Jurnal Pendidikan Perdamaian PDF

Title Jurnal Pendidikan Perdamaian
Author Ratna Suwanli
Pages 11
File Size 3.4 MB
File Type PDF
Total Downloads 414
Total Views 698

Summary

STUDI EKSPLORASI PERSEPSI SISWA TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN PERDAMAIAN DI SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA JURNAL Oleh : Winda Estri Dwi Jayanti 14416241012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019 STUDI EKSPLORASI PERSEPSI SISWA TENTANG NIL...


Description

STUDI EKSPLORASI PERSEPSI SISWA TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN PERDAMAIAN DI SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA

JURNAL

Oleh : Winda Estri Dwi Jayanti 14416241012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019

STUDI EKSPLORASI PERSEPSI SISWA TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN PERDAMAIAN DI SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA AN EXPLORATORY STUDY OF STUDENTS’ PERCEPTIONS ON PEACE EDUCATION VALUES IN SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA Winda Estri Dwi Jayanti dan Drs. Saliman, M. Pd Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksplorasi dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta berjumlah 496 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12 Yogyakarta, Bumijo, Jetis, Kota Yogyakarta. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 217 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus dari Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5%. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner atau angket. Uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product-moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbarch. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta sebesar 7,37% termasuk dalam kategori sangat tinggi, 21,66% termasuk dalam kategori tinggi, 46,08% termasuk dalam kategori sedang, 21,20% termasuk dalam kategori rendah, 3,69% termasuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta termasuk dalam kategori sedang. Kata Kunci: persepsi, pendidikan perdamaian

ABSTRACT This study aims to find out students‟ perceptions of peace education values in SMP Negeri 12 Yogyakarta. This was a descriptive exploratory study with a quantitative approach. The research population comprised all students of SMP Negeri 12 Yogyakarta with a total of 496 students. The study was conducted in SMP Negeri 12 Yogyakarta, Bumijo, Jetis, Yogyakarta City. The sample consisted of 217 students, selected using the proportional stratified random sampling technique. The sample size was determined using Isaac and Michael‟s formula with an error margin of 5%. The data were collected using a questionnaire. The instrument validity was assessed by the product-moment correlation formula and the reliability by Cronbach‟s Alpha formula. The data analysis technique was the descriptive statistical analysis technique. The results of the study showed that regarding students‟ perceptions of peace education values in SMP Negeri 12 Yogyakarta, 7.37% are in the very high category, 27.66% in the high category, 16.08% in the moderate category, 21.20% in the low category, and 3.69% in the very low category. Based on the results of these calculations, students‟ perceptions of peace education values in SMP Negeri 12 Yogyakarta are in the moderate category. Keywords: perceptions, peace education

1

Persepsi Siswa tentang Nilai... (Winda Estri Dwi Jayanti) 2

PENDAHULUAN Konflik yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa. Banyaknya kasus yang berkaitan dengan konflik dapat menyebabkan timbulnya kebencian antar individu dan antar kelompok. Data menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 269 kejadian konflik di Indonesia sepanjang tahun 2013-2016 (KESBANGPOL, 2017). Konflik yang terjadi berkaitan dengan permasalahan bidang politk, ekonomi, sosial dan budaya (POLEKSOSBUD), konflik sengketa batas wilayah/ SDA/ distribusi SDA, dan konflik perseteruan antar umat beragama (SARA). Konflik yang masih banyak terjadi di Indonesia dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat. Konflik yang disertai dengan kekerasan merupakan tindakan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan banyak kerugian. Kekerasan yang dilakukan oleh siswa di Kota Yogyakarta menunjukkan angka yang tinggi. Kekerasan fisik berupa klitih yang dilakukan pelajar Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan angka yang tinggi yaitu sebanyak 248 kejadian (Kedaulatan Rakyat, 2017). Klitih diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang keluar rumah tanpa tujuan pasti. Klitih kini sering diartikan sebagai tindakan yang kurang baik karena terdapat banyak kasus pelajar yang melukai orang lain. Tingginya pelajar yang melakukan klitih tentunya mencoreng nama Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota pelajar. Kekerasan psikis berupa perundungan merupakan permasalahan serius pada siswa. Perundungan merupakan perbuatan kekerasan verbal yang dilakukan berulang kali seperti memanggil dengan julukan nama yang tidak disukai, menyebarkan rumor, mengancam, dan sebagainya. Kasus perundungan mendapat pelaporan terbanyak dengan total 45% dari pengaduan di bidang pendidikan sepanjang tahun 2011-2016 (KPAI, 2016). Perundungan menjadi kasus yang paling banyak terjadi di lingkungan pendidikan mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, dan aduan pungutan liar. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa merupakan bentuk dari kejahatan. Menurut Saliman (2015: 181) tindakantindakan kejahatan yang dilakukan siswa merupakan cerminan dari kepribadian dan kepribadian tersebut terbetuk dan tumbuh dari pengalaman yang dilaluinya sejak lahir.

Tindakan kejahatan berupa kekerasan fisik dan psikis dapat dicegah dengan upaya yang tepat. Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam pembentukan kepribadian siswa. Pendidikan dapat membentuk kepribadian siswa melalui proses persepsi sesuai dengan yang tujuan yang diharapkan. Persepsi untuk mendorong terciptanya sikap siswa sesuai dengan nilai yang ada dan sikap yang dapat diorganisir dengan baik. Menurut Rakhmat (2003: 51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi menghasilkan suatu makna yang diperoleh dari penerimaan stimulus atau informasi. Menurut Thoha (2014: 141) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, melalui pancaindra berupa penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, serta penciuman. Pancaindra mempunyai peran penting dalam penerimaan stimulus. Stimulus atau informasi dipengaruhi oleh cakrawala pengetahuan siswa yang nantinya akan menghasilkan suatu makna. Persepsi tidak terjadi dengan sendirinya, terdapat tahapan-tahapan terjadinya persepsi. Menurut Stagner&Solley (Ali &Ansori, 2012: 194) tahapan persepsi yaitu: (1) Adanya stimulus yang ditangkap melalui pancaindra; (2) Adanya kesadaran terhadap stimulus; (3) Individu menginterpretasikan stimulus; dan (4) Individu mewujudkannya kedalam tindakan. Persepsi dimulai dari penerimaan stimulus yang diinterpretasikan untuk menghasilkan suatu makna yang ditujukan pada sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari. Nilai memiliki peran cukup penting sebagai dasar dalam menentukan persepsi. Menurut Muhyadi (1989: 242-243) nilai mengadung pilihan moral yang nenunjukkan sesuatu benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas, dan sebagainya. Pembentukan moral siswa merupakan hal yang penting karena pengetahuan saja tidak cukup supaya siswa memiliki kecakapan hidup. Menurut Sudrajat (2011: 20) kecerdasan kognitif saja tidak menjamin keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Nilai diperlukan untuk bekal siswa dalam menjalani kehidupan sesungguhnya dalam masyarakat dengan baik.

Persepsi Siswa tentang Nilai... (Winda Estri Dwi Jayanti) 3

Menurut Siagian (2012: 110-112) sumber dari sistem nilai, antara lain: (1) orang tuanya; (2) lingkungan sekolah; (3) temanteman sebaya; dan (4) diri orang yang sendiri. Lembaga pendidikan atau sekolah memiliki peranan penting sebagai sumber nilai dan penguatan nilai yang telah diperoleh dari orangtua. Nilai merupakan fondasi penting dalam menentukan karakter suatu bangsa yang salah satu proses penyebaran nilai adalah melalui sekolah (Supardi&Saliman, 2009: 4). Pendidikan melalui pengajaran di sekolah merupakan cara tepat yang digunakan sebagai penguatan pembentukan sistem nilai seseorang untuk pembentukan sikap yang terarah. Pendidikan memiliki peran penting untuk membekali seseorang supaya memiliki pengetahuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pada diri sendiri dan masyarakat. Menurut Sudrajat (2014: 89) pendidikan merupakan solusi untuk mengurai benang kusut konflik yang berkepanjangan berkat peranannya sebagai social reconstruction. Pendidikan dapat menjadi sarana dalam upaya memperbaiki kekacauan dalam masyarakat untuk mencapai keadaan yang sesuai dengan tujuan diharapkan. Pendidikan merupakan upaya yang tepat memberikan keterampilan kepada siswa untuk dapat memiliki kecakapan hidup dalam bermasyarakat. Menurut Zamroni (2006:156) pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam memahami kehidupan sehingga kelak dapat hidup layak dan berguna tidak saja bagi diri dan keluarganya tetapi juga bagi masyarakat dan bangsanya. Pendidikan dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang memiliki tujuan akhir pada pembentukan seseorang agar dapat menjalani kehidupan bermasyarakat dengan baik. Menurut Saliman, Mukminan & Wulandari (2014: 394) bahwa pendidikan merupakan proses sosialisasi, enkulturasi, dan internalisasi budaya dalam suatu masyarakat. Proses tersebut dilakukan dengan penanaman nilai dan menghayatinya sampai dengan sikap yang menunjukan nilai tersebut. Salah satu nilai yang dapat ditanamkan kepada siswa melalui pendidikan adalah nilai-nilai perdamaian. Perdamaian merupakan sebagai proses merujuk pada perkembangan tata pikir (mindset), perilaku, orientasi nilai, upaya perbaikan keadaan, dan penyelesaian konflik

dalam kehidupan manusia untuk mencapai sebuah keadaan damai sebagai akhir (Kartadinata, 2015:5). Perdamaian dapat diartikan sebagai sebuah kondisi tanpa adanya perselisihan dan pertikaian dalam masyarakat. Perdamaian dapat terwujud dengan kesadaran setiap individu untuk bersikap saling menghargai antar sesama manusia. Menurut Harris&Morrison (2013: 12) “peace is a concept that motivates the imagination, cannotes more than no violece.” Perdamaian dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memotivasi imajinasi, konten tanpa adanya kekerasan. Perdamaian mengarahkan pada tujuan masyarakat tanpa adanya konflik dan kekerasan. Perdamaian dapat diwujudkan dengan penanaman nilai melalui proses pendidikan. Pendidikan perdamaian mempunyai tujuan untuk menciptakan kondisi damai dalam masyarakat. Menurut Assegaf (2004: 92) pendidikan perdamaian merupakan proses pendidikan yang memberdayakan masyarakat agar mampu memecahkan konflik dengan cara kreatif, dan bukan dengan cara kekerasan. Pendidikan perdamaian membekali siswa supaya dapat memiliki keterampilan dalam menyelesaikan konflik tidak menggunakan kekerasan. Menurut Wahyudin (2015: 67) pendidikan damai merupakan sebuah proses pendidikan yang didasari oleh filosofi yang mengajarkan nir kekerasan, cinta, kasih sayang, kepercayaan, keadilan, kerja sama seluruh umat manusia. Pendidikan perdamaian menanamkan nilai-nilai tanpa kekerasan dan saling mengasihi antar sesama. Pendidikan perdamaian merupakan proses pembelajaran kepada siswa dengan menanamkan nilai-nilai tanpa adanya konflik dan kekerasan. Siswa dapat mengetahui adanya bahaya konflik dan kekerasan dalam masyarakat. Keterampilan dalam pemecahan permasalahan terkait dengan konflik dan kekerasan diperlukan agar siswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan perdamaian yang diperoleh di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan perdamaian memiliki beberapa nilai yang digunakan untuk membentuk siswa yang memiliki sikap cinta damai. Menurut Reardon & Alicia (2002: 51) nilai-nilai pendidikan perdamaian yang diajarkan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII-IX, antara lain: nilai

Persepsi Siswa tentang Nilai... (Winda Estri Dwi Jayanti) 4

keadilan, nilai persamaan hak, nilai hak berdasar keadilan, nilai perjanjian, nilai tanggungjawab global, dan nilai pada hukum Internasional. Nilai-nilai yang diajarkan kepada siswa mengarahkan pada pembentukan persepsi yang baik tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian dalam cakupan yang luas. Siswa memahami pentingnya pendidikan perdamaian yang tidak hanya di lingkungan sekitar saja melainkan pada jangkauan wilayah yang lebih jauh. Menurut Saliman & Yuyun (2018: 8) bahwa dalam menghadapi abad ke21 dibutuhkan usaha yang besar untuk siswa dalam mencapai pertumbuhan personal dan kemampuan untuk mengisi tanggung jawab sosial dan masyarakat sebagai masyarakat global. Nilai-nilai pendidikan perdamaian dapat diberikan melalui pengajaran dalam ranah afektif di sekolah. Menurut Saleh (2012: 131) komponen pada nilai-nilai pendidikan perdamaian, sebagai berikut: (1) refleksi; (2) berpikir kritis dan analitis; (3) mempersiapkan rencana demi melaksanakan keputusan; (4) imajinasi; (5) komunikasi; (6) resolusi konflik tanpa kekerasan; (7) empati; (8) bekerja sama untuk mencapai tujuan. Nilai-nilai pendidikan perdamaian mengarahkan pada pembentukan persepsi siswa yang menghayati hakikat nilainilai pendidikan perdamaian pada diri sendiri dan ditujukan sikap siswa dalam menghargai nilai-nilai pendidikan perdamaian saat berinteraksi dengan orang lain. Nilai-nilai pendidikan perdamaian memiliki tujuan supaya siswa memiliki karakter cinta damai. Menurut Wulandari (2010: 73) bahwa sikap yang baik untuk dikembangkan dalam membangun masyarakat dunia yang baik dan damai antara lain: menghormati diri sendiri, kemudian sikap toleransi, empati, keadilan, kejujuran, tidak mencurigai satu sama lain, persahabatan, kerjasama, saling pengertian dan keadilan/pemerataan. Nilai-nilai pendidikan perdamaian diarahkan pada pembentukan sikap siswa yang dimulai dari diri sendiri sampai dengan orang lain. Peneliti menyadari bahwa persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian bukan hanya diukur oleh nilai-nilai yang ditanamkan pada siswa di sekolah, tetapi juga oleh faktor lainnya. Tetapi pada penelitian ini hanya akan dibatasi oleh persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta untuk mengetahui sejauh mana persepsi siswa.

Tabel 1. Indikator Nilai-Nilai Pendidikan Perdamaian No Nilai Pengertian 1 Empati Adalah memahami dari perspektif orang lain. 2 Toleransi Adalah sikap menerima keadaan orang lain dan memahami kesalahan oleh sesamanya. 3 Tanggung Adalah kemampuan Jawab menjawab perbuatan yang telah dilakukan. 4 Keadilan Adalah menghindari diri sendiri dari sikap yang memihak. 5 Solidaritas Adalah persahabatan yang diarahkan secara positif dan konstruktif. 6 Gender Adalah menghargai kesetaraan dengan lakilaki dan menghindari kekerasan perempuan. 7 Peduli Adalah komitmen untuk Lingkungan menjaga alam sekitar dengan baik. 8 Refleksi Adalah menghargai diri Diri sendiri dan kontribusi pada masyarakat. 9 Resolusi Adalah kemampuan diri Konflik dalam memperhatikan setiap kepentingan. 10 Tanpa Adalah penyelesaian Kekerasan masalah tanpa adanya kekerasan. SMP Negeri 12 Yogyakarta berupaya mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan perdamaian yang sejalan dengan pelaksanaan pembentukan karakter bangsa yang termuat dalam visi-misi sekolah. Nilai-nilai pendidikan perdamaian yang ditanamkan pada siswa menunjukkan keberhasilan dengan adanya penurunan tindakan kekerasan perundungan pada siswa setiap tahunnya. Sekolah telah berupaya dalam mendidik siswa supaya siswa mampu menghayati nilai-nilai pendidikan perdamaian, namun sampai saat ini belum diketahui secara jelas sejauh mana persepsi siswa tentang adanya nilai-nilai pendidikan perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan “Studi Eksplorasi Persepsi Siswa tentang Nilai-Nilai Pendidikan Perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta”.

Persepsi Siswa tentang Nilai... (Winda Estri Dwi Jayanti) 5

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan yaitu didasarkan pada metode deskriptif eksplorasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian pada metode deskriptif eksplorasi digunakan untuk mengetahui gambaran umum persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 12 Yogyakarta yang berlokasi di Bumijo, Jetis, Kota Yogyakarta. Pengambilan data di lapangan bulan Oktober 2018 sampai Januari 2019. Waktu penyelesaian skripsi dari Januari 2018 sampai Maret 2019. C. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian yaitu seluruh siswa kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX SMP Negeri 12 Yogyakarta sebanyak 496. Jumlah seluruh responden dalam penelitian adalah 217 siswa. Selanjutnya, dilakukan perhitungan sampel pada setiap kelasnya. Berdasarkan pada perhitungan sampel yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa sampel pada kelas VII sebanyak 74 siswa, sampel pada kelas VIII sebanyak 73 siswa, dan sampel kelas IX sebanyak 70 siswa. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan proportionate stratified random sampling, yakni dalam pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata yang ada, artinya setiap jenjang kelas terwakili sesuai proporsinya. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam adalah dengan menggunakan angket atau kuisioner. Teknik kuisioner yang digunakan yaitu dengan angket atau kuisioner tertutup. Teknik kuisioner tertutup digunakan untuk mendapatkan sumber data primer. E. Instrumen Penelitian Angket atau kuisioner dalam penelitian bertujuan untuk mengungkapkan persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan perdamaian di SMP Negeri 12 Yogyakarta menggunakan agket tertutup, yaitu jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala linkert dengan gradasi dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS). Tipe jawabannya adalah menggunakan cheklis ().

F.

Validitas dan Reliabilitas Uji coba instrumen digunakan untuk mengetahui instrumen yang disusun layak atau tidak bagi penelitian. Validitas dalam penelitian menggunakan analisis item dengan teknik korelasi product-moment dari Karl Pearson. Uji validitas instrumen diujikan dengan dua kali percobaan. Uji validitas pertama diujikan pada 30 siswa dengan rhitung antara 0,017– 0,694 dengan rtabel 0,361 dari 40 butir pernyataan dan terdapat 21 pernyataan yang valid serta 19 pernyataan tidak valid. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan uji coba instrumen yang kedua karena indikator yang mewakili kurang dan perolehan hasil yang rendah. Uji validitas kedua diujikan pada 28 siswa dengan rhitung antara 0,080-0,806 dengan rtabel 0,374 dari 31 butir pernyataan dan terdapat 19 pernyataan yang valid dan 12 pernyataan tidak valid. Berdasarkan dua kali uji validitas yang dilakukan maka diperoleh hasil rhitung antara 0,381-0,806 dari rtabel 0,361 dan 0,374. Pernyataan dalam penelitian sejumlah 28 butir yang mewakili dari 10 indikator nilai. Setiap indikator terdiri dari 2 dan 3 butir pernyataan. Indikator nilai-nilai pendidikan perdamaian yang masing-masing terwakilkan dengan 2 butir pernyataan, antara lain: nilai empati, nilai tanggung jawab, nilai solidaritas, nilai refleksi diri, nilai resolusi konflik, dan nilai tanpa kekerasan. Indikator nilai yang menggunakan 3 butir pernyataan, yaitu: nilai toleransi, nilai keadilan, nilai gender, dan nilai peduli lingkungan. Reliabilitas menunjukkan instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data yang sudah baik. Reliabilitas menunjukkan keajegan atau konsisten suatu data. Uji reliabilitas diperoleh dengan cara menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 16. Hasil uji reliabilitas yaitu sebesar 0,843. Nilai reliabilitas 0,843 tersebut termasuk ke dalam kategori sangat kuat. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Tekn...


Similar Free PDFs