KOMPARTEMEN SINDROM PDF

Title KOMPARTEMEN SINDROM
Author Riscky Lauw
Pages 46
File Size 178.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 5
Total Views 97

Summary

KOMPARTEMEN SINDROM Pembimbing: Dr. Arsanto Triwidodo, Sp.OT, FICS, K-spine, Mkes Disusun oleh: - Yuliana Primawati -Rey Jauwerissa KOMPARTEMEN SINDROM • Definisi Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteof...


Description

KOMPARTEMEN SINDROM Pembimbing: Dr. Arsanto Triwidodo, Sp.OT, FICS, K-spine, Mkes Disusun oleh: - Yuliana Primawati -Rey Jauwerissa

KOMPARTEMEN SINDROM • Definisi Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup

KOMPARTEMEN SINDROM • Insidens: - lebih banyak pada laki-laki - Sering terjadi pada tungkai bawah serta lengan atas

Status Pasien • • • • • • • • • •

Nama Umur Pekerjaan Jenis kelamin Suku Agama Pendidikan terakhir Status perkawinan Alamat Tanggal Masuk

: Ny. S : 27 tahun 5 bulan : Ibu rumah tangga : Perempuan : Betawi : Islam : SMA : menikah : jl. Deli no 19 Jakarta utara : 1 November 2011 pukul 18.00

Anamnesis Anamnesis dilakukan autoanamnesis pada tanggal 1 November 2011, pukul 18.00 WIB. • Keluhan Utama Nyeri dan sulit menggerakkan lengan kiri setelah diserempet mobil sejak 2 jam SMRS • Keluhan tambahan Nyeri gerak (+) dan bengkak pada lengan kiri

• Riwayat Penyakit Sekarang 2 jam SMRS Os mengakui mengalami kecelakaan lalu lintas. Os mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sekitar 40 km/jam, saat akan berbelok ke kiri tiba-tiba dari arah belakang datang sebuah mobil yang kemudian menyerepet os dari sebelah kanan dengan kecepatan tinggi. Os terpelanting kearah depan, mendarat dengan tangan kiri menopang badan, kemudian tubuh os menindih tangan kiri. Os memakai helm full face dan jaket kulit. Setelah jatuh, Os tetap sadar dengan posisi tengkurap dan berada disebelah depan dari motor. Os tidak tertipa motor, kepala os tidak terbentur, dan os tidak menabrak apapun saat terjatuh. Os merasakan lengan kirinya bengkak dan nyeri bila ditekan dan digerakkan. Sesaat setelah terjatuh pasien bisa berdiri sendiri.

Os segera dilarikan ke UGD RSUD Koja oleh warga sekitar. Lengan Os yang sakit tidak dibidai. Os menyangkal adanya luka. Nyeri yang dirasakan os semakin hebat sejak 10-15 menit setelah kecelakaan, nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus menerus di lengan kiri. Os mengaku tidak dapat menekuk siku kirinya dan tidak dapat menggerak jari-jari tangan kirinya karena kesemutan, os mengeluh lengan kiri dan jari-jarinya terasa kebas dan terlihat pucat. Os menyangkal adanya benturan di kepala, penglihatan kabur, pusing dan gerak kaku pada leher, keluar darah dari telinga dan hidung, nyeri dada, sesak, mual, muntah, nyeri perut, nyeri punggung. Os menyangkal adanya gangguan BAB dan BAK.

• Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku tidak mempunyai penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit tulang sendi, asma, dan maag. Riwayat trauma dan operasi disangkal oleh pasien. Pasien mengaku tidak memiliki alergi.

• Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi, asma, dan penyakit jantung.

• Riwayat Pengobatan Pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan saat ini. • Riwayat kebiasaan Pasien rutin berolahraga 2x seminggu. Pasien tidak merokok dan tidak meminum alkohol. Pemakaian narkoba disangkal oleh pasien.

Pemeriksaan Fisik PRIMARY SURVEY Airway • Look: pasien dapat berbicara spontan, tidak terlihat adanya kesulitan bernafas, tidak agitasi, tidak sianosis, tidak ada retraksi. • Listen: tidak ada suara nafas tambahan (seperti mendengkur, berkumur ataupun bersiul), tidak ada disfonia, tidak berkata-kata kasar (gaduh gelisah). • Feel: trakea berada di tengah. Breathing • Look : Pernapasan pasien spontan dan teratur. Tampak pergerakan hemitoraks kiri dan kanan simetris. Tidak ada dispnea. • Listen : Suara nafas vesikuler, tidak ada takipnea. • Feel : Teraba gerakan kedua hemitorax simetris dengan RR 16x/menit

Circulation • Look: Pasien sadar, kulit tidak pucat • Listen: • Feel: teraba nadi 60x/menit, teratur, isi cukup, equal kanan dan kiri. Akral hangat, capillary refill < 2 detik, tekanan darah 120/80 mmHg Disability • Look: dapat membuka mata spontan, dapat bergerak mengikuti perintah, pupil isokor, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung +/+ • Listen: dapat berkomunikasi normal • Feel: Exposure • Look: Tampak pembengkakan dan memar pada lengan kiri bawah • Listen: • Feel: nyeri tekan (+) pada lengan kiri bawah, suhu tubuh 36,5° C

SECONDARY SURVEY • Keadaan Umum: Compos mentis, tampak sakit sedang • Tanda Vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi: 60 x/menit RR: 16 x/menit Suhu: 36,50C • Kepala: Normocephali, jejas (-), luka (-), udema (), nyeri tekan (-)

• Wajah: Simetris, jejas (-), luka (-), udema (-), nyeri tekan (-), gangguan saraf (-) • Mata: Ketajaman visus normal 6/6, pupil isokor dengan diameter 3 mm, konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung +/+, tidak terdapat adanya raccoon eye, gerak bola mata normal

• Telinga: Normotia, keluar darah dari telinga (-), gangguan pendengaran (-), nyeri (-) • Hidung: Normosepta, keluar darah (-), gangguan penghidu (-), nyeri (-). • Mulut: Jejas (-), luka (-), udema mukosa (-), nyeri (-), gangguan saraf (-). • Leher: Jejas (-), luka (-), nyeri gerak (-), deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O

• Thorax: Inspeksi: jejas (-), luka (-), udema (-), perubahan bentuk (-) Palpasi: nyeri tekan (-) • Paru: Inspeksi : Gerak pada pernafasan simetris hemitorax kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal Palpasi : Vokal Fremitus dekstra dan sinistra sama, tidak ada krepitasi pada os costae, nyeri tekan (-) Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketuk (-) Auskultasi :Suara nafas vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing(-/-)

• Jantung: Inspeksi : Tidak terlihat adanya pulsasi ictus cordis Palpasi : ictus cordis pada sela iga Perkusi: Konfigurasi jantung dalam batas normal Auskultasi : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-) • Abdomen: Inspeksi : Datar, jejas (-), luka (-) Auskultasi : Bising usus (+) 3x/menit Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, nyeri ketuk CVA (-)

• Ekstremitas: Superior : status lokalis Inferior : – Inspeksi: Jejas (-), luka (-), udema (-), – Palpasi: nyeri tekan (-), nyeri gerak (-), kesemutan/rasa baal (-), krepitasi (-), pulsasi a. poplitea (+)

Status Lokalis Regio Lengan Kiri • Look: Hematoma (-) Blister (-) Pucat dari 1/3 proksimal sampai ujung jari(+) Luka terbuka (-) Bengkak (+) Deformitas angulasi (+) ke leteral Deformitas shortening (-) Deformitas rotasi eksterna (-)

• Feel: Sensoris C5-T1 berkurang Kulit dingin Capillary refill > 2 detik Pulsasi radialis lemah Nyeri tekan (+) • Move: Aktif: ROM siku dan jari tidak bisa digerakkan Pasif: terbatas karena nyeri

RIGHT True length

Tidak dapat dinilai

LEFT Tidak dapat dinilai

Anatomical length

50 cm

48 cm

Apparent length

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

LLD = 2 cm

Pemeriksaan Laboratorium HEMATOLOGI

Hasil

Nilai normal

12

13-15 g/dL

8000

5000-10.000 /uL

Hematokrit

44

40-48 %

Trombosit

246,000

150.000-400.000

Hb Leukosit

FUNGSI HATI

Hasil

Nilai normal

SGOT

10

< 12U/l

SGPT

10

< 12U/l

Hasil

Nilai normal

/uL Basofil

0

0-1

FUNGSI GINJAL

Eosinofil

2

1-3

Ureum

24

20-40 mg/dl

Batang

3

2-6

Kreatinin

1

0,5-1,5 mg/dl

Segmen

60

50-70

Limfosit

25

20-40

Monosit

6

2-8

Masa

7

5-15 detik

4

2-6 detik

pembekuan Masa pendarahan

Pemeriksaan radiologi •

Ny. S, usia 27 tahun, diambil pada tanggal 1 November 2011

• • • • • • •

Kualitas foto: baik (densitas baik, sentrasi: batas atas sendi siku dan batas bawah sendi carpal kiri) Foto brachii AP-lateral Deskripsi: Tampak jaringan lunak edema Tampak fraktur komplit 1/3 proksimal tulang ulna kiri, garis fraktur transversal, dengan angulasi . Tampak dislokasi pada sendi antara humerus dan proksimal radius. Kesan: fraktur komplit 1/3 proksimal ulnaris kiri dengan angulasi Dislokasi sendi humerus dan radius.

Resume 2 jam SMRS Os mengakui mengalami kecelakaan lalu lintas. Os mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sekitar 40 km/jam, saat akan berbelok ke kiri tiba-tiba dari arah belakang datang sebuah mobil yang kemudian menyerepet os dari sebelah kanan dengan kecepatan tinggi. Os terpelanting kearah depan, mendarat dengan tangan kiri menopang badan, kemudian tubuh os menindih tangan kiri. Os memakai helm full face dan jaket kulit. Setelah jatuh, Os tetap sadar dengan posisi tengkurap dan berada disebelah depan dari motor. Os tidak tertipa motor, kepala os tidak terbentur, dan os tidak menabrak apapun saat terjatuh. Os merasakan lengan kirinya bengkak dan nyeri bila ditekan dan digerakkan. Sesaat setelah terjatuh pasien bisa berdiri sendiri.

Os segera dilarikan ke UGD RSUD Koja oleh warga sekitar. Lengan Os yang sakit tidak dibidai. Os menyangkal adanya luka. Nyeri yang dirasakan os semakin hebat sejak 10-15 menit setelah kecelakaan, nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus menerus di lengan kiri. Os mengaku tidak dapat menekuk siku kirinya dan tidak dapat menggerak jari-jari tangan kirinya karena kesemutan, os mengeluh lengan kiri dan jari-jarinya terasa kebas dan terlihat pucat. Os menyangkal adanya benturan di kepala, penglihatan kabur, pusing dan gerak kaku pada leher, keluar darah dari telinga dan hidung, nyeri dada, sesak, mual, muntah, nyeri perut, nyeri punggung. Os menyangkal adanya gangguan BAB dan BAK.

Pada status lokalis regio lengan kiri didapatkan hematoma (-), bengkak (+), deformitas angulasi (+) ke lateral, deformitas shortening (-), deformitas rotasi interna (-). Pada perabaan didapatkan sensoris c5– T1 kurang, kulit dingin, capillary refill > 2 detik, pulsasi radialis lemah, nyeri tekan (+). ROM lengan kiri terbatas karena nyeri. Pada pemeriksaan radiologis, tampak jaringan lunak edema, fraktur komplit 1/3 proksimal ulnaris kiri dengan angulasi, Dislokasi sendi humerus dan radius.

• DIAGNOSIS KERJA : Fraktur komplit 1/3 proksimal ulnaris sinistra dengan angulasi Dislokasi sendi humerus dan radius sinistra. Suspect kompartemen syndrome antebrachii sinistra • DIAGNOSIS BANDING : • PEMERIKSAAN ANJURAN :

– Pengukuran tekanan kompartemen dengan pressure transduser modules

• PENATALAKSANAAN : Medikamentosa: Infuse iv RL 20 tetes permenit Injeksi Ketopain 2 x 1 gr Injeksi Ranitidin 2 x 1 gr Perencanaan operasi fasciotomi dan ORIF • PROGNOSIS : Ad vitam : ad malam Ad fungsionam : dubia ad malam Ad sanationam : dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA Sindroma kompartemen Definisi Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup. Hal ini mengawali terjadinya peningkatan tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan pembuluh darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.(1,2,4)

Anatomi Kompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, syaraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fasia serta otot-otot yang masing-masing dibungkus oleh epimisium. Secara anatomi, sebagian besar kompartemen terletak dianggota gerak. Berdasarkan letaknya, kompartemen terdiri dari beberapa macam, antara lain:

1. Anggota gerak atas a. Lengan atas : terdapat kompartemen anterior dan posterior b. Lengan bawah : terdapat tiga kompartemen , yaitu flexor superfisial, fleksor profundus dan ekstensor 2. Anggota gerak bawah a. Tungkai atas; terdapat tiga kompartemen, yaitu : anterior, medial dan posterior b. Tungkai bawah : tedapat empat kompartemen, yaitu : kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial, dan posterior profundus

• Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada daerah tungkai bawah (yaitu kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial dan posterior profundus) serta lengan atas (kompartemen volar dan dorsal)

Frekuensi 1. Mortalitas/ Morbiditas Kompartemen sindrom tergantung dari dua hal : - Diagnosis - Waktu antara terjadinya cidera sampai dilakukan penangan 2. Jenis Kelamin Hasil penelitian study kasus oleh McQueen, sindrom kompartemen didiagnosa lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan kebanyakan pasien trauma adalah laki-laki. (4)

Etiologi Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang kemudian memicu timbullny sindrom kompartemen, yaitu antara lain: Penurunan volume kompartemen kondisi ini disebabkan oleh: • Penutupan defek fascia • Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas

Peningkatan tekanan eksternal: • Baluta ya g terlalu ketat • Ber ari g di atas le ga • Gips

Peningkatan tekanan pada struktur komparteman beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain: • Pe daraha atau Trau a vaskuler • Pe i gkata per ea ilitas kapiler • Pe ggu aa otot ya g erle iha • Luka akar • Operasi • Gigita ular • O struksi ve a Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera, dimana 45 % kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak bawah.(4,6)

Patofisiologi Sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia. Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen. Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat. Metsen mempelihatkan bahwa bila terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan ireversibel komponen tersebut.

Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada kompartemen sindrom yaitu, antara lain: a. Spasme arteri akibat peningkatan tekanan kompartemen . Theori of riti al losi g pressure. Hal ini disebabkam oleh diameter pembuluh darah yang kecil dan tekanan mural arteriol yang tinggi. Tekanan transmural secara signifikan berbeda ( tekanan arteriol-tekanan jaringan), ini dibutuhkan untuk memelihara patensi aliran darah. Bila tekanan tekanan jaringan meningkat atau tekanan arteriol menurun maka tidak ada lagi perbedaan tekanan. Kondisi seperti ini dinamakan dengan tercapainya critical closing pressure. Akibat selanjutnya adalah arteriol akan menutup c. Tipisnya dinding vena

Karena dinding vena itu tipis, maka ketika tekanan jaringan melebihi tekanan vena maka ia akan kolaps. Akan tetapi bila kemudian darah mengalir secara kontinyu dari kapiler maka, tekanan vena akan meningkat lagi melebihi tekanan jaringan sehingga drainase vena terbentuk kembali McQueen dan Court-Brown berpendapat bahwa perbedaan tekanan diastolik dan tekanan kompartemen yang kurang dari 30 mmHg mempunyai korelasi klinis dengan sindrom kompartemen. Patogenesis dari sindroma kompartemen kronik telah digambarkan oleh Reneman. Otot dapat membesar sekitar 20% selama latihan dan akan menambah peningkatan sementara dalam tekanan intra kompartemen. Kontraksi otot berulang dapat meningkatkan tekanan intamuskular pada batas dimana dapat terjadi iskemia berulang. Sindroma kompartemen kronik terjadi ketika tekanan antara kontraksi yang terus menerus tetap tinggi dan mengganggu aliran darah. Sebagaimana terjadinya kenaikan tekanan, aliran arteri selama relaksasi otot semakin menurun, dan pasien akan mengalami kram otot. Kompartemen anterior dan lateral dari tungkai bagian bawah biasanya yang kena

Manifestasi Klinis Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu: • pain • Palor • Paralysis • Parasthesia • pulselesness +1p (poikilotermia)

Terapi Non bedah • Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia • Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut kontriksi dilepas.

• Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat perkembangan sindroma kompartemen • Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah • Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler, dengan memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel otot yang nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas

Terapi Bedah: Fasciotomy

Komplikasi 1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen 2. Kontraktur volkman 3. Trauma vascular 4. Gagal ginjal akut 5. Sepsis 6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)(6)

KORELASI TINJAUAN PUSTAKA DENGAN KASUS

• • • • •

Pada kasus ny.S, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis fraktur pada 1/3 proksimal dari tulang ulna kiri, atau fraktur pada antebrachii. Fraktur pada antebrachii baik fraktur terbuka maupun fraktur tertutup, seringkali menyebabkan sindroma kompartemen pada antebrachii, dikarenakan pada antebrachii terdapat : terdapat tiga kompartemen , yaitu flexor superfisial, fleksor profundus dan ekstensor. Pada kompartemen ini dapat terjadi peningklatan tekanan yang diakibatkan oleh perdarahan atau adannya bengkak pada jaringan sekitar sehingga menekan pembuluh darah, saraf, dan system limfatik sekitar kompartemen, sehingga menemukan gejala 5p, yaitu: Pain ( nyeri) Parasthesia ( baal ) Palor ( pucat) Pulselessness ( tidak bernadi ) Paralysis ( lumpuh)

Dapat juga ditambah dengan 1 p yaitu poikilotermia, yaitu gagalnya termoregulasi, sehingga ekstremitas terasa dingin. Semua gejala pada sindroma kompartemen tersebut, didapatkan pada pasien ini. Diperlukan pengukuran tekanan intrakompartemen dengan alat pressure transduser modules yang terdapat pada mesin anastesi yang modern. Pada pasien ini tindakan pencegahan berupa fasciotomy diperlukan untuk mencegah kerusakan jaringan yang permanent pada lengan kirinnya

Kesimpulan Sindrom kompartemen (CS) adalah sebuah kondisi yang mengancam anggota tubuh dan jiwa ; yang dapat diamati ketika tekanan perfusi dibawah jaringan yang tertutup, mengalami penurunan. Secara tegas, saat sindrom kompartemen tidak teratasi maka tubuh akan mengalami nekrosis jaringan ; gangguan fungsi yang permanen dan jika semakin berat ; dapat terjadi gagal ginjal dan kematian. Walaupun fraktur pada tulang panjang merupakan penyebab tersering dari kompartemen sindrom, trauma lainnya juga dapat menjadi penyebabnya. Lokasi yang dapat mengalami sindrom kompartemen telah ditemukan di : tangan, lengan bawah, lengan atas, perut, pantat, dan seluruh ekstremitas bawah. Hampir semua cedera dapat menyebabkan sindrom ini, termasuk cedera akibat olahraga berat. Hal yang paling penting dokter didesak untuk selalu waspada ketika berhadapan dengan keluhan nyeri pada ekstremitas....


Similar Free PDFs