Inflasi PDF

Title Inflasi
Author bella putri
Course Bisnis Internasional
Institution Universitas Indonesia
Pages 17
File Size 197.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 83
Total Views 172

Summary

for information...


Description

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini

dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat. 

Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti

Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia

ekonomi

modern.

Mereka

beralasan

bahwa

mata

uang

logam

mulia dînâr dan dirham dapat menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.

1.2

Batasan Masalah

1. Apa pengertian inflasi? 2. Apa faktor penyebab inflasi dan biaya inflasi? 1

3. Apa dampak inflasi? 4. Apa kebijakan menanggulangi inflasi?

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Inflasi Pengertian Inflasi adalah inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli 1. P. Lahnerinflasi Menurut A. P. Lahnerinflasi, Inflasi adalah suatu keadaan yang di mana sudah terjadinya kelebihan dari suatu permintaan atas barang-barang di dalam suatu perekonomian dengan cara menyeluruh. 2. Bambang dan Aristanti, 2007 Inflasi menurut Bambang dan Aristanti adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Kejadian inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini terjadi dikarenakan dalam inflasi akan terjadi penurunan tingkat pendapatan. 3. Dwi Eko Waluyo Menurut Dwi Eko Waluyo Inflasi adalah salah satu bentuk dari penyakit-penyakit ekonomi yang sering terjadi dan dialami hampir di semua negara. Kecenderungan dari kenaikan suatu harga-harga pada umumnya dan terjadi secara terus-menerus. 4. Gerald J. Thuesen dan W. J. Fabrycky Pengertian Inflasi adalah suatu keadaan yang menggambarkan suatu perubahan atas tingkat harga di dalam sebuah perekonomian. 5. Investoword

2

Inflasi merupakan kenaikan harga umum keseluruhan barang dan jasa dalam suatu perekonomian yang biasanya diukur dengan indeks harga konsumen (Consumer Price Index) dan Indeks Harga Produsen (Producer Price Index).

6. Rahardja Definisi inflasi adalah suatu kecenderungan atas harga yang berguna untuk meningkat secara terus-menerus pada umumnya. Ketika harga barang sedang mengalami kenaikan hampir sebagian besar dari harga barang pada umumnya itulah yang disebut dengan sebagai Pengertian Inflasi. 7. S. Sukirno Inflasi merupakan suatu proses ketika terjadinya suatu kenaikan harga yang berlaku terhadap perekonomian. 8. Sukwiaty, dkk., 2009 Menurut Sukwiyati dkk, Inflasi merupakan proses suatu kejadian dan bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Sehingga, jangan menganggap kalau tingkat harga tinggi itu berarti inflasi tinggi. Inflasi terjadi kalau proses kenaikan harga yang terus menerus dan saling pengaruh mempengaruhi.

Teori Inflansi Teori Teori Inflasi yang menjelaskan mengenai inflasi, sebagai berikut : 1. Teori Kuantitas Teori ini merupakan pandangan dari teori klasik. Menurut teori ini sebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan mengarah pada inflasi ada tiga : sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan uang dari satu tangan ke tangan yang lain begitu cepat (masyarakat terlalu komsumtif), terlalu banyak uang yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat, dan turunnya jumlah produksi secara nasional. Teori Kuantitas adalah teori yang membahas mengenai inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris. Teori kuantitas ini

3

menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori kuantitas ini sebagai berikut : (a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun uang giral. (b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.

2. Teori Keynes Teori ini yang menyatakan bahwa inflasi terjadi disebabkan masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonominua. Inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu besar. Oleh karena itu, solusi yang harus diambil adalah dengan jalan mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiri (mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak dan kebijakan uang ketat. Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Karenanya teori ini dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. 3. Teori Strukturalis Teori ini menyoroti penyebab inflasi yang berasal dari kekauan struktur ekonomi, khususnya kekuatan suplay bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambar dibanding dengan pertumbuhan ekonominya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjtnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan sektor penghasil bahan pangan dan industri barang ekspor tidak dibenahi atau ditambah.

4

Inflasi semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural. Hal ini disebabkan oleh struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris, sehingga goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, Contohnya : gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, Contohnya : menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.

Jenis Jenis Inflansi Berdasarkan sifatnya, jenis-jenis inflasi adalah sebagai berikut: ● Inflasi ringan (< 10% setahun), ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relative ● Inflasi sedang (10%-30% setahun), ditandai dengan kenaikan harga yang relatif cepat atau perlu diwaspadai dampaknya terhadap perekonomian. ● Inflasi berat (30%-100% setahun), ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan sebelumnya. ● Hiperinflasi (>100% setahun), dimana inflasi ini paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang, nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ditukar dengan barang. Harga-harga naik lima sampai enam kali. Biasanya keadaan ini timbul oleh adanya perang yang dibelanjai atau ditutupi dengan mencetak uang.

Jenis inflasi menurut asal dari inflasi dibagi menjadi : 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja

yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen dan

sebagainya. 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

5

Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri ini dapat mudah terjadi pada negara-negara yang perekonomiannya terbuka. Inflasi ini dapat terjadi karena kenaikan harga-harga di luar negeri, sehingga dapat menyebabkan : ● Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian barang-barang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor. ● Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang diimpor. ● Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.

2.2

Faktor penyebab inflasi dan biaya inflasi Berdasarkan sebab terjadinya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Demand pull inflation Adalah inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat terhadap akan berbagai barang terlalu kuat. Demand pull inflation terjadi karena kenaikan permintaan agregat dimana kondisi perekonomian telah berada pada kesempatan kerja penuh. Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh. Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output ataupun produksi tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga yang disebut inflasi murni. Kenaikan permintaan yang melebihi produk domestik bruto akan menyebabkan inflationary gap yang menyebabkan inflasi. 2. Cost Push Inflation Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Pada Cost Push Inflation tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan tingkat permintaan. Karena adanya kenaikan

6

harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran agregat terus menurun karena adanya kenaikan biaya produksi. 3. Mixed Inflation Merupakan gejala kombinasi antara unsur inflasi yang disebabkan karena kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Pada umumnya bentuk yang sering terjadi adalah inflasi campuran, yaitu kombinasi dari kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi, dan sering sekali keduanya saling memperkuat satu sama lain.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Inflasi Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi, yaitu sebagai berikut: ✓ Tingkat Pengeluaran Agregat yang Melebihi Kemampuan Perusahaan Untuk Menghasilkan Barang dan Jasa Tingkat pengeluaran agregat adalah pengeluaran keseluruhan perusahaan. Apabila pengeluaran total perusahaan melebihi kemampuannya dalam menghasilkan barang dan jasa, tentunya akan memicu kenaikan harga barang dan jasa yang dihasilkan tersebut.

✓ Tuntutan Kenaikan Upah dari Pekerja Seringkali pekerja atau karyawan perusahaan melakukan demo menuntut kenaikan upah. Adanya kenaikan upah karyawan akan menyebabkan biaya produksi barang dan jasa juga meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan harga barang dan jasa tersebut. ✓ Kenaikan Harga Barang Impor Kenaikan harga barang impor akan membawa pengaruh terhadap harga barang dalam negeri, terlebih lagi apabila barang impor tersebut digunakan sebagai faktor produksi (bahan mentah) untuk memproduksi barang dalam negeri. ✓ Penambahan Penawaran Uang dengan Cara Mencetak Uang Baru Apabila jumlah uang yang beredar banyak, maka nilai uang akan turun, yang pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. ✓ Kekacauan Politik dan Ekonomi 7

Hal ini pernah terjadi di Indoneia, yaitu pada tahun 1998. Akibat kekacauan politik dan ekonomi tahun 1998 tersebut, angka inflasi di Indonesia mencapai 70%. Menurut Boediono (2008) angka inflasi ideal berkisar antara 3 – 4%.

Biaya Inflasi Inflasi dalam perekonomian disatu sisi selalu saja menjadi momok yang relatif menakutkan, karena bukan saja ia melemahkan daya beli akan tetapi dapat melumpuhkan kemampuan produksi yang mengarah pada krisis produksi dan komsumsi. Akan tetapi, disisi lain ketiadaan inflasi menandakan tidak adanya pergerakan positif dalam perekonomian karena relatif harga-harga tidak berubah dan ini jelas akan melemahkan sektor industri (seandainya pada semua negara yang terlibat dalam perdagangan internasional relatif tidak mengalami inflasi maka tentu saja ini adalah hal yang sangat didambakan). Inflasi moderat atau inflasi yang dibutuhkan merupakan inflasi yang sesuai dengan kemampuan ekonomi negara. Sebagai contoh, bila perekonomian sesuai dengan persamaan pertukaran Fisher, MV = PQ, maka bila M dan V meningkat, sehingga untuk mengimbanginya dinaikkan harga dan jumlah produksi(PQ). Jadi bila MV = 100 dan P=2, Q=50, misalkan MV dinaikkan menjadi 150, maka bila Q hanya bisa dinaikkan menjadi 70 mau tidak mau harga (P) harus dinaikkan menjadi = 2.143. Berdasarkan index harga inflasi dinaikkan sebesar {(2.143/2)*100-100)*100%=7%. Inflasi sebesar 7% inilah yang dimaksudkan sebagai inflasi yang moderat (inflasi yang diharapkan). Sebaliknya inflasi yang tidak diharapkan adalah jika tingkat inflasi lebh besar atau lebih kecil dari 7%. Masing masing inflasi moderat dan tidak moderat tetap membuat biaya implisit. Biaya inflasi yang diharapkan muncul karena: ✓

Shoe Leather Cost (biaya kulit sepatu) sederhananya adalah apabila terjadi inflasi moderat maka relatif penetapan suku bunga bank menjadi lebih besar dari tingkat inflasi (dalam hal ini di atas 7% p.a) menyebabkan masyarakat sering bolak-balik menarik uangnya di bank atau ATM. Biaya yang muncul mungkin adalah biaya transpor biaya, layanan ATM dan biaya terduga lainnya.



Menu Cost (biaya menu) yaitu biaya yang keluar karena perusahaan harus mencetak dan mengedarkan katalog baru seiring merubah harga. 8



Complaint and Opportunity Loss Cost (biaya komplain dan hilangnya kesempatan). Bila perusahaan dengan sengaja tidak mau menggantikan katalog baru maka perusahaan akan mengalami kerugian karena harga akan naik sementara perusahaan menjual dengan harga lama. Bila tidak disengaja maka perusahaan akan mendapatkan komplain dari pelangggan karena harga tidak sesuai dengan katalog (khusus untuk negara yang konsumerismenya relatif sangat baik)



Biaya perubahan peraturan perundang-undangan pajak. Dengan diketahuinya tingkat inflasi maka otoritas pajak akan merubah tarif dari sistem pungutan, dan ini tentu saja harus merubah peraturan dan undang-undangnya terlebih dahulu.



Biaya ketidaknyamanan hidup. Sehubungan dengan poin a-d maka akan menyebabkan perencanaan keuangan dan laba tidak menjadi menentu. Perencanaan keuangan akan mengalami revisi apabila inflasi naik dan turun. Dengan demikian hal tersebut perlu mendapat perhatian yang serius dari masyarakat dalam memperhatikan kondisi perekonomian negaranya.

2.3 Dampak Inflasi A. Dampak Inflasi terhadap Perekonomian Secara Umum 1) Dampak inflasi terhadap hasil produksi (output) Ada dua dampak inflasi terhadap hasil produksi (output), yaitu: a) Hasil produksi meningkat Terjadi jika kenaikan harga barang-barang lebih cepat daripada kenaikan gaji atau upah sehingga keuntungan pengusaha lebih meningkat. Peningkatan keuntungan, mendorong pengusaha memproduksi lebih banyak sehingga hasil produksi pun meningkat. b) Hasil produksi menurun 9

Terjadi jika inflasi sudah terlalu tinggi (hiperinflasi). Dalam hiperinflasi masyarakat tidak suka memiliki uang tunai, karena nilai riilnya yang semakin merosot. Karena tidak memegang uang tunai, pertukaran cenderung dilakukan dengan cara barter. Hal ini membuat produsen tidak bersemangat memproduksi sebab hasil produksi akan kurang laku, dan akibat selanjutnya hasil produksi pun turun. 2) Dampak inflasi terhadap bentuk penanaman modal Pada masa inflasi, para pemilik modal (uang) lebih suka menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian harta-harta tetap seperti tanah dan rumah serta benda-benda berharga lain seperti emas dan mutiara. Mengapa demikian? Karena pada masa inflasi, nilai barang akan terus naik (semakin mahal), sedangkan nilai uang akan semakin turun. Oleh karena itu, pada masa inflasi para pemilik modal menyelamatkan uang mereka dengan cara membeli harta-harta tetap dan benda-benda berharga. 3) Dampak inflasi terhadap perdagangan internasional Jika di dalam negeri terjadi inflasi, harga barang-barang produksi dalam negeri akan lebih mahal dibandingkan produksi luar negeri sehingga barangbarang produksi dalam negeri kalah bersaing dengan produksi luar negeri. Akibatnya, nilai ekspor akan lebih kecil daripada nilai impor sehingga neraca perdagangan kita mengalami defisit, dan defisit ini bisa menghabiskan cadangan devisa negara. 4) Dampak inflasi terhadap efisiensi Inflasi mengakibatkan perubahan pada daya beli masyarakat. Bagi masyarakat yang dirugikan oleh inflasi (seperti pegawai yang berpendapatan tetap), inflasi telah menurunkan daya beli. Bagi masyarakat yang diuntungkan oleh inflasi (seperti pedagang yang persentase pendapatannya naik melebihi persentase inflasi), inflasi telah menaikkan daya beli. Adanya daya beli yang turun dan naik, membuat produsen sulit meramalkan struktur permintaan. Ketidakpastian struktur permintaan yang harus dipenuhi bisa mengakibatkan inefisiensi (pemborosan) dalam proses produksi. 5) Dampak inflasi terhadap penghitungan harga pokok Inflasi bisa menyulitkan para produsen dalam menghitung harga pokok produksi. Sebab, persentase kenaikan inflasi sering tidak teratur. Akibatnya, 10

penghitungan harga pokok menjadi tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Penghitungan harga pokok yang tidak tepat pada akhirnya menyulitkan produsen dalam menetapkan harga jual produk.

B. Dampak Inflasi terhadap Individu dan Masyarakat 1) Dampak inflasi terhadap pendapatan masyarakat Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap, terjadinya inflasi sangat merugikan karena pendapatan riil menurun. Sebelum inflasi, untuk membeli 40 kg beras diperlukan uang Rp100.000,-. Setelah inflasi, beras 40 kg harus dibeli dengan uang Rp120.000,- karena harga beras telah naik dari Rp2.500,- per kg menjadi Rp3.000,- per kg. Hal ini jelas sangat merugikan, karena sebenarnya yang naik bukan hanya beras, tetapi hampir semua jenis barang. Bisa dibayangkan betapa sulitnya mereka yang berpendapatan tetap jika terjadi inflasi berkepanjangan. Sedangkan bagi masyarakat yang berpendapatan tidak tetap, inflasi bisa sangat merugikan atau bisa juga tidak merugikan. Bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan tidak tetap seperti tukang becak, tukang sayur, penyemir sepatu dan kuli angkat, inflasi jelas sangat merugikan. Pendapatan yang rendah dan tidak menentu jumlahnya tentu sangat membebani mereka dalam mengatur pendapatan tersebut agar bisa bertahan hidup. Adapun bagi masyarakat yang berpendapatan tinggi dan tidak tetap seperti para pedagang besar, inflasi dianggap tidak begitu merugikan, karena dengan pendapatan yang tinggi mereka masih...


Similar Free PDFs