Kode Etik Guru dalam Profesinya PDF

Title Kode Etik Guru dalam Profesinya
Author Ahmad Riyadh Maulidi
Pages 19
File Size 978.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 71
Total Views 109

Summary

KODE ETIK GURU DALAM PROFESINYA Mata Kuliah: Profesi Keguruan Dosen Pengampu: Dra. Hj. Rusdiana Hamid, M.Ag. Disusun Oleh: Ahmad Riyadh Maulidi NIM. 170102010674 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BANJARMASIN 2019 KATA PENGANTAR Puji...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Kode Etik Guru dalam Profesinya Ahmad Riyadh Maulidi

Related papers kode et ik guru lukit o A G U N G wicaksono

hakekat profesi kependidikan Eza yayang MAKALAH KODE ET IK GURU Bang Egon

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

KODE ETIK GURU DALAM PROFESINYA Mata Kuliah: Profesi Keguruan Dosen Pengampu: Dra. Hj. Rusdiana Hamid, M.Ag. Disusun Oleh: Ahmad Riyadh Maulidi NIM. 170102010674

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BANJARMASIN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu tercurahkan kehadirat Allah SWT, karena hanya kepada-Nyalah kita persembahkan segala bentuk pujian. Dia telah memberikan kita beribu – ribu nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Sehingga dengan iringan rahmat dan hidayah Allah SWT lah, pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karena dari beliaulah kita semua bisa mengetahui hukum – hukum Allah SWT, sehingga kita bisa membedakan diantara perkara yang hak dan yang batil dan perkara yang halal dan haram serta bisa mengetahui perkara yang diridhoi dan dimurkai Allah SWT. Selain itu, ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini, baik kepada guru, orang tua, maupun teman–teman sekalian. Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul “Kode Etik Guru dalam Profesinya” ini yang pertama ialah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dra. Hj. Rusdiana Hamid, M.Ag. pada mata kuliah Profesi Keguruan dan untuk menambah wawasan kita mengenai apa saja yang menjadi kode etik seorang guru. Penulis menyadari bahwa makalah ini memang jauh dari kesempurnaan, maka sudilah kiranya siapa saja yang membaca makalah ini agar memaklumi akan kekurangan dari makalah ini dan saran bagi para pembaca sangat terbuka lebar demi kemajuan akan suatu karya sastra ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Banjarmasin, Maret 2019

Penulis

i

i2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2 BAB II : PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F.

Pengertian Kode Etik Guru ..................................................................... Tujuan Kode Etik Guru ........................................................................... Fungsi Kode Etik Guru .......................................................................... Kode Etik Profesi Guru Indonesia ......................................................... Kode Etik Guru Menurut Ahli Pendidikan Islam .................................. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru ......................................................

BAB III : PENUTUP A. Simpulan ................................................................................................ 16 B. Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

i3 ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, surau, dan di rumah. Melihat betapa pentingnya peran guru, maka wajiblah seorang guru itu menjadi teladan bagi anak didiknya, apalagi anak-anak itu bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain dan bekerjasama dengan masyarakat. Akhlak mulia ini lah yang nantinya tergabung dalam kode etik guru.1

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kode etik guru? 2. Apa saja tujuan kode etik guru? 3. Apa fungsi kode etik guru? 4. Bagaimana kode etik profesi guru indonesia? 5. Bagaimana kode etik guru menurut ahli pendidikan Islam? 6. Apa sanksi bagi pelanggaran kode etik guru? 7. Bagaimana upaya mewujudkan kode etik guru? 1

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 31-35.

1i4

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian kode etik guru. 2. Untuk mengetahui tujuan kode etik guru. 3. Untuk mengetahui fungsi kode etik guru. 4. Untuk mengetahui kode etik profesi guru indonesia. 5. Untuk mengetahui kode etik guru menurut ahli pendidikan Islam. 6. Untuk mengetahui sanksi bagi pelanggaran kode etik guru. 7. Untuk mengetahui upaya mewujudkan kode etik guru.

2i5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Guru Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berarti tulisan yang punya arti atau maksud tertentu. Sedangkan etik, berarti aturan tata susila, sikap atau akhlak. Dengan demikian, kode etik secara kebahasaan berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tata susila atau akhlak.2 Menurut William Lillie, etik adalah ilmu pengetahuan tentang norma atau aturan tingkah laku kehidupan manusia dalam masyarakat, yang mana ilmu pengetahuan tersebut menentukan tingkah laku itu benar atau salah, baik atau buruk atau semacamnya.3 Selain itu, „etik‟ berasal dari bahasa Yunani, „ethos‟ yang berarti watak, adab, atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan suatu cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan dari kelompok manusia. Etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut „kode‟, sehingga terjelmalah apa yang disebut „kode etik‟. Secara harfiah, etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, „kode etik guru‟ diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.4 Yang dimaksud dengan pengertian di atas adalah dalam mengerjakan tugasnya, guru terikat pada aturan-aturan kesusilaan yang berkaitan dengan baik atau tidaknya sesuatu untuk dikerjakan menurut ketentuan umum.5 Menurut Ayu Andriani, kode etik guru adalah pedoman bersikap dan berperilaku guru yang tercermin dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan 2

Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak Pendidikan, (Sukabumi: Jejak, 2017), h. 23.

3

William Lillie, An Introduction to Ethics, (New York: Barnes and Noble, 1996), h. 1-2.

4

Syaiful Bahri Djamarah, Guru..., h. 49.

5

Annisa Anita Dewi, Guru..., h. 23.

3i6

guru. Kode etik ini mengatur hubungan guru dengan teman kerja, murid, dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi tugasnya.6 Menurut Besse Marhawati, kode etik guru adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku guru, dan oleh karena itu haruslah ditaati oleh guru.7 Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kode etik guru ialah segala aturan dan norma yang harus ditaati oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.

B. Tujuan Kode Etik Guru Tujuan dibuatnya kode etik guru adalah untuk menjamin agar tugas dan pekerjaan keprofesian guru dapat terwujud sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2003 tentang Guru dan Dosen dengan mengedepankan kepentingan semua pihak. Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan imbalannya, baik yang bersifat finansial, maupun secara sosial, moral, maupun kultural. 8 Pihak pengemban tugas pelayanan keprofesian juga diharapkan terjamin martabat, wibawa, dan kredibilitas pribadi dan keprofesiannya serta hak atas imbalan yang layak sesuai dengan jasa pelayanannya.9 Tujuan ditetapkannya kode etik guru ialah: 1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Dengan adanya kode etik, maka setiap profesi tidak dipandang rendah atau remeh terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. 6

Ayu Andriani, Praktis Membuat Buku Kerja Guru: Menyusun Buku Kerja 1, 2, 3, dan 4 dengan Mudah dan Sistematis, (Sukabumi: Jejak, 2018), h. 98. 7

Besse Marhawati, Pengantar Pengawasan Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

h. 99. 8

Cicih Sutarsih, Etika Profes, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 102. 9

Ayu Andriani, Praktis..., h. 99. 4

i7

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya. Dalam kode etik, umumnya terdapat larangan-larangan kepada anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif umum bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan seprofesinya. 3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuanketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya. 4. Untuk meningkatkan mutu profesi. Kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran-anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi para anggotanya. 5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Dalam meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegitan yang dirancang organisasi.10 Menurut Ordi Saondi dan Aris Suherman, ada 5 tujuan kode etik guru: 1. Agar guru mempunyai rambu-rambu yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari sebagai pendidik. 2. Agar guru-guru dapat bercermin diri mengenai tingkah lakunya, apakah sudah sesuai dengan profesi yang disandangnya atau belum. 3. Agar guru-guru dapat menjaga (mengambil langkah preventif), jangan sampai tingkah lakunya dapat menurunkan martabatnya sebagai seorang profesional yang bertugas utama sebagai pendidik. 4. Agar guru secepatnya dapat kembali (mengambil langkah kuratif), jika ternyata apa yang mereka lakukan selama ini bertentangan atau tidak sesuai 10

Annisa Anita Dewi, Guru..., h. 24-25.

i85

dengan norma-norma yang telah dirumuskan dan disepakati sebagai kode etik guru. 5. Agar segala tingkah laku guru senantiasa selaras atau paling tidak, tidak bertentangan dengan profesi yang disandangnya ialah sebagai seorang pendidik.11

C. Fungsi Kode Etik Guru 1. Fungsi yang Berkaitan dengan Tugas Guru a. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas-tugas keguruan khususnya yang beraitan dengan muatan normatif pendidikan. b. Sebagai pedoman dalam bertingkah laku agar dapat dijadikan contoh oleh anak didik dan masyarakat pada umumnya. c. Sebagai pedoman untuk bergaul dan berhubungan, baik hubungan dan pergaulan antar sesama pendidik, dengan anak didik dan dengan staf sekolah maupun masyarakat. 2. Fungsi yang Berkaitan dengan Tujuan Pendidikan a. Sebagai pedoman agar segala hal yang dilakukan guru tidak bertentangan dengan misi pendidikan. b. Sebagai pedoman dalam mewariskan tata nilai dan tata norma masyarakat pada umumnya yang sesuai dengan misi yang diemban oleh pendidik. 3. Fungsi yang Berkaitan dengan Masa Depan Profesi Keguruan a. Sebagai pedoman dalam mewariskan tata nilai dan tata norma agar profesi keguruan tetap ada. b. Sebagai arahan dalam mengantisipasi segala bentuk kedinamisan yang menawarkan standar tingkah laku sehingga keberadaan profesi keguruan tetap eksis.12

11

Ordi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: Rafika Ditama, 2010), h. 13. 12

Besse Marhawati, Pengantar..., h. 100-102.

6i9

D. Kode Etik Profesi Guru Indonesia Kode etik profesi guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Pedoman sikap dan perilaku dimaksud adalah nilai-nilai yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang tboleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.13 Kode etik profesi guru Indonesia juga dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai dan norma profesi guru yang tersusun dengan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan dalam Kongres PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) XVI tahun 1989 di Jakarta adalah sebagai berikut: 1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Maksud dari rumusan ini ialah bahwa guru harus mengabdikan dirinya secara ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental agar menjadi insan pembangunan yang menghayati dan mengamalkan serta melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan mendasarkan pada sila-sila dalam Pancasila.14 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. Berkaitan dengan item ini, maka guru harus mampu mendesain program pengajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setiap diri anak didik. Yang lebih penting lagi guru harus menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak didik. Kurikulum dan program pengajaran untuk tingkat SD harus juga diterapkan di SD, begitu juga seterusnya.

13

Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),

h. 100. 14

AM Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 152.

10 i7

3. Guru berusaha memproleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan untuk melakukan bimbingan dan pembinaan. Guru dalam belajar mengajar perlu menagadakan komunikasi dan hubungan baik dengan anak didik. Hal ini terutama agar guru mendapatkan informasi secara lengkap mengenai diri anak didik, sehingga akan sangat membantu bagi guru dan siswa dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang optimal. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Maksudnya ialah bagaimana guru dapat menciptakan kondisi-kondisi optimal sehingga anak merasa belajar, harus belajar, perlu dididik dan perlu bimbingan. 5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Guru harus membina hubungan baik dengan masyarakat agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar. Dalam hal ini mengandung dua dimensi penglihatan, yakni masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat yang lebih luas. Dilihat dari segi masyarakat sekitar sekolah, bagi guru sangat penting untuk selalu memelihara hubungan baik, akrena guru akan mendapat masukan, pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau perkembangan masyarakat itu. 6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Cara-cara meningkatkan mutu profesi secara sendiri yaitu dengan menekuni secara kontinyu pengetahuan yang berhubungan dengan teknik belajar mengajar, mendalami spesialisasi bidang studinya, melakukan kegiatan mandiri yang relevan, mengembangkan materi yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran, dan melakukan dialog dengan guru yang lebih senior.

811 i

Adapun cara-cara meningkatkan mutu profesi secara sendiri yaitu dengan mengikuti berbagai bentuk pelatihan, program pembinaan keprofesian, dan saling bertukar pikiran dengan teman sejawat. 7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Kerjasama dan pembinaan hubungan antarguru di lingkungan tempat kerja merupakan upaya yang sangat penting. Sebab, hal ini akan meningkatkan kelancaran mekanisme kerja. 8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan pertemuan antar guru di berbagai daerah. 9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.15

E. Kode Etik Guru Menurut Ahli Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali dalam buku Dewi disebutkan bahwa ada 17 kode etik guru, yaitu: 1.

Menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah.

2.

Bersikap penyantun dan penyayang.

3.

Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak.

4.

Menghindari dan menghilangkan sifat angkuh terhadap sesama.

5.

Bersifat merendah ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.

6.

Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.

7.

Bersifat lemah lembut dalam menghadapi anak didik yang rendah tingkat IQ nya serta membinanya sampai taraf maksimal.

8.

Meninggalkan sifat marah.

15

Siti Zaenab, Profesionalisme Guru PAUD Menuju NTB Bersaing: Pengantar Manajemen Pendidikan, Praktik, Teori, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 61-62. 9

12 i

9.

Memperbaiki sifat anak didiknya dengan lemah lembut terhadap anak didik yang kurang lancar berbicara.

10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada anak didik yang belum mengerti atau mengetahui. 11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan anak didik walaupun pertanyaan itu tidak bermutu. 12. Menerima kebenaran dari anak didik yang membantahnya. 13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan proses pendidikan walaupun kebenaran itu datangnya dari anak didik. 14. Mencegah anak didik mempelajari ilmu yang membahayakan. 15. Menanamkan sifat ikhlas pada anak didik serta terus menerus mencari informasi guna disampaikan pada anak didiknya yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub kepada Allah Swt. 16. Mencegah anak didik mempelajari ilmu fardu kifayah sebelum mempelajari ilmu fardu ain. 17. Mengaktualisasikan informasi yang akan diajarkan pada anak didik. Selanjutnya, menurut M. Athiyah Al-Abrasyi yang dikuti oleh Zulhimma dalam buku Dewi disebutkan bahwa kode etik guru itu sebagai berikut: 1.

Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik sehingga ia menyayangi anak didiknya seperti menyayangi anaknya sendiri.

2.

Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan anak didik.

3.

Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak didiknya.

4.

Memperhatikan semua anak didik atau bersikap adil terhadap semua anak didik.

5.

Mempunyai kompetensi keadilan, kesucian, dan kesempurnaan.

6.
<...


Similar Free PDFs