EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH PDF

Title EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH
Author ika aprill
Pages 27
File Size 421.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 244
Total Views 514

Summary

EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mengikuti Ujian Praktikum Produksi Benih Disusun Oleh: Kelas VIIA Kelompok 4 Novi Puspitasari NIM 201410200311009 Ika Aprilia NIM 201410200311184 JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVER...


Description

EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mengikuti Ujian Praktikum Produksi Benih

Disusun Oleh: Kelas VIIA Kelompok 4 Novi Puspitasari

NIM 201410200311009

Ika Aprilia

NIM 201410200311184

JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2017

KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh kelimpahan rezekiNya yang telah diberikan kepada kami yang dapat menyusun laporan akhir praktikum mata kuliah produksi benih yang berjudul “Ekstraksi dan Pengeringan Benih”. Adapun tujuan dan maksud kami menyusun lapora akhir praktikum ini untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian praktikum mata kuliah produksi benih. Dengan selesainya praktikum, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam menyusun laporan praktikum produksi benih ini. Demikian laporan praktikum produksi benih yang telah kami buat. Mohon kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam menyusun laporan ini. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan juga bermanfaat

bagi

kami

selaku

penulis.

Wassalualaikum

Warahmatullahi

Wabarakatuh.

Malang, 17 Desember 2017

Penulis

ii

DAFTAR ISI Isi

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ......................................................................................................iii I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1

Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2

Rumusan masalah ................................................................................. 2

1.3

Tujuan ................................................................................................... 2

II. TINJUAN PUSTAKA .................................................................................... 3 2.1

Ekstraksi Benih ..................................................................................... 3

2.3

Pengeringan .......................................................................................... 6

III. METODE PRAKTIKUM ............................................................................. 8 3.1

Tempat dan waktu ................................................................................ 8

3.2

Alat dan bahan ...................................................................................... 8

3.3

Langkah kerja ....................................................................................... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 10 4.1

Hasil.................................................................................................... 10

4.2

Pembahasan ........................................................................................ 10

V. PENUTUP .................................................................................................... 13 5.1

Kesimpulan ......................................................................................... 13

5.2

Saran ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14 LAMPIRAN ...................................................................................................... 16

iii

I. PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis di bidang

hortikultura. Oleh karena itu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi. Dalam upaya mencapai keberhasilan agribisnis hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut untuk mampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan varietas dan memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pangan (konsumen) dan menerapkan prinsip tujuh tepat yaitu tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga 9 Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan ( Kamil, 2002). Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp., Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica. Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis, benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium

1

2

(keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya. Pengeringan benih merupakan proses

perpindahan

air

dari

2

dalam benih ke permukaan benih, dan kemudian air yang berada di permukaan benih tersebut akan di uapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai. Oleh karena itu praktikum ini perlu dilakukan agar kedepannya dapat mengetahui kualitas atau mutu benih yang baik (Surahman et al., 2012). 1.2

Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam pratikum ini yaitu apa saja tekni ekstraksi

dan macam ekstraksi serta pengeringan benih. 1.3

Tujuan Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mengetahui beberapa teknik dan

macam ekstraksi serta pengeringan benih.

II. TINJUAN PUSTAKA 2.1

Ekstraksi Benih Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan

ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Menurut Hamzah (1984), ekstraksi benih merupakan proses memisahkan benih dari anggota reproduksi yang lain. Metoda ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari masing-masing buah. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatankegiatan pelunakan daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum (Willan, 1985). Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji calon benih dari buah sehingga diperoleh benih dalam keadaan yang bersih (Stubsgoard dan Moestrup dalam Gunarta, et. al., 2014). Teknik ekstraksi pada benih tomat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan air, larutan asam (HCl), dan larutan basa (larutan kapur) (Saisawat dalam Gunarta, et.al., 2014). Penggunaan HCl pada ekstraksi benih jeruk dilaporkan memberikan hasil terbaik, karena asam yang digunakan selain membersihkan lendir yang menempel pada benih juga meningkatkan permeabilitas kulit benih (Sadjad, 1980). Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi basah dan kering. Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla). Kelebihan dari ekstraksi kering ini karena penggunaan benih kering yang telah dijemur sehingga mengurangi kadar air pada benih dapat mendukung viabilitas benih tersebut untuk proses perkecambahan pada penanaman benih tersebut. Namun kelemahan dari proses ini pada lamanya proses penjemuran benih hingga benih tersebut memenuhi syarat untuk ditanam. Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach, dan Azadirachta indica.

3

4

Kelebihan dari ekstraksi basah ini yaitu penggunaan benih dapat langsung ditanam

tanpa

harus

4

menunggu waktu penjemuran yang lama. Kelemahan dari ekstraksi basah ini karena penggunaan benih yang masih basah sehingga kadar air yang dikandung benih

tersebuh

terlalu

tinggi

yang

justru

dapat

menghambat

proses

perkecambahan pada benih tersebut (Hazanah, 2002). Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 24-270C maka diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperatur 15-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310C hingga diperoleh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005). Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dapat dikategorikan sebagai cara kering. Pada cara kering, benih dikeluarkan dengan mengeringkan buah dengan menggunakan alat pengering atau dengan cara menjemur buah di bawah sinar matahari (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dilakukan dengan cara menjemur polong di bawah sinar matahari selama 3–4 hari sampai polong merekah (terbuka), sehingga benih dapat dengan mudah dikeluarkan. Funikel (tangkai biji) dihilangkan dengan cara menjemur benih selama 1–2 hari, kemudian funikelnya dilepaskan dengan cara menggosok benih dengan telapak tangan selanjutnya ditampi atau diayak untuk memisahkan benih dari funikel (Sapulete, 1996). Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp.) dan

jenis-jenis

yang

memiliki

daging

buah

yang kering (Swietenia

macrophylla.) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Metode

5

yang digunakan untuk ekstraksi kering secara manual adalah dengan dipukul menggunakan mortal. Sedangkan dengan mesin caranya diputar dalam silinder atau mesin pemutar atau drum ( Kuswanto, 2007). 2.2

Metode Ekstraksi Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair

memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekawati (2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam ekstraksi basah, antara lain: 

Fermentasi Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam

wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastik. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperatur 24-270C maka diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 15-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa perlu ditambahkan air agar menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005). 

Metode Kimiawi (Chemical Method) Metode fermentasi memerlukan waktu lama terutama bila dilakukan di

negara yang berklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Untuk mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia misalnya Asam clorida 35%, dengan dosis 5 liter Asam clorida 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan Asam clorida digunakan untuk merendam benih. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, benih akan mengambang di

6

permukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam di dasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus). Pitojo (2005), juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih. Pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan Asam clorida (HCl) 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah. Kuswanto (2003), menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi dapat digunakan zat kimia Asam clorida ( HCl)35% dengan dosis 5 liter Asam clorida (HCl) 35% dicampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam benih selama 30 menit. 2.3

Pengeringan Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas

keseimbangan dengan udara luar di sekitarnya dan siap untuk diproses selanjutnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih ke permukaan benih, dan kemudian air yang berada di permukaan benih tersebut akan diuapkan jika kelembapan relatif (RH) ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai. Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama kalau musim penghujan. Metode pengeringan benih umumnya dilakukan dengan cara kering angin. Sebagai benih ortodoks, maka kadar air yang disarankan untuk penyimpanan benih adalah 8-10%. Kadar air awal setelah panen benih dalam percobaan ini rata-rata 39,24%. Berdasarkan uji kadar air, untuk mencapai kadar air 10,7% diperlukan waktu 1 hari (6,36 jam) untuk pengeringan langsung di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan batch dryer membutuhkan waktu 8 jam untuk mencapai kadar air 9.325, sedangkan pengeringan dengan kering angin memerlukan waktu 4 hari sampai mencapai kadar air 8,72% (Surahman, et.al., 2012). Pengeringan merupakan suatu upaya penurunan kadar air sampai pada batas-batas tertentuyangamanuntukdisimpandalamjangka waktu yang lama. Benih

7

rekalsitran merupakan benih berkadar air tinggi sehingga sukar ditangani ketika lepas dari pohon induknya. Dengan kadar air tinggi dan kondisi lingkungan bertemperatur tinggi maka perkecambahan terjadi, proses kimia dan respirasi berlangsung (Lauridsen dalam Rohandi, 2011).

III. METODE PRAKTIKUM 3.1

Tempat dan waktu Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Universitas

Muhammadiyah Malang Pada tanggal 19 Oktober 2017. 3.2

Alat dan bahan

3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, pisau, timbangan analitik, sarigan, kantong plastik, kertas, gelas ukur, dan alat dokumentasi. 3.2.2

Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, HCl, buah

Tomat (Solanum licopersicum), Cabai (Capsicum annum L.), Semangka (Citrullus larateis), dan Melon (Cucumis melo L.) untuk diambil bijinya. 3.3

Langkah kerja

Adapun langkah kerja dalam pelaksanaan praktikum ini adalah : 3.3.1 Langkah Kerja Ekstraksi kering 1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Mengupas buah semangka dan cabai lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3.

Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4.

Menimbang berat basah biji.

5.

Meletakkan biji kedalam cawan petri.

6.

Mengeringanginkan selama 7 hari.

7.

Menimbang berat kering biji.

8.

Menulis hasilnya pada tabel pengamatan.

9.

Dan menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.

3.3.2

Langkah Kerja Ekstraksi Basah (Kimia)

1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Mengupas buah melon dan tomat lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3.

Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4.

Menimbang berat basah biji.

8

9

5.

Meletakkan biji kedalam cawan petri.

6.

Merendam dengan menggunakan larutan HCl 10 ml selama 30 menit.

7.

Mencuci biji dengan air bersih.

8.

Mengeringanginkan selama 3 hari.

9.

Menimbang berat kering biji.

10. Menulis hasilnya pada tabel pengamatan. 11. Dan menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air. 3.3.1

Langkah Kerja Ekstraksi Basah (fermentasi)

1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Mengupas buah melon dan tomat lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3.

Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4.

Menimbang berat basah biji.

5.

Memasukkan biji kedalam kantong plastic.

6.

Menambahkan aquades sebanyak 100 ml kedalam kantong plastik.

7.

Memfermentasikan selama 7 hari.

8.

Mencuci biji dengan air bersih.

9.

Mengeringanginkan selam 3 hari.

10. Menimbang berat kering biji. 11. Menulis hasilnya pada tabel pengamatan. 12. Menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

Hasil

70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00%

Ekstraksi Basah Ekstraksi kering

10,00% 0,00%

Gambar 1. Grafik hasil pengamtan ekstraksi basah dan ekstraksi kering. 4.2

Pembahasan Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih

secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainy...


Similar Free PDFs