FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT BERMASALAH PDF

Title FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT BERMASALAH
Author Ahmad Rizko
Pages 31
File Size 359.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 1
Total Views 57

Summary

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT BERMASALAJ Ahmad Rizko1, Zainul Kisman2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trilogi, Jakarta E-mail: zirkomuezza@gmail,co, Abstrak Kredit merupakan kegiatan utama dan dulunya merupakan sumber pendapatan terbesar bagi bank. Penelitian ini bertu...


Description

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT BERMASALAJ Ahmad Rizko1, Zainul Kisman2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trilogi, Jakarta E-mail: zirkomuezza@gmail,co,

Abstrak Kredit merupakan kegiatan utama dan dulunya merupakan sumber pendapatan terbesar bagi bank. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari Beban Operasional Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset dan Return on Equity terhadap Non Performing Loan pada perbankan swasta nasional devisa yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 – 2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 – 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 27 Bank Swasta Nasional Devisa dengan total 135 observasi. Metode analisis yang digunakan, yaitu analisis regresi data panel dengan bantuan aplikasi STATA versi 14 dan Microsoft Excel. Berdasarkan hasil pengujian variabel BOPO, LDR dan ROA memiliki pengaruh positif terhadap NPL, sedangkan variabel CAR dan ROE memiliki pengaruh negatif terhadap NPL. Kata kunci: Beban Operasional Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Regresi Data Panel, Return on Asset, Return on Equity.

FACTORS THAT AFFECT NON PERFORMING LOAN Abstract Credit is the main activity and used to be the largest source of income for banks. This study aims to determine how the effect of Operational Expense Operating Income, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Assets, and Return on Equity on Non- Performing Loans in National Foreign Exchange Private Banks listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) period 2015 – 2019. This study uses secondary data, namely in the form of annual financial reports that are listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the period 2015 – 2019. The sampling technique used purposive sampling method in order to obtain a sample of 27 National Private Foreign Exchange Banks. The analysis method used is panel data regression analysis with the help of STATA version 14 and Microsoft Excel applications. Based on the results of testing the variables of OEOI (BOPO), LDR and ROA have a positive effect on NPL, while the CAR and ROE variables have a negative effect on NPL. Keywords: Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loans, Operational Expenses, Operating Income, Panel Data Regression, Return on Assets, Return on Equity

2

PENDAHULUAN Kehidupan masyarakat sehari-hari tidak dapat dielakkan bahwa tingkat kebutuhan manusia semakin lama akan semakin meningkat. Dalam upaya meningkatkan taraf dan standar hidupnya masyarakat akan melakukan berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu alternatif pendanaan yang dapat digunakan adalah kredit melalui bank. Memberikan kredit kepada masyarakat merupakan salah satu kegiatan pokok bagi bank. Oleh karena itu, pertumbuhan atau peningkatan kredit bermasalah (Non Performing Loan) yang terjadi di dunia perbankan harus sangat diwaspadai dan harus segera diperbaiki untuk menghindari resiko bank bermasalah.

Gambar 1.1 Tren Peningkatan NPL Sumber: Indonesia Banking Statistic Berdasarkan gambar data di atas menunjukkan peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) dari tahun 2018 ke tahun 2019 bahkan pada tahun 2020 angka NPL mencapai 2,15% yang berarti kesehatan perkreditan bank menurun dan hal ini harus segera diperhatikan dan diperbaiki. Meskipun NPL masih di bawah batas aman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yaitu 5%, tetapi tren NPL yang terus meningkat menunjukkan performa dan manajemen bank tersebut menurun. Adapun data dari Otoritas Jasa Keuangan 5 tahun terakhir telah tercatat rasio kinerja bank:

Tabel 1.1 Rata-Rata Rasio Kinerja Bank Umum Konvensional Tahun

BOPO (%)

CAR (%)

LDR (%)

ROA (%)

ROE (%)

3

2017 2018 2019 2020

79,28 78,33 79,58 86,15

23,18 89,57 23,42 94,04 23,31 93,64 23,52 83,46 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

2,38 2,50 2,44 1,76

2,42 2,55 2,51 1,83

Angka di atas menunjukkan bahwa Rasio Kinerja Bank mengalami naik turun hal ini tentu mempengaruhi NPL. Oleh karena itu, perbankan harus menjaga stabilitas kelima rasio kinerja bank (BOPO, CAR, LDR, ROA, dan ROE) untuk mencegah peningkatan kredit bermasalah pada bank. BOPO adalah rasio antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Semakin kecil angka BOPO yang dimiliki oleh suatu bank, maka bank tersebut semakin bagus. Variabel yang mempengaruhi BOPO, yaitu pendapatan operasional dan beban operasional. Jika pendapatan operasional lebih besar daripada beban operasionalnya, maka rasio BOPO akan menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan apabila beban operasional lebih besar daripada pendapatan operasionalnya yang pastinya akan lebih besar rasionya. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien beban operasional yang dikeluarkan oleh bank sehingga kemungkinan bank dalam keadaan bermasalah semakin kecil. Dari hal itu dapat dianalisis bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap NPL. CAR adalah kecukupan modal yang fungsinya adalah sebagai indikator untuk mengontrol resiko yang berdampak kepada modal bank. Variabel yang mempengaruhi CAR, yaitu modal bank dan aktiva tertimbang menurut resiko. Jika modal bank lebih kecil daripada aktiva tertimbangnya, maka nilai CAR akan menunjukkan hasil yang lebih kecil dibandingkan apabila aktiva tertimbang menurut resiko yang lebih kecil daripada modal bank yang pastinya akan lebih besar hasilnya. Semakin kecil jumlah CAR berarti jumlah modal yang dimiliki bank sangatlah minim sehingga kemungkinan bank dalam keadaan bermasalah semakin besar. Dari hal itu dapat dianalisis bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap NPL LDR adalah rasio banyaknya pembiayaan yang dikeluarkan bank dengan jumlah dana pihak ketiga. Variabel yang mempengaruhi LDR, yaitu total pembiayaan yang diberikan dan total dana pihak ketiga, jika pembiayaan yang disalurkan oleh bank lebih besar daripada total dana pihak ketiga yang disimpan di bank maka nilai LDR akan lebih

3

besar dibandingkan apabila total pembiayaan yang diberikan lebih kecil daripada total dana pihak ketiganya yang pasti akan lebih kecil nilainya. Semakin besar nilai LDR semakin besar juga resiko yang harus diterima oleh bank. Semakin besar LDR berarti total pembiayaan yang dikeluarkan sangatlah tidak efisien Sehingga kemungkinan bank dalam keadaan bermasalah semakin besar. Dari hal itu dapat dianalisis LDR berpengaruh positif terhadap NPL. ROA adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui apakah bank menghasilkan keuntungan dari penggunaan sumber daya atau asset yang dimilikinya. Variabel yang mempengaruhi ROA yaitu laba sebelum pajak dan total asset, jika net income perusahaan lebih besar dari total aset perusahaan maka rasio ROA akan lebih besar, sedangkan apabila total aset lebih besar dari net incomenya tentu rasio ROA yang dihasilkan akan lebih kecil. Semakin besar ROA maka semakin besar juga tingkat laba dari bunga atas kredit yang disalurkan. Apabila laba yang dihasilkan tinggi tentu kecil kemungkinan bank mengalami keadaan bermasalah. Dari hal itu dapat dianalisis ROA berpengaruh negatif terhadap NPL. ROE adalah rasio perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Apabila laba bersih lebih besar dari modal maka rasio ROE akan lebih besar, sedangkan apabila modal yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan laba bersih yang didapat rasio ROE yang dihasilkan pun akan lebih kecil, semakin kecil ROE mengindikasikan bahwa modal yang digunakan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memperoleh laba artinya jika laba yang dihasilkan kecil kemungkinan bank dalam keadaan bermasalah semakin besar. Dari hal itu dapat dianalisis ROE berpengaruh negatif terhadap NPL. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Chandra Kusuma (2016) dimana menggunakan 120 observasi bank konvensional dengan periode penelitian 2013-2015. Hasil pada observasi menemukan bahwa variabel BOPO, CAR, LDR, dan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL. Penelitian ini menjelaskan bahwa penyaluran kredit merupakan faktor penting yang harus dijalankan oleh setiap bank dengan menjaga serta memperhatikan rasio profitabilitas. Selanjutnya penelitian Mia Maraya (2016) yang mengambil sampel 5 bank selama periode 2010-2014 hasil penelitian ini menemukan bahwa BOPO dan LDR berpengaruh positif terhadap NPL, sedangkan CAR memiliki pengaruh negatif terhadap

4

NPL. Kemudian penelitian Galih Wisnu (2017) mengambil 25 sampel bank komersial go public dalam periode 2010-2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap NPL, sedangkan CAR, LDR, ROA berpengaruh negatif terhadap NPL. Penelitian selanjutnya Andreani (2017) yang mengambil 124 observasi perbankan umum yang terdaftar di BEI periode 20132016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap NPL, sedangkan BOPO dan LDR berpengaruh positif terhadap NPL. Adapun yang mendorong penulis mengambil judul penelitian ini adalah masih seringnya nasabah/debitur mengajukan kredit tanpa melihat serta memperhatikan rasio rasio kinerja bank yang bersangkutan sehingga bisa menimbulkan kemungkinan meningkatnya kredit bermasalah ataupun hal hal negatif lainnya yang merugikan nasabah/debitur itu sendiri. Berdasarkan penjelasan diatas maka saya sebagai penulis tertarik untuk membahas serta meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada bank, dan diharapkan penenelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak orang serta perbankan.

5

TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori

6

1. Non Performing Loan Menurut Haryani (2010) Non Performing Loan merupakan kredit yang digolongkan beberapa golongan, yaitu kredit lancar, kredit yang diragukan, dan kredit macet. Menurut Kasmir (2016) Non Performing Loan merupakan rasio untuk mengukur besarnya risiko kredit bermasalah pada suatu bank yang diakibatkan oleh ketidaklancaran nasabah dalam melakukan pembayaran. NPL menjadi rasio penting untuk menilai kesehatan suatu bank, rumus dalam menghitung NPL, yaitu:

2. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Menurut Rivai (2013) Biaya Operasional Pendapatan Operasional merupakan perbandingan pendapatan operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rumus menghitung BOPO, yaitu:

3. Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Ali (2004) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kemampuan dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Rumus menghitung CAR, yaitu:

4. Loan to Deposit Ratio (LDR) Menurut Taswan (2006) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap volume dana yang diterima atau dana pihak ketiga. Rumus menghitung LDR, yaitu:

7

5. Return on Asset (ROA) Menurut Sawir (2005) Return on Asset merupakan rasio keuangan yang digunakan sebagai alat analisis untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mendapatkan laba secara menyeluruh. Rumus menghitung ROA, yaitu:

6. Return on Equity (ROE) Menurut Irham (2012) Return on Equity merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengkaji sejauh mana perusahaan menggunakan sumberdaya yang dimiliki untuk memberikan laba atas ekuitas. Rumus menghitung ROE, yaitu:

Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Sumber: diadopsi dari Avrita

METODE PENELITIAN

8

Data, Populasi, dan Sampel Data sekunder merupakan sebuah informasi yang terdapat dalam penelitian ini. Informasi tersebut diperoleh dalam kurun waktu 2015-2019 yang berasal dari IDX dan IDN Financial serta jurnal yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. Populasi yang terdapat di penelitian ini adalah semua bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah populasi 65 bank. Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Sampel dalam penelitian ini merupakan bank swasta nasional devisa yang sudah mengeluarkan laporan tahunan selama periode 2015-2019. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah purposive sampling. Teknik pengambilan sampel melalui ketentuan yang sudah ditetapkan (Algifari, 2013) menjelaskan bahwa kriteria penentuan sampel adalah sebagai berikut: 1.

Perusahaan perbankan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia

2.

Mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara lengkap 2015-2019

3.

Bank yang dipilih adalah Bank Swasta Nasional Devisa

3.1.1

Batasan Sampel Sampel penelitian ini, yaitu 27 Bank Umum Swasta Nasional Devisa di

Indonesia yang secara berkala mengeluarkan laporan keuangan tahunan bank secara lengkap periode 2015-2019. Hal yang berbeda dari penelitian sebelumnya adalah jumlah bank dan jenis bank dimana penelitian sebelumnya menggunakan 5 bank, s`edangkan dalam penelitian ini menggunakan 27 Bank Swasta Nasional Devisa. Penelitian ini memiliki observasi dengan jumlah 135, adapun 27 bank dalam penelitian ini sebagai berikut:

9

10

Variabel Operasional 1.

Variabel Dependen (Y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dalam suatu penelitian, adapun

variabel terikat dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan 2.

Variabel Independen (X) Variabel independen yaitu variabel yang dapat memberikan pengaruh pada

variabel dependen (Y). Penelitian ini menggunakan lima variabel independen, yaitu BOPO (x1), CAR (x2), LDR (x3), ROA (x4), dan ROE (x5). Metode Analisis Data 1.

Statistik Deskriptif Statistik deskriptif yaitu menganalisa data dengan cara menggambarkan atau

mendeskripsikan data terkait penelitian sebagaimana adanya tanda memberikan kesimpulan secara umum. Statistik deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari semua variabel pada penelitian ini yang dilihat pada tabel statistik deskriptif berupa rata-rata (mean), range, minimum, maksimum, dan standar deviasi. 2.

Uji Multikolinearitas

18

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui dan melakukan pengujian apakah ada hubungan korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik ditunjukan dengan tidak adanya korelasi antar variabel independent (Widiyastuti, 2016). Untuk mengetahui apakah ada korelasi antar variabel independen dapat dilihat pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Interpretasi pada uji multikolinearitas menggunakan nilai kritis dan membandingkannya dengan nilai tolerance dan VIF. Jika nilai pada tolerance ≥ 0,10 dan nilai pada VIF ≤ 10 maka tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3.

Analisis Regresi Logistik

3.1.2

Analisis Regresi Data Panel Data Panel bisa digunakan melalui 3 pendekatan, sebagai berikut:

1.

Common Effect Model Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya

terdapat kombinasi time series dan cross section. Dengan tidak memperdulikan segi waktu atau individu, sehingga dapat diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan serupa dengan varian waktu. Model estimasi ini memakai pendekatan Ordinary Least Square (OLS) 2.

Fixed Effect Model (FEM) Pendekatan ini untuk membuktikan adanya perbedaan karakteristik antar

individu yang menjadi masalah dengan menyesuaikan perbedaan dari intersepnya. Dapat dilakukan dengan cara mengubah karakteristik tiap individu menjadikan satu variabel, maka akan dibuat variabel pembanding agar dapat menguji model pendekatan ini. Metode yang digunakan dalam uji ini adalah pendekatan variabel dummy atau sering disebut Least Square Dummy Variable (LSDV). 3.

Random Effect Model Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin

saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Metode intersep ini disesuaikan dengan error term tiap perusahaan yang tentu saja berbeda tingkat error-nya.

19

Kelebihan penggunaan metode ini yakni bisa mentiadakan heteroskedastisitas. Metode ini biasanya menggunakan pendekatan Error Component Model (ECM). 3.1.3

Uji Model Regresi Data Panel Uji model dapat dilakukan dalam mengelola data panel, terdiri dari:

1.

Uji Chow Dilakukan dengan maksud memastikan model Common Effect atau model

Fixed Effect yang tepat digunakan dalam mengoperasikan data panel. H0 ditolak jika F hitung lebih besar dari F kritis. Hipotesis yang digunakan dalam Uji Chow adalah seperti berikut: H0: Fixed Effect Model H1: Common Effect Model Adapun aturan penolakannya sebagai berikut a. H0 diterima, jika p-value pada kolom sig. chi square ">" level of significance (0,05) b. H0 ditolak, jika p-value pada kolom sig. chi square "≤" level of significance (0,05) 2.

Uji Hausman Uji yang dilakukan dengan maksud memastikan model Fixed Effect atau model

Random Effect yang tepat digunakan dalam mengoperasikan data panel. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: H0: Fixed Effect Model H1: Random Effect Model Adapun aturan penolakannya sebagai berikut: a. H0 diterima, jika p-value pada kolom sig. chi square ">" level of significance (0,05) b. H0 ditolak, jika p-value pada kolom sig. chi square "≤" level of significance (0,05) 3.

Lagrange Multiplier Merupakan Uji Statistik untuk menganalisa model apa yang lebih cocok antara

model Random Effect atau metode Common Effect. Jika nilai Multiplier lebih besar daripada nilai Chi-Squares, dapat disimpulkan bahwa yang lebih cocok digunakan dalam regresi data panel adalah model Random Effect. Hipotesis yang digunakan dalam Uji Multiplier adalah seperti berikut: H0: Random Effect Model H1: Common Effect Model Adapun aturan penolakannya sebagai berikut:

20

a. H0 diterima, jika p-value pada kolom sig. chi square > level of significance (0,05) b. H0 ditolak, jika p-value pada kolom sig. chi square ≤ level of significance (0,05) 3.1.4

Uji Hipotesis

1. Uji T Pengujian yang digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengambilan keputusan dilakukan jika: Hipotesa: H0: Variabel independent tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependent. H1: Variabel independent berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependent. Aturan penolakan: a. H0 diterima, jika p-value pada kolom probabilitas > level of significance (0,05) b. H0 ditolak, jika p-value pada kolom probabilitas ≤ level of significance (0,05) 2. Uji F Pengujian yang digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama untuk menetapkan bahwa model yang dipilih layak atau tidak untuk mengartikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan jika: Hipotesa: H0: Variabel independent secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependent. H1: Variabel independent secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependent. Aturan penolakan: a. H0 diterima, jika F-statistik < F tabel (0,05) b. H0 ditolak, jika F-statistik > F-tabel (0,05) 3.1.5

Uji Koefisien Determinasi (R2) Menurut Ghozali (2009) uji R2 digunakan untuk mengukur sejauh mana

kemampuan persamaan regresi dalan menjelaskan variabel terkait. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Jika nilai R2 kecil, artinya variabel independent menerangkan variabel dependent terbatas, begitupun sebaliknya.

21

3.1.6

Teknik Analisis Analisa regresi data panel ini untuk memperkirakan kekuatan hubungan

antara kedua variabel atau lebih serta menunjukan arah hubungan antara variabel terikat dengan variabel be...


Similar Free PDFs