempat-tempat yang relatif tidak terganggu; sebagian dari mereka berperan sebagai hewan pengurai dan sebagian lagi sebagai karnivora. Beberapa jenis benthos juga dapat menjadi sumber makanan bagi manusia, misalnya Udang Galah (Macrobrachium pilimanus) dan Siput Godang (Pila spp.) (Whitten et al., 1999). Sebagai ekosistem perairan tergenang, waduk merupakan habitat yang sangat cocok bagi zooplankton. Zooplankton ini umumnya terdiri dari kelompok-kelompok krustasea berukuran kecil, rotifera, dan protozoa (Whitten et al., 1999). Arcella discoides, Brachionus caudatus, Ceriodaphnia cornuta, Chaetonotus formosus, Coleps hirtus, Difflugia lebes, Filinia opoliensis, Keratella procurva, Lecane depressa, dan Notholca acuminata merupakan beberapa jenis zooplankton yang dijumpaipada Waduk Saguling (Jawa Barat) (International Lake Environment Commitee Foundation, 2004). Pada ekosistem waduk juga dapat ditemukan berbagai jenis serangga, walaupun jumlahnya relatif sedikit. Serangga-serangga ini umumnya memanfaatkan ekosistem waduk sebagai tempat untuk berkembangbiak, mencari makan, dan beristirahat. Kumbang hitam (Gyrinidae), Kumbang penyelam (Dysticidae), Kumbang air

(Hydrophylus), nyamuk, dan capung (Odonata) merupakan beberapa jenis serangga yang dapat dijumpai diekosistem waduk (Whitten et al., 1999). F. Paremeter Waduk 1. Parameter Fisika a. Suhu Peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan, kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2CH4 dan sebagainya (Haslam, 1995 dalam Efendi, 2003). Selaim itu, peningkatan suhu juga akan mengakibatkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan komsumsi oksigen. Peningkaan suhu perairan sebesar 10 derajat C menyebabkan terjadinya peningkatan komsumsi oksigen oleh organisme aquatik sebesar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikrobia. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20-30 derajat C (Effendi, 2003). b. Kecerahan dan kekeruhan Kecerahan air tergantung dari warna dan kekeruhan pada air. Kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Secchi disk dikembangkan oleh professor Secchi pada sekitar abad ke 19. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakandengan suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Jefries dan Mills, 1996 dlam Effendi, 2003). Kekeruhan menggandmbarak sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan rganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Apha, 1996; Davis dan Cirnwell, 1991 dalam Effendi, 2003).

2. Paremeter Kimia a. pH Sebagian besar organisme aquatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah (Novotni dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003). Pada pH 4 Mg/L menimbulkan efek yang kurang menguntungkan bagi hampir semua organisme aquatik. Kadar oksigen terlarut yang kurang dari 2 Mg/L dapat mengakibatkan kematian ikan (UNNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Effendi, 2003). c. BOD (Biochemichal Oxygen Demand) Pada perairan alami, yang berperan sebagai sumber bahan organik adalah pembusukan tanaman. Perairan alami memiliki nilai BOD antara 0.5-7,0 mg/L (Jefries dan Mills, 1996 dalam Effendi 2003). Peraian yang memiliki nilai BOD lebih dari 100 mg/L dianggap telah mengalami pencemaran. Nilai BOD limbah indistri dapat mencapai 25000 mg/L (UNNESCO/WHO/UNNEP, 1992 dalam Effendi, 2003). Nilai BOD limbah indistri makanan antara 500-4000 mg/L, Industri farmasi antara 40010.000 mg/L, dan indistri kertas sekitar 1500-25.000 mg/L (Rao, 1991 dalam Effendi 2003). d. COD (Chemical Oxygen Demand) COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang dapat didegradasi secara biologis

(biodegradable) maupun yang sukar di degradasi secara biologis (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang ditentukan untuk mengoksidasi air sampel.nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60000 mg/L (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003). e. Nitrogen Nitrogen di perairan berupa nitrogen organik dan anorganik. Notrogen anorganik terdiri dari ammonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3), dan molekul nitrogen ...


Similar Free PDFs