HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN STATUS OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Relationship of Characteristic and Status of Central Obesity with The Prevalence Of Hypertension PDF

Title HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN STATUS OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Relationship of Characteristic and Status of Central Obesity with The Prevalence Of Hypertension
Author ayu andira
Pages 11
File Size 382.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 99
Total Views 309

Summary

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN STATUS OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Relationship of Characteristic and Status of Central Obesity with The Prevalence Of Hypertension Desy Amanda1, Santi Martini2 1 FKM UA, [email protected] 2 Departemen Epidemiologi FKM UA, [email protected] Alamat...


Description

Accelerat ing t he world's research.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN STATUS OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Relationship of Characteristic and... ayu andira

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

T he Relat ionship bet ween Demographical Charact erist ic and Cent ral Obesit y wit h Hypert ensi… Jurnal Berkala Epidemiologi

BAB I III proposal sandly oke Skripsi put ra okt a viasari

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN STATUS OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Relationship of Characteristic and Status of Central Obesity with The Prevalence Of Hypertension Desy Amanda1, Santi Martini2 FKM UA, [email protected] 2 Departemen Epidemiologi FKM UA, [email protected] Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia 1

ABSTRAK Seseorang dengan kelebihan berat badan dan hiperkolesterol memiliki risiko mengalami penyakit hipertensi lebih besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara karakteristik dan status obesitas sentral dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Sidoarjo. Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancang bangun penelitian cross sectional. Besar sampel sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara convenience atau accidental sampling. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden dan status obesitas sentral. Variabel dependen yaitu hipertensi. Karakteristik umur responden penderita hipertensi terdiri dari dua kategori yaitu umur >59 tahun dan 59 tahun jenis kelamin laki-laki merupakan faktor yang paling dominan dalam penelitian ini. Ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi (p = 0,000), jenis kelamin dengan kejadian hipertensi (p = 0,044) dan status obesitas sentral dengan kejadian hipertensi (p = 0,001). Kesimpulan penelitian, terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, dan status obesitas sentral dengan kejadian hipertensi. Saran penelitian, bagi penderita hipertensi sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Kata Kunci: hipertensi, karakteristik, obesitas sentral ABSTRACT A person with overweight and hiperkolesterol have high risk of hypertension. The aim of this research is to analyse the relationship between the characteristic and status of central obesity with the prevalence of hypertension in Sidoarjo. This type of research use analytic observational with cross sectional design. A sample sizes is 50 people. The technique of sampling uses convenience or accidental sampling. Independent variables are characteristics of the respondents and the status of central obesity. The dependent variable is hypertension. The characteristics of the aged respondents divided into two categories there are aged >59 years and 59 year age group gender the most dominant males in this study. There is a relationship between the age with the prevalence of hypertension (p = 0.000), sex with the genesis of hypertension (p = 0.044) and statuf of central obesity with the prevalence of hypertension (p = 0.001). The conclusions of the research, there is a relationship between age, gender, status of central obesity with the prevalence of hypertension. Suggestion, for patients with hypertension should check a blood pressure regularly. Keywords: hypertension, characteristics, central obesity ©2018 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v6i1.2018. 57-66 Received 11 July 2017, received in revised form 22 August 2017, Accepted 14 September 2017, Published online: 18 March 2018

58 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 57-66 PENDAHULUAN Hasil survei dari Riskesdas tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995-2001, menyebutkan bahwa Penyakit Tidak Menular menyebabkan meningkatnya angka mortalitas namun angka mortalitas pada Penyakit Menular semakin menurun (Kemenkes RI, 2012). Penderita hipertensi pada tahun 2013 di Amerika Serikat sebanyak 77,9 juta dengan perbandingan 1 : 3 orang dewasa (American Heart Association, 2012). WHO menyatakan bahwa di Negara berkembang terutama yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata atau rendah lebih banyak yang menderita hipertensi pada tahun 2011. Menurut Depkes RI (2014), Indonesia berada dalam urutan ke-10 dengan kasus penderita hipertensi tertinggi di (Depkes RI, 2014). Hasil Riskesdas (2013), menyebutkan persentase kasus hipertensi pada tahun 2007 mengalami kenaikan mencapai 1,9% sampai pada tahun 2013. Padahal di Indonesia yang mengalami kasus hipertensi diantaranya adalah yang berusia 18 tahun keatas dengan persentase 25,8%. Provinsi yang di Indonesia dengan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu provinsi Sulawesi Selatan dengan 27%. Penyakit Tidak Menular merupakan penyebab kematian utama dan disfisik yang diderita masyarakat di seluruh dunia, khususnya pada Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Menurut Depkes RI tahun 2007 penyakit tidak menular pada tahun 2001 menyebabkan kematian sebesar 49,7% di Asia Tenggara. Data yang terdapat pada WHO (2000) kasus kematian terjadi sebanyak 55.694.000 juta jiwa, dengan sebagian besar disebabkan Penyakit Tidak Menular dengan presentase 59% dan sisanya disebabkan oleh Penyakit Menular dan cidera (DepkesRI, 2007). Data Riskesdas (2007) menunjukkan di masyarakat kasus hipertensi belum didiagnosis secara jelas. Penderita gejala hipertensi itu sendiri tidak menunjukkan gejala yang jelas, karena terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh darah (arteri). Bagi masyarakat

hal ini sangat berbahaya karena sebagian besar yang dapat berpeluang dan memiliki riwayat hipertensi adalah masyarakat dengan kondisi sehat yang memiliki berbagai aktivitas (Depkes RI, 2010). Hipertensi termasuk Penyakit Tidak Menular yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik yang lebih dari 140 mmHg dan 90 mmHg (normal). Jika tidak terdeteksi dari awal dan tidak mendapatkan perawatan yang lebih baik dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh. Klasifikasi tekanan darah pada usia 18 tahun menurut The Seventh Report of the Joint National Committee of Prevention, Detection, Evaluation and Treatment High Blood Preasure (JNC VIII) 2003 sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII Tekanan Tekanan Klasifikasi Darah Darah Tekanan Sistolik Diastolik Darah (mmHg) (mmHg) Normal < 120 160

>100

(Sumber: National Institute of Health, 2003) Penyebab hipertensi adalah adanya penebalan dinding pembuluh darah (arteri) yang dikarenakan plak lemak yang disebut aterosklerosis. Timbulnya hipertensi tidak dapat dikertahui karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala awal, sebagian dari penderita hipertensi tidak menyadari akan adanya ancaman yang tersembunyi (Bustan, 2007). Sekitar dua pertiga dari 1 milyar penduduk di dunia penderita hipertensi banyak yang berasal dari Negara berkembang. Menurut WHO (2011), di tahun 2025 kasus penderita hipertensi akan

Desy Amanda., Santi Martini., Hubungan Karakteristik Dan Status...59

meningkat dengan jumlah penderita wanita lebih banyak 30% dari keseluruhan penduduk didunia daripada pria dengan diperkirakan sejumlah 1,15 milyar kasus hipertensi(WHO, 2011). Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013, diagnosis yang dilakukan untuk melihat adanya gejala hipertensi dan konsumsi obat hipertensi hanya mencapai 9,5%. Sebagian besar hipertensi tidak menunjukkan adanya gejala awal. Stroke juga dapat memicu adanya hipertensi yaitu serangan jantung mendadak yang mengakibatkan kematian. Oleh karenanya hipertensi dianggap sebagai penyakit yang mematikan. Menurut Noviyanti (2015), terdapat 2 macam golongan hipertensi menurut penyebabnya. Hipertensi primer disebabkan karena gaya hidup. Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh salah satu organ selain jantung dalam keadaan patologis (Noviyanti, 2015). Sebagian besar penyakit hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut hipertensi primer atau esensial. Faktor kegemukan juga menjadi pemicu dari hipertensi. Adanya lemak yang berlebihan didalam tubuh akan menganggu sirkulasi serta tekanan di pembuluh darah. Beberapa hasil dari penelitian menunjukkan seseorang dengan kelebihan berat badan dan hiperkolesterol memiliki peluang hipertensi lebih besar daripada seseorang dengan keadaan berat badan normal atau ideal. Pola makan yang tidak sehat pemicu dari obesitas. Penelitian tentang hubungan obesitas dengan hipertensi telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan Nugraheni dkk (2008), menunjukkan bahwa obesitas mempunyai risiko 5 kali lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan orang dengan berat badan nomal terutama bila kegemukan atau lemak dalam tubuh terkumpul di daerah perut. Peningkatan risiko kasus hipertensi pada subyek berat badan normal lebih banyak pada pria dibandingkan dengan wanita (Framingham, 2008). Obesitas sentral atau penumpukan lemak yang berlebih pada daerah abdomen (perut) dapat menyebabkan penurunan kadar adiponektin dan menyebabkan akumulasi asam

lemak didalam sel. Kelebihan asam lemak bebas dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Keadaan hiperinsulinema ini dapat mengakibatkan vasokontriksi serta penyerapan dalam ginjal (Sulastri, et al., 2012) Obesitas sentral adanya penumpukan lemak di dalam rongga perut yang meliputi dinding luar usus dan bukan berupa timbunan lemak di bawah kulit perut. Lemak rongga perut ini, selain jumlahnya paling tebal juga terjadi paling awal dalam proses kegemukan (Cahyono, 2008). Tubuh gemuk bagian atas (obesitas tipe apel) yang menjadi visual penderita sindrom metabolik beresiko lebih tinggi terhadap hipertensi daripada obesitas bagian bawah (obesitas tipe pir) (Lingga, 2012). Hasil survey dari Framingham Heart Study, menunjukkan bahwa usia diatas 35 tahun paling banyak mengalami kasus hipertensi karena disebabkan oleh obesitas. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2016 menyebutkan prevalensi penyakit hipertensi mencapai angka 26,9%. Diagnosa PTM terbanyak pada tahun 2017 di Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:

100 80 East

60

West

40

North

20 0 1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

Gambar 1. Diagnosa PTM Terbanyak Tahun 2017 di Jawa Timur Gambar 1 dapat diketahui bahwa diagnosa penyakit hipertensi tahun 2017 di Jawa Timur menduduki peringkat pertama dengan 9254 kasus dan obesitas menduduki peringkat ketiga dengan 1184 kasus.

60 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 57-66

Gambar 2. Cakupan Pengukuran Tekanan Darah di Puskesmas Sidoarjo Berdasarkan Gambar 2, cakupan pengukuran tekanan darah tahun 2017 bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Mei yang setiap bulannya mengalami peningkatan. Penurunan terjadi pada bulan Mei 2017.

Gambar 3. Cakupan Pemeriksaan Obesitas di Puskesmas Sidoarjo Tahun 2017 Gambar 3 dapat diketahui bahwa cakupan pemeriksaan obesitas tahun 2017 bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Mei yang setiap bulannya mengalami peningkatan. Penurunan terjadi pada bulan Mei 2017. METODE Pada penelitian ini merupakan penelitian observasional kemudian hasil pengamatan dianalisis dengan tujuan menggambarkan distribusi suatu masalah kesehatan berdasarkan variabel penelitian. Berdasarkan cara pengumpulan data, penelitian ini menggunakan rancang bangun cross sectional yang bertujuan untuk mengamati status paparan dan penyakit

individu-individu hanya pada satu waktu tanpa adanya follow up. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh pasien hipertensi yang berkunjung ke Poli Umum dan Poli Lansia di Puskesmas Sidoarjo pada bulan Juli 2017 yang berjumlah 50 orang. Pengambilan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik convenience atau accidental sampling. Pengambilan sampel dengan cara mengambil data dari pasien yang berobat di Poli Umum dan Poli Lansia Puskesmas Sidoarjo kemudian melakukan wawancara kemudian melakukan wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil dari perhitungan rumus besar sampel didapatkan total populasi sebanyak 50 orang. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Waktu penelitian pada bulan Juli 2017 Variabel bebas pada penelitian ini yaitu karakteristik responden dan status obesitas sentral dan variabel terikat yaitu hipertensi. Karakteristik umur responden penderita hipertensi yang berada di Puskesmas Sidoarjo terdiri dari dua kategori yaitu umur >59 tahun dan 90 cm pada laki-laki dan LP > 80 cm pada perempuan Tidak Obesitas Sentral, bila LP ≤ 90 cm pada laki-laki, dan LP ≤ 80 cm pada perempuan. Data primer diperoleh dengan wawancara (tanya jawab) menggunakan kuesioner dengan responden mengenai variabel independen yang akan diteliti status obesitas sentral berupa hasil pengukuran lingkar perut. Variabel dependen yang akan diteliti kejadian hipertensi berupa hasil pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter air raksa yang dilakukan oleh perawat pada saat pengambilan data berlangsung. Data kemudian dicek

kembali kelengkapan dan ketepatan jawaban. Data tersebut kemudian diolah menggunakan cara manual serta diolah

Desy Amanda., Santi Martini., Hubungan Karakteristik Dan Status...61

menggunakan komputer. Data yang telah diolah kemudian dianalisis untuk dinarasikan dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan crosstabs antara dua variabel. Hubungan karakteristik dan status obesitas abdominal di uji menggunakan chi square. Nilai 0,05 merupakan nilai p yang digunakan. HASIL Karakteristik Responden Variabel karakteristik yang diteliti pada penelitian ini yaitu umur dan jenis kelamin. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita Hipertensi di Puskesmas Sidoarjo Bulan Juli 2017 Frekuensi (n)

Persentase (%)

Umur >59 tahun 59 tahun merupakan faktor risiko pada penyakit hipertensi. Prevalensi terjadinya penyakit hipertensi pada penderita berumur > 59 tahun 2,609 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita berumur < 59 tahun. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian Hipertensi Jenis kelamin dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Hasil penelitian berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden laki-laki sebesar 73,1 atau 19 respoden merupakan faktor risiko pada penyakit hipertensi. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,044. Nilai p kurang dari α (0,044 < 0,005), maka H0 ditolak atau ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Hasil perhitungan rumus rasio prevalensi dari faktor umur didapatkan nilai 1,754 (95% CI = 1,035 < PR < 2,973). Hal ini berarti bahwa prevalensi

62 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 57-66 terjadinya hipertensi pada jenis kelamin laki-laki 1,754 kali lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan. Hubungan Antara Status Obesitas Sentral dengan Kejadian Hipertensi Obesitas sentral dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sidoarjo Hasil penelitian berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden yang obesitas abdominal sebesar 76,7 atau 23 responden merupakan faktor risiko pada penyakit hipertensi. Hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,002. Nilai p kurang dari α (0,002 < 0,005), maka H0 ditolak atau ada hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian hipertensi. Hasil perhitungan rumus rasio prevalensi dari faktor umur didapatkan nilai 2,556 (95% CI = 1,272 < PR < 5,136). Hal

ini menyatakan berarti bahwa prevalensi kejadian hipertensi pada responden dengan obesitas sentral 2,556 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden tanpa obesitas sentral. Hasil penelitian diatas menunjukkan faktor umur dengan kejadian hipertensi diperoleh nilai p = 0,000 maka ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi, jenis kelamin dengan kejadian hipertensi diperoleh nilai p = 0,044 maka ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi, status obesitas sentral dengan kejadian hipertensi diperoleh nilaip p = 0,002 maka ada hubungan antara status obesitas sentral dengan kejadian hipertensi.

Tabel 4. Uji Statistik antara Karakteristik dan Status Obesitas Sentral dengan Kejadian Hipertensi Status Hipertensi p PR Variabel Hipertensi Tidak Hipertensi value (95% CI) n % n % Umur >59 tahun 20 87 3 13 2,609 0,000 59 tahun. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan meningkatnya hipertensi. Hasil penelitian Heryanto (2016), menyatakan terjadi peningkatan didapatkan penderita hipertensi berdasarkan secara nyata yaitu sebesar 44%. Faktor usia tidak bisa dicegah, karena usia seseorang secara alamiah akan terus bertambah, namun faktor usia dapat dikendalikan dengan cara pola hidup sehat salah satunya dengan merubah pola makan. Bahwa sebagian besar dari mereka yang menderita hipertensi disebabkan karena pola makan yang tidak sehat meningkatkan risiko terjadi hipertensi. Peningkatan tekanan darah juga diikuti oleh bertambahnya usia, namun sebagian besar pada usia diatas 40 tahun hingga 80 tahun tekanan darah meningkat yaitu pada tekanan darah sistolik. Kasus hipertensi paling besar terjadi pada usia 55-64 tahun. Penyakit hipertensi juga dapat terjadi dimulai pada usia 31 tahun. Faktor

lain yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah ras, jenis kelamin, merokok, kolesterol, intoleransi glukosa dan berat badan (Gunawan, 2011). Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi Prevalensi penderita kasus hipertensi ditemukan hampir seluruhnya adalah pria dibandingkan dengan wanita. Pada pria kasus hipertensi lebih mudah didapatkan dengan masalah pekerjaan dengan melampiaskan seperti merokok dan meminum alkohol diiringi dengan makanan yang tidak sehat. Akibatnya tekanan darah pun menjadi naik karena pada pria lebih banyak melakukan aktivitas lebih banyak sehingga kelelahan diiringi pola makan dan hidup tidak sehat menjadi faktor dari hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Raihan, dkk (2014), menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi pada wanita lebih banyak lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Penelitian berbeda dari Dalimartha, dkk (2008), menyatakan bahwa jenis kelamin pria memiliki peluang besar terhadap penyakit hipertensi. Hubungan Antara Obesitas Sentral dengan Kejadian Hipertensi Menurut Arresta (2008), apabila lingkar perut seseorang meningkat maka besar pula tekanan darahnya. Semakin besar juga risiko terkena hipertensi. Hasil dari penelitian Arresta (2008), di Surabaya yang menemukan bahwa dari total seluruh penderita yang terdiagnosis hipertensi sebesar 81% mengalami obesitas sentral. Penelitian yang dilakukan oleh Abdus Sukkur (2009), dipoli jantung RSUD Sidoarjo menunjukkan pasien yang mengalami obesitas sentral 24% diantaranya mengalami hipertensi. Menurut Sulastri (2012), obesitas sentral dapat memicu terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi karena pada obesitas sentral penumpukan lemak lebih banyak pada daerah abdomen. Lemak yang menumpuk pada abdomen akan menyebabkan penurunan kadar adiponektin, dan ambilan asam lemak bebas intrasel oleh mitokondria sehingga oksidasi berkurang, yang dapat menyebabkan akumulasi asam lemak bebas didalam sel. Peningkatan asam lemak

64 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 57-66 bebas ini dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Keadaan hiperinsulinemia ini dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan penyerapan sodium didalam ginjal, yang dapat memicu lebih cepat hipertensi. Hasil penelitian oleh Korneliani (2012), menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,047 dan nilai PR = 4,02. Hal tersebut berarti bahwa obesitas berisiko terkena hipertensi sebesar 4,02 kali dibandingkan orang yang tidak obesitas. Obesitas sentral merupakan kondisi terjadinya penumpukan lemak yang terpusat pada daerah perut. Lemak yang menumpuk di rongga perut lebih berbahaya daripada lemak yang menumpuk di bagian pinggul dan paha. Penumpukkan lemak tersebut terjadi karena aktifitas fisik dan pola makan yang salah (Khasanah, 2012). Salah satu faktor risiko hipertensi adalah obesitas sentral. Hal ini dikarenakan pada obesitas sentral penumpukka...


Similar Free PDFs