EPIDEMIOLOGI GIZI DOCX

Title EPIDEMIOLOGI GIZI
Author Yulia Ziezie
Pages 5
File Size 19.7 KB
File Type DOCX
Total Downloads 123
Total Views 219

Summary

Epidemiologi GAKY di Indonesia A. Pendahuluan Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia. Defisiensi yodium sebelumnya dikenal d...


Description

Epidemiologi GAKY di Indonesia A. Pendahuluan Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia. Defisiensi yodium sebelumnya dikenal dengan istilah Gondok (perbesaran kelenjar thyroid) yang merupakan salah satu gejala yang timbul akibat kekurangan zat gizi tersebut. akibat defisiensi yodium saat ini diketahui tidak hanya perbesaran kelenjar thyroid, tetapi jauh lebih luas. Spektrum akibat defisiensi sangat luas, mulai dari keguguran, lahir mati, cacat bawaan, kretin, dan hipotiroid. Karena luasnya akibat dari defisiensi yodium, kemudian dikenal dengan istilah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). B. Epidemiologi GAKY Garam beryodium adalah garam yang telah diIodisasi sesuai dengan SNI dan mengandung yodium sebanyak 30ppm untuk konsumsi manusia atau ternak dan industri pangan. Di Indonesia, upaya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium. Target yang harus dicapai dalam program penanggulangan GAKY ini yaitu: 1. 90% rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (>30 ppm) secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota. 2. Median EYU secara rata-rata nasional propinsi dan kabupaten/kota adalah 100-299 µg/L. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa cakupan konsumsi garam mengandung yodium cukup (30ppm) masih jauh dari target USI (Universal salt Iodization) 90%. Yaitu baru tercapai 62,3% rumah tangga di Indonesia yang mengonsumsi garam beriodium. Bahkan, dari sampel di 30 Kabupaten/Kota, hanya 24,5% rumah tangga yang menggunakan garam beriodium sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni 30-80 ppm KIO3. Demikian pernyataan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Trihono, MSc, pada pembukaan Seminar Nasional Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Yogyakarta, Kamis pagi (29/11). Kabalitbangkes menyebutkan, terdapat enam provinsi yang sudah mencapai target konsumsi garam beryodium, diantaranya Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat....


Similar Free PDFs