Kode Etik Ahli Gizi PDF

Title Kode Etik Ahli Gizi
Author Fepy Sisiliay
Pages 18
File Size 221.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 65
Total Views 155

Summary

KODE ETIK AHLI GIZI DI INDONESIA, AMERIKA DAN KANADA Makalah Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Nutrition Professional Ethics Oleh Fepy Sisiliay (A2/145070300111024) PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belak...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Kode Etik Ahli Gizi Fepy Sisiliay

Related papers ET IKA PROFESI GIZI mayyoni pit ri

Modul Teori Konsep Kebidanan Dewi Rat na Sulist ina DOKT ER HEWAN KEDINASAN Int an Depari

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

KODE ETIK AHLI GIZI DI INDONESIA, AMERIKA DAN KANADA Makalah Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Nutrition Professional Ethics

Oleh

Fepy Sisiliay (A2/145070300111024)

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang handal dan profesional serta tanggap dalam mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik nasional maupun internasional. Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumberdaya manusia sebagai ahli gizi professional di Indonesia yang berkesinambungan dan mempunyai daya saing internasional. Kode etik adalah aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang terkait. Sedangkan ahli gizi adalah seseorang yang memiliki kehalian khusus dalam bidang makanan yang dikaitkan dengan kesehatan. Oleh karena itu kode etik ahli gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli gizi dalam berinteraksi dengan orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi. Disetiap negara mempunyai kode etik ahli gizi yang berbeda-beda. Hal tersebut mengacu pada keadaan negara tersebut dan tujuan dari ahli gizi negara tersebut dalam menyelesaikan masalah gizinya. Sebagai calon ahli gizi, seseorang perlu memahami kode etik ahli gizi dari Indonesia agar bisa mulai membiasakan sikap ahli gizi pada dirinya. Kode etik dari negara lain dapat dijadikan sebagai referensi agar bisa memajukan ahli gizi di Indonesia. Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam kepmenkes nomer 347 tahun 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama, dan melalui penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat, serta memecahkan masalah gizi di masyarakat. Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiban yang meliputi kewajiban umum, kewajiban terhadap klien, kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja serta kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas prinsip bahwa

organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa isi kode etik ahli gizi di Indonesia? 2. Apa peran ahli gizi sebagai tenaga kerja professional? 3. Apa peran ahli gizi di bidang masyarakat? 4. Apa isi kode etik ahli gizi di Amerika dan Kanada? 5. Bagaimana perbedaan kode etik ahli gizi di Indonesia, Amerika dan Kanada? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui isi kode etik ahli gizi di Indonesia. 2. Untuk mengetahui peran ahli gizi sebagai tenaga kerja professional? 3. Untuk mengetahui peran ahli gizi di bidang masyarakat. 4. Untuk mengetahui isi kode etik profesi gizi di Amerika, dan Kanada. 5. Untuk mengetahui perbedaan kode etik ahli gizi di Indonesia, Amerika, dan Kanada. 1.4 Manfaat Penulisan makalah ini diharapkan sebagai bahan kajian untuk para pembaca khususnya ahli gizi agar lebih faham tentang kewajiban-kewajiban seorang ahli gizi baik kewajiban umum, kewajiban terhadap masyarakat serta terhadap profesi. Selain itu dengan adanya makalah ini, diharapkan agar sebagai ahli gizi dapat menerapkan perannya sebagai tenaga kerja professional dan di bidang masyarakat serta mengetahui kode etik ahli gizi serta perbedaan kode etik ahli gizi di Indonesia, Amerika dan Kanada.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kode Etik Ahli Gizi di Indonesia Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan dan kesejahteraan

memperbaiki

rakyat

melalui

keadaan upaya

gizi, kesehatan, kecerdasan perbaikan

gizi,

pendidikan

gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya (Persagi, 2010). a. Kewajiban Umum 1. Meningkatkan

keadaan

gizi

dan

kesehatan

serta berperan

dalam

meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat 2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan. 4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil. 5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar. 6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. 7. Melakukan

profesinya

mengutamakan

kepentingan masyarakat

dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya. 8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaikbaiknya.

b. Kewajiban terhadap Klien 1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum. 2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum. 3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual. 4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat. 5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut. 6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian. c. Kewajiban terhadap Masyarakat 1. Melindungi

masyarakat

umum

khususnya tentang

penyalahgunaan

pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. 2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat. 4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat. 5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik. 6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban

hendaknya

senantiasa

berusaha

memberikan

dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.

7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat. d. Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja 1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama

dan

menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat. 2. Memelihara organisasi

hubungan atau

disiplin

persahabatan yang

harmonis

ilmu/profesional yang

terkait

dengan

semua

dalam

upaya

meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. 3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja. e. Kewajiban terhadap Profesi dan Diri Sendiri 1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. 2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan. 3. Menunjukan

sikap

percaya

diri,

berpengetahuan

luas, dan

berani

mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar. 4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan). 5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum. 6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik. 7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang. 8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi f. Prinsip-prinsip kode etik

Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan kecerdasan bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar : 1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap bangsa dan negara. 2. Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat. 3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi tercapainya masyarakat adil, makmur dan sehat sentosa. Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan tugasnya perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi maupun dengan diri sendiri. Dengan melihat cakupan dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa profesi gizi berperan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik dan mengintervensi

individu,

kelompok,

masyarakat

serta meneliti

dan

mengembangkan demi menjaga mutu pelayanan. Oleh karena itu, perlu disusun standar kompetensi ahli gizi dan ahli madya gizi Indonesia yang dilandasi dengan peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis. 2.2 Peran Ahli Gizi sebagai Tenaga Kerja Profesional Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk

memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Selain itu, RD juga bertugas melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi untuk kondisi kronis (ADA, 2009). Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat. 2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan. 3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah. 4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku. 5. Anggota-anggotanya

bebas

mengambil

keputusan

dalam menjalankan

profesinya. 6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan. 7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya. 8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup. 9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif. 10. Otonomi dalam melakukan tindakan. 11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir. 12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik. 13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi). Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional harus memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis. 2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga professional. 3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat. 4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah. 5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas. 6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur. 7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah. 8. Memiliki etika. 9. Ahli Gizi. 10. Memiliki standar praktek.

11. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan. 12. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi. 2.3 Peran Ahli Gizi di Bidang Masyarakat Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010), yaitu sebagai berikut : a. Dietisien Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010). b. Konselor gizi Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010). c. Penyuluh gizi Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan

atau

masyarakat

dalam

mengonsumsi

makanan

sehingga

meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak.

Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya peran ahli gizi di dalam masyarakat, diharapkan dapat membantu memperbaiki status kesehatan masyarakat, khususnya melalui berbagai upaya preventif (pencegahan). Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi-informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan gizi. Jika dilakukan tatap muka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan ahli gizi dan berkonsultasi langsung dengan mudah mengenai permasalahan gizi yang mereka hadapi. Ahli gizi yang memberikan penyuluhan dan konseling pun hendaknya memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup yang harus terus ditambah dan diperbaharui setiap waktu. 2.4 Kode Etik Ahli Gizi di Amerika dan Kanada a. Kode Etik Ahli Gizi di Amerika American Dietetic Association (ADA) dan badan kepercayaan, Commission on Dietetic Registration (CDR), mempercayai kepentingan profesi dan pelayanan masyarakat yang memiliki Kode Etik di tempat yang menyediakan pedoman praktisi dietetik pada praktek profesional dan tingkah lakunya. Para praktisi dietetik memegang adopsi terhadap Kode Etik ini untuk mencerminkan nilai-nilai dan prinsip etik yang memandu profesi dietetik dan kumpulan komitmen serta kewajiban dari praktisi dietetik kepada masyarakat, klien, profesi, rekan kerja dan profesional lainnya. 

Kode Etik Berlaku untuk Praktisi berikut : 1. Anggota American Dietetic Association yang Terdaftar ahli gizi (RDS) atau Teknisi Dietetik, Terdaftar (DTR). 2. Kecuali

untuk

bagian

yang

semata-mata

berhubungan

dengan

kepercayaan, untuk semua anggota American Dietetic Association yang tidak RDS atau DTR, dan 3. Kecuali

untuk

aspek

yang

semata-mata

berhubungan

dengan

keanggotaan, semua RDS dan DTR yang bukan anggota dari American Dietetic Association (ADA).



Prinsip-prinsip Mendasar 1. Para praktisi melakukan dietetik dirinya dengan kejujuran, integritas dan keadilan. 2. Para praktisi dietetik mendukung dan mempromosikan standar praktek profesional. Praktisi menerima kewajiban untuk melindungi klien, masyarakat dan profesi dengan menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Diet dan dengan melaporkan pelanggaran yang dirasakan melalui proses yang ditetapkan oleh American Dietetic Association dan badan kepercayaan



Komisi Registrasi Dietetik. Tanggung Jawab Kepada Masyarakat 1. Praktisi memperhatikan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat setiap saat. 2. Para praktisi dietetik mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku atau terkait dengan profesi atau kewajiban etis praktisi seperti yang dijelaskan dalam Kode Etik ini. 3. Para praktisi dietetik menyediakan pelayanan profesional secara objektif dan menghormati kebutuhan yang unik dan nilai-nilai individu. 4. Para praktisi dietetik tidak terlibat dalam praktik palsu atau menyesatkan. 5. Para praktisi dietetik menarik diri dari praktek profesional ketika tidak mampu memenuhi tugas profesionalnya dan tanggung jawab kepada



klien. Tanggung Jawab kepada Klien 1. Jika praktisi dietetik tidak mampu untuk menangani dan melakukan pertimbangan secara profesional dalam sebuah kasus yang bukan keahliannya maka dapat bekerja sama dengan orang lain, mencari nasihat, atau membuat rujukan yang sesuai. 2. Para praktisi dietetik memperlakukan klien dan pasien dengan hormat dan pertimbangan. 3. Para praktisi dietetik merahasiakan informasi mengenai klie...


Similar Free PDFs