Juknis Beternak Ayam Lokal.pdf PDF

Title Juknis Beternak Ayam Lokal.pdf
Author F. Harry Marthonis
Pages 55
File Size 3.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 76
Total Views 624

Summary

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (Program Perbibitan Tahun 2017) Penyusun: Sofjan Iskandar Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2017 PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (Program Perbibitan T...


Description

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (Program Perbibitan Tahun 2017)

Penyusun: Sofjan Iskandar

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2017

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (Program Perbibitan Tahun 2017) Cetakan 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang  Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2017 Jl. Raya Pajajaran kav. E-59, Bogor 16128 Telp. : 0251 8322185 Faks. : 0251 8328382; 8380588 Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya

Katalog dalam terbitan Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul (Program Sebar Bibit tahun 2017)/Penyusun, Sofjan Iskandar; - Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2017 viii, 44 hlm.: ill.; 21 cm 636.58 1. Ayam Lokal 2. Pedaging Unggul I. Judul II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan III. Iskandar, Sofjan ISBN 978-602-6473-08-0

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tata Letak dan Rancangan Sampul: Ruliansyah Lubis

DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI ......................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv DAFTAR TABEL ................................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................... vii I. PENDAHULUAN................................................................................ 1 A. Ayam lokal Indonesia ................................................................ 1 B. Perkembangan industri ayam lokal di Indonesia ...................... 1 II. AYAM LOKAL UNGGUL .................................................................. 3 A. Ayam KUB-1, petelur lokal........................................................ 3 B. Ayam SenSi-1 Agrinak, pedaging lokal .................................... 3 III. PROSES PRODUKSI ...................................................................... 5 A. Pelaksanaan di peternak Inti .................................................... 5 1. Program perkawinan............................................................. 5 2. Pemeliharaan induk dan jago ............................................... 8 3. Penetasan ........................................................................... 10 B. Pelaksanaan di peternak Plasma ........................................... 17 1. Persiapan kandang dan pemeliharaan ............................... 17 2. Pakan .................................................................................. 20 C. Pemeliharaan kesehatan ........................................................ 22 1. Imunisasi ............................................................................. 24 2. Penyakit-penyakit ayam lokal ............................................. 24 IV. USAHA TANI AYAM LOKAL SECARA BERKELOMPOK ............ 37 A. Model kerja kelompok ............................................................. 37 B. Sistem pencatatan usaha tani kelompok ................................ 39 Catatan harian .............................................................................. 39 V. PENUTUP ...................................................................................... 42 DAFTAR BACAAN.............................................................................. 43

iii

DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.

Ayam KUB-1 (petelur) (Koleksi D Sudarman) ................. 3 Ayam SenSi-1 Agrinak (pedaging) (Koleksi S Iskandar) . 4 Diagram Program perkawinan galur pejantan dan galur induk ayam lokal unggul untuk menghasilkan DOCdaging final....................................................................... 6 Gambar 4. Penampang atas sekat kandang perkawinan .................. 8 Gambar 5. Kandang perkawinan (Koleksi S Muhtar) ........................ 8 Gambar 6. Inkubator dan penetas otomatis bertenaga listrik (Koleksi S Iskandar)..................................................................... 11 Gambar 7. Anak-anak ayam yang sehat (koleksi S Iskandar) ........ 12 Gambar 8. Contoh borang untuk pencatatan dalam pengelolaan mesin tetas ..................................................................... 13 Gambar 9. Kandang indukan (brooding) ......................................... 18 Gambar 10. Segmen-segmen usaha tani ayam lokal ....................... 38

iv

DAFTAR TABEL halaman Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan produksi DOC final di kelompok INTI ........................................................................ 7 Tabel 2. Komposisi bahan pakan dan kadar ransum gizi ransum untuk produksi telur ayam KUB-1 dan SenSi-1 Agrinak ........ 9 Tabel 3. Komposisi bahan pakan dan kadar ransum gizi ransum pertumbuhan ayam KUB-1 dan SenSi-1 Agrinak ................ 20 Tabel 4. Prakiraan konsumsi pakan lengkap ayam lokal................... 22 Tabel 5. Ciri-ciri ayam sehat dan sakit secara umum ........................ 23 Tabel 6. Program vaksinasi pada ayam lokal .................................... 24

v

vi

KATA PENGANTAR Kementerian Pertanian telah mencanangkan Program Perbenihan dan Perbibitan pada Tahun 2018. Program ini bertujuan untuk menyediakan varietas/galur/klon unggul yang adaptif dengan produktivitas tinggi sesuai preferensi pengguna. Hal ini juga dapat untuk mempercepat dan meningkatkan diseminasi inovasi dan teknologi di tingkat pengguna, utamanya petani/peternak. Salah satu inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah ayam lokal unggul untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap Ayam Kampung. Permintaan produk Ayam Kampung ini terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya wisata kuliner berbasis Ayam Kampung. Pada tahun 2017, telah didistribusikan bibit Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB-1) dan Sentul Terseleksi (SenSi) kepada kelompok peternak di lima Provinsi (Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara) dalam bentuk kelompok peternak Inti dan Plasma. Peternak Inti berperan sebagai usaha pembibitan penghasil DOC, sedangkan kelompok peternak plasma merupakan usaha pembesaran sebagai penghasil ayam siap potong. Dalam upaya memperoleh persamaan tata kelola dari usaha tersebut, diperlukan petunjuk pelaksanaan teknis yang dapat dimanfaatkan bagi para pendamping di lapangan dan peternak binaan. Buku Petunjuk Teknis ini berisikan hal-hal praktis yang harus dilaksanakan bagi kelompok peternak sehingga dapat memberikan output yang optimal dalam rangka meningkatkan pendapatan peternak. Terima kasih disampaikan kepada Penyusun Buku Petunjuk ini dan seluruh Tim Pendampingan Teknis Program Perbibitan Ternak lingkup Puslitbang Peternakan yang telah berpartisipasi sehingga buku ini dapat diterbitkan. Buku petunjuk ini vii

diharapkan dapat menjadi acuan dan pemahaman bersama, sehingga dapat mewujudkan model usaha pembibitan dan pembesaran ayam lokal yang berkesinambungan. Bogor, September 2017 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Dr. Ir. Atien Priyanti, MSc.

viii

I. PENDAHULUAN A. Ayam lokal Indonesia Indonesia kaya akan sumber daya genetik termasuk berbagai jenis ayam lokal asli maupun lokal pendatang, yang tersebar di seluruh kepulauan. Ayam lokal asli maupun lokal pendatang yang dikelompokkan sebagai rumpun, ada yang mempunyai penampilan spesifik seperti rumpun ayam Kedu, Sentul, Gaok, Nunukan, Merawang dan lain-lain, ada juga yang tidak spesifik dan sangat beragam penampilannya yaitu rumpun ayam Kampung. Berdasarkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dengan mengidentifikasi berbagai ayam lokal yang ada di Indonesia dengan teknik molekuler menggunakan fragmen DNA D-loop mitokondria, diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi ayam di dunia setelah China dan India (Sulandari et al. 2007). Namun demikian, perhatian dan pemanfaatan ayam lokal yang ada belum dilakukan dengan optimal. Hal tersebut dikarenakan produksi telur dan daging ayam lokal yang dipelihara masyarakat relatif rendah sebagai akibat rendahnya mutu bibit, di samping sistem pemeliharaan yang kurang baik. Bagaimanapun juga, ayam lokal mempunyai peranan penting dalam pembangunan peternakan terutama dalam penyediaan daging yang mempunyai rasa dan tekstur yang khas. B. Perkembangan industri ayam lokal di Indonesia Ayam lokal, yang masih dikenal sebagai ayam kampung, menyumbangkan daging dan telur tidaklah sedikit. Sumbangan ayam lokal terhadap produksi daging nasional sebesar 8,50% atau sebesar 284,9 ribu ton, dan terhadap produksi daging unggas kontribusinya mencapai 12,86%. Begitu pula produksi 1

Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul

telur ayam lokal pada tahun 2017 sebanyak 196,7 ribu ton atau 9,70% terhadap produksi telur secara keseluruhan (Statistik Peternakan 2017). Industri ayam lokal semakin berkembang, terutama pasca serangan flu burung pada tahun 2005, yang menyebabkan perubahan sistem pemeliharaan dari tradisional ke pemeliharaan secara intensif. Di samping itu produk ayam lokal oleh masyarakat konsumen menengah ke atas semakin diminati, sebagai akibat meningkatnya pendapatan dan pengetahuan masyarakat terhadap asupan gizi seimbang dan produk pangan sehat. Seiring dengan kondisi di atas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui (Balitnak) Balai Penelitian Ternak berhasil mendiseminasikan ayam lokal unggul KUB-1 sebagai petelur. Meskipun hal ini jumlahnya masih belum memadai, namun adanya bibit unggul ini sangat membantu meningkatkan keberlangsungan industri ayam lokal. Petunjuk teknis pemeliharaan ayam lokal unggul hasil peneltian, sangat diperlukan bagi pelaku usaha di tingkat peternakan rakyat. Hal ini disebabkan karena pandangan masyarakat praktisi terhadap ayam lokal, yang kemungkinan masih tradisional dan tidak perlu memfasilitasi seperti fasilitas yang diberikan pada ayam ras impor (broiler dan layer).

2

II. AYAM LOKAL UNGGUL A. Ayam KUB-1, petelur lokal Ayam KUB-1 merupakan galur ayam kampung hasil penelitian Balitnak, yang berhasil dilepas sebagai salah satu galur unggul nasional (Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 698/Kpts/ PD.410/2/2013). Sartika et al. (2013) dalam bukunya KUB-1, menerangkan bahwa ayam KUB-1 merupakan ayam Kampung murni hasil seleksi betina selama enam generasi dengan keunggulan produksi telur tinggi, 60% henday dengan sifat mengeram 10% dari total populasi. Warna bulu masih seperti ayam kampung pada umumnya yaitu beragam, meskipun masih didominasi oleh warna hitam, campur coklat dan kehitaman. Jengger berbentuk tunggal (single comb) dan berbentuk pea. Keunggulan ayam KUB bila dibandingkan dengan ayam Kampung biasa adalah produksi telurnya yang lebih tinggi, karena seleksi diarahkan untuk produksi telur. Puncak produksi berkisar antara 65-70% pada umur antara 3035 minggu. Bobot telur setelah fase pertama (telur muda) berkisar antara 36-45 g/butir.

Gambar 1. Ayam KUB-1 (petelur) (Koleksi D Sudarman)

B. Ayam SenSi-1 Agrinak, pedaging lokal Perkembangan industri ayam lokal potong dalam waktu dua dekade ini lebih menarik dibandingkan dengan industri ayam 3

Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul

lokal petelur, sehingga ketika ayam KUB-1 disebarkan di masyarakat, ayam tipe petelur ini juga banyak dijadikan sebagai ayam potong lokal untuk memasok permintaan yang tinggi akan daging ayam lokal. Mengantisipasi hal tersebut terhadap permintaan ayam lokal pedaging unggul, maka Balitnak telah mengeluarkan produk baru ayam lokal unggul tipe potong, yang dinamakan ayam SenSi-1 Agrinak. Ayam ini telah dilepas sebagai galur baru ayam lokal unggul tipe pedaging dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 39/KpTs/PK.020/1/2017 - tentang Pelepasan Galur Ayam Sensi-1 Agrinak Tanggal 20 Januari 2017. Hasnelly et al. (2017) menerangkan bahwa ayam SenSi-1 Agrinak merupakan hasil seleksi untuk 6 generasi, berdasarkan bobot badan tertinggi ayam jantan umur 70 hari dan berdasarkan warna bulu abu dan warna bulu pucak (putih bercak hitam) untuk jantan dan betinanya. Sifat lain sebagai kriteria seleksi adalah jengger yang berbentuk kacang (pea) untuk ayam jantan. Bobot hidup rata-rata umur satu hari untuk jantan dan betina sekitar 30,10 g/ekor. Pada umur 70 hari, bobot hidup jantan umur 70 hari mencapai 1.066 g/ekor dan yang betina 745 g/ekor. Pada umur 20 minggu, bobot hidup ayam jantan dan betina masing-masing mencapai 2.403 g/ekor 1.572 g/ekor.

Gambar 2. Ayam SenSi-1 Agrinak (pedaging) (Koleksi S Iskandar) 4

III. PROSES PRODUKSI Agak berbeda dengan sitem produksi bibit ayam lokal biasa (atau lebih dikenal dengan nama komersial sebagai “ayam kampung”), ayam lokal unggul hasil penelitian Balitnak menuntut sedikit perhatian dalam sistem perkawinan, yang harus lebih sistimatis. Hal ini mengingat bahwa ayam lokal unggul hasil penelitian merupakan galur murni. Proses produksi untuk ayam unggul dibagi atas dua sistem, pertama adalah sistem perbanyakan bibit, tetua (parent) dan bibit niaga (final). Dua galur murni yakni ayam KUB-1, sebagai galur ayam lokal tipe petelur unggul, yang dipersiapkan untuk dijadikan sebagai galur betina (female line) dan ayam SenSi-1 Agrinak pedaging unggul, yang dipersiapkan sebagai pejantan (male line) pembawa sifat pertumbuhan. Persilangan kedua galur tersebut di atas, diharapkan dapat menghasilkan anak-anak ayam (day old chick = DOC) dengan jumlah yang banyak serta memiliki daya tumbuh sesuai dengan permintaan pasar tanpa menurunkan kualitas daging ayam lokal pada umumnya. A. Pelaksanaan di peternak Inti 1. Program perkawinan Program persilangan galur pejantan SenSi-1 dengan petelur KUB-1, disajikan pada Gambar 1.

5

Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul

Induk SenSi-1

Peremajaan tetua

Bibit potong

Pejantan SenSi-1

Induk KUB-1

Pejantan KUB-1

♂♀ KUB-1

♂♀ SenSi-1

♂♀ SenKUB-1

Gambar 3. Diagram program perkawinan galur pejantan dan galur induk ayam lokal unggul untuk menghasilkan DOC-daging final

Dengan program seperti di atas, maka beberapa hal yang perlu dipersiapkan adalah sbb.: a) Kandang A. Satu kandang perkawinan alami untuk 270 ekor KUB-1 dewasa & 30 ekor SenSi-1 Agrinak dewasa untuk memproduksi kurang lebih 42 (umur 24-65 minggu) × 7 (hari) × 0,4 (produksi telur) × 0,7 (daya tetas) × 0,95 (DOC layak jual) × 270 induk = 21 115 DOC SeKUB final (jantanbetina) layak jual selama 42 kali penetasan (sekali penetasan per minggu); b) Kandang B. Satu kandang khusus untuk menampung ayam dewasa KUB-1 murni (100 betina & 20 jantan) untuk memproduksi kurang lebih 300 betina KUB untuk kandang A dan 100 betina & 20 jantan untuk kandang B. Kemapuan produksi kandang B adalah 100 induk × 78 DOC/induk = 7800 DOC KUB-1 murni (jantan-betina) selama 42 kali penetasan (sekali penetasan per minggu); c) Kandang C. Satu kandang khusus untuk ayam dewasa SenSi-1 Agrinak murni (50 betina & 10 jantan) untuk memproduksi 60 jantan untuk kandang A dan 50 betina dan 10 jantan untuk kandang B. Kemampuan produksi kandang 6

Proses Produksi

ini adalah 42 (umur 24-65 minggu) × 7 (hari) × 0,3 (produksi telur) × 0,7 (daya tetas) × 0,95 (DOC layak) × 50 induk = 879 DOC SenSi-1 Agrinak murni (jantan-betina) selama 42 kali penetasan (sekali penetasan per minggu). Program kandang B dan C merupakan program lanjutan. Dalam rangka melaksanakan program perkawinan berkesinambungan peternak harus mengikuti jadwal sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan produksi DOC final di kelompok peternak Inti Urutan

Kegiatan

Pelaksanaan produksi DOC final 2017-2018 Pembuatan kandang dan peralatan kandang perkawinan Sanitasi kandang dan persiapan pakan desinfectan, obat dan vaksin Penerimaan bibit ayam Pemeliharaan sampai ayam siap bertelur Penetasan telur dan penjualan DOC final Pengembangan usaha selanjutnya untuk kegiatan di kandang A,B, C Perencanaan peremajaan dengan membeli ulang KUB-1 murni (100 betina dan 20 jantan) dan SenSi-1 Agrinak (50 betina + 10 jantan) Pembuatan 2 (dua) kandang indukan (untuk KUB, untuk SenSi) Pembesaran 300 KUB betina dan 60 SenSi jantan

7

Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul

2. Pemeliharaan induk dan jago Kandang dan peralatan kandang. Persiapan untuk pemeliharaan ayam dewasa (induk dan pejantan), seperti sekat kandang postal beralaskan sekam luas lantai 3×4 m lengkap dengan tempat pakan, minum, kotak tempat bertelur dan tenggeran. Setiap sekat diisi dengan 6 ekor jago dan 30 ekorzbetina.

Lantai kandang beralaskan sekam Tenggeran Kotak sarang untuk bertelur Tempat pakan Tempat minum Ayam Gambar 4. Penampang atas sekat kandang perkawinan

Gambar 5. Kandang perkawinan (Koleksi S Muhtar) 8

Proses Produksi

Penempatan kandang membujur dari timur ke barat, untuk menghindari sengatan terik matahari, ventilasi dan penerangan yang cukup. Kandang selalu dalam keadaan bersih dan tidak mengganggu lingkungan. Pakan dan minum. Pakan yang diberikan harus cukup memenuhi kadar gizi yang diperlukan ayam untuk hidup pokok dan berproduksi. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh susunan formula seperti disajikan pada Tabel 2. Pada umumnya pembuatan pakan dengan bahan pakan yang dapat dicari sendiri pada saat ini kurang menguntungkan. Ketersediaan bahan pakan sesuai kebutuhan dan murah untuk kuantitas kecil dan menengah, sangat sulit. Oleh karena itu penggunaan pakan pabrikan yang dicampur dengan bahanbahan pakan sesuai dan tersedia mudah dan murah, dapat diformulasikan sesuai keperluan gizi. Jika tidak ada bahanbahan pakan campuran, dapat dimanfaatkan juga pakan ayam petelur pabrikan. Tabel 2. Komposisi bahan pakan dan kadar ransum gizi ransum untuk produksi telur ayam KUB-1 dan SenSi-1 Agrinak Bahan pakan Ransum komersial layer (%) Dedak padi halus (%) Wonder mineral (%) Antikoksi-herbal (%) Total % Kadar gizi terhitung Protein kasar (%) Energi metabolis (kkal ME/kg) Kalsium (%) Fosfor (%) Asam amino l-lisin (%) Asam amino methionine (%)

Ransum produksi telur 22 minggu-afkir 77,75 24,00 1,00 0,25 100,00 16,10 2800,00 3,20 0,50 0,90 0,40 9

Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul

Pakan diberikan dalam bentuk tepung kasar (mesh) atau pellet atau pellet pecah diberikan dalam bentuk kering sebanyak kurang lebih 100 g/ekor dewasa/hari. Pakan sesuai anjuran ini dapat menghasilkan yang kita berikan, maka akan terlihat produksi yang maksimal, untuk ayam induk KUB sekitar 40-50%, dengan pemeliharaan sistem postal (lantai bersekam). Namun terkadang ada para peternak memberikan pula berbagai pakan tambahan seperti vitamin dan egg stimulant. Pengaruh pemberian pakan tambahan terhadap produksi telur dan/atau pertumbuhan ayam harus tetap dipantau. Air minum bersih pada suhu ruang sebaiknya disediakan cukup. Perkiraannya keperluan air minum adalah 2 × konsumsi pakan, yaitu 200 ml/ekor/hari. 3. Penetasan Penetasan telur-telur terbuahi dapat segera dilakukan apabila telah siap mesin tetas. yang terdiri dari mesin inkubator (incubator) untuk mengerami telur dari hari ke 0 sampai hari ke18, dan mesin penetas (hatcher) untuk mengerami telur yang berembrio sampai dengan menetas pada hari ke 21. Mesin penetas. Mesin penetas harus sudah tersedia lengkap dengan berbagai peralatannya, seperti pemanas, rak tempat telur, bak air untuk kelembapan, kipas perata suhu ruang, alat pemantau suhu (thermometer) dan pemantau kelembapan serta lampu penerang. Persyaratan suhu dan kelembapan dalam inkubator setelah dihidupkan selama 12-24 jam sebelum telur tetas dimasukkan, adalah suhu yang stabil antara 37,3-38°C dengan kelembapan (relative humidity-RH) 50-60%, setara dengan suhu thermometer bola basah 28,9-29,4°C

10

Proses Produksi

Gambar 6. Inkubator dan penetas otomatis bertenaga listrik (Koleksi S Iskandar)

Inkubator harus ...


Similar Free PDFs