konsep teori prinsip belajar behavioristik kognitif konstruktifis PDF

Title konsep teori prinsip belajar behavioristik kognitif konstruktifis
Author Ardi Tjahjadirja
Pages 23
File Size 199.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 377
Total Views 480

Summary

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM TAHUN 2015/201 NAMA : ARDI CAHYADIREJA BIDANG : PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN A. Pernyataan Konsep dan Prinsip dari Teori belajar : Behavioris, kognitif, konstruktivis. B. Pertanyaan 1. Makna belajar menurut para Ahli dari aliran-aliran tersebut, kemudian analisis ...


Description

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM TAHUN 2015/201 NAMA BIDANG

: ARDI CAHYADIREJA : PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

A. Pernyataan Konsep dan Prinsip dari Teori belajar : Behavioris, kognitif, konstruktivis. B. Pertanyaan 1. Makna belajar menurut para Ahli dari aliran-aliran tersebut, kemudian analisis perbedaan fokus dan indikator dari definisi tersebut. Jawab : Tabel perbedaan fokus dan indikator Aspek TOKOH

Dasar Pemikiran Konsep

Behavioristik Pavlov (1849-1936), Watson (1878-1958), Thorndike (18741949), Skinner (1904-1990) Perubahan tingkah laku Dalam teori ini seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Kognitif Jean Piaget, Vygotski

Lev

Proses berpikir dibalik tingkah laku Menurut teori kognitif belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diikut. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Konstruktivis Schuman (1996), Merril (1991), Smorsganbord (1997), Gagne, Bloom, Clark. Pengetahuan dibangun secara aktif Teori ini menekankan pada pembangunan pengetahuan dalam pikiran siswa sendiri. Menurut teori ini belajar adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong.

Kekuatan

Siswa difokuskan pada tujuan yang jelas sehingga dapat menanggapi secara otomatis.

Penerapan teori kognitif bertujuan untuk melatih siswa agar mampu mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten.

Siswa diajak untuk memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalaman yang berbeda, supaya mereka lebih mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata.

2. Identifikasi konsep, prinsip dan prosedur dari masing-masing aliran Jawab : BEHAVIORISTIK a) Konsep Teori Belajar behavioristik Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimulus yang bervariasi. b) Prinsip teori belajar behavioristik  Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak  Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.  Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.  Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.

 

Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi. Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

c) Prosedur teori belajar behavioristik  Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran  Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa  Menentukan materi pembelajaran  Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dsb  Menyajikan materi pembelajaran  Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau kuis, latihan atau tugas-tugas  Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa  Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman  Memberikan stimulus baru  Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman  Evaluasi belajar

KOGNITIF a) Konsep teori belajar kognitif Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas” Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental.

b) Prinsip teori belajar kognitif  Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran  Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.  Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu. c) Prosedur Teori Belajar Kognitif pembelajaran kognitif menurut Bruner : 1) Menentukan tujuan pembelajaran. 2) Melakukan identifikasi karakteristtik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). 3) Memilih materi pelajaran. 4) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi). 5) Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik. 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

KONSTRUKTIVIS

a) Konsep dasar teori belajar konstruktivis Pandangan konstruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha memberi makna oleh siswa terhadap pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju kepada pembentukan struktur kognitifnya. Proses belajar sebagai usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui proes asimilasi dan akomdasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju kepada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konsytruktivistik yang

mengakui

dan

menghargai

dorongan

diri

manusia/siswa

untuk

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, kegaiata pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.

Konstruktivisme merupakan teori belajar dari piaget. Konstruktivisme juga bagian dari teori kognitif (Muchith, 2008:71). Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20 (Sanjaya,2009:123). Konstruktivisme adalah sebuah gerakan besar yang memiliki posisi filosofis sebesar strategi pendidikan. Konstruktivisme sangat berpengaruh di bidang pendidikan, dan memunculkan metode dan strategi mengajar baru (Muijs dan Reynolds, 2008:95). b) Prinsip teori belajar konstruktivis Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. 4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar. 5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7) Mencari dan menilai pendapat siswa. 8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

c) Prosedur teori belajar konstruktivis 1. Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik, memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran; 2. Elicitasi, merupakan fase membantu peserta didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka. 3. Restruksi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain. 4. Aplikasi ide, dalam fase ini, idea tau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi; 5. Reviu, dalam fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap

3. Pemanfaatan Aliran – Aliran Teori Belajar Tersebut Dalam Penyelenggaran Pembelajaran. Jawab : A. Behavioristik  Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. B. Kognitif 

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar

yang

berkaitan

dengan

penataan

informasi,

reorganisasi persepsual, dan prosese intelektual. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristic. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih bermakana bagi siswa. C. Konstruktivis  Konstruktivisme didefinisikan sebagai pengajaran yang menekankan peran aktif pembelajar dalam membangun pemahaman dan membuat makna terhadap informasi (Woolfolk, 2003),; para pembelajar konsrtruksi ilmu pengetahuan saat mereka berusaha untuk memberikan makna terhadap lingkungan mereka (McCown, driscoll & Roop, 1995);dan pembelajaran yang terjadi ketika para pembelajar secara aktif terlibat di dalam situasi yang secara kolaboratif meliputi merumuskan masalah, menjelaskan penomena, mengemukakan isu-isu yang kompleks, atau memecahkan masalah (Gagnon & Colley, 2001). Dengan demikian, Donald mengemukana bahwa “Constructivism is a way of teaching and learning that intends to maximize student understanding”. Maksudnya, kontruktivisme adalah suatu cara dalam pengajaran

dan

pembelajaran

yang

tujuannya

adalah

untuk

memaksimalkan pemahaman siswa. Maksudnya adalah : a) pembelajaran aktif (ketika siswa secara langsung terlibat dalam menemukan sesuatu untuk mereka sendiri) adalah cocok untuk pembelajaran yang pasif (ketika siswa adalah penerima informasi yang dipresentasikan oleh guru);

b) pembelajar seharusnya terlibat dalam aktivitas yang diciptakan dan nyata, yaitu tugas-tugas yang mereka hadapi seharusnya konkret jika tida abstrak, nyata bukan simbolik; c) aktivitas belajar seharusnya menarik dan menantang; d) pembelajar seharusnya mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah miliki melalui bridging. e) pembelajar seharusnya merefleksikan atau memikirkan apa yang dipelajari; f) pembelajaran terjadi paling baik dalam komunitas pembelajar (leaners community) yaitu kelompok atau situasi social; g) jika bukan memperentasikan informasi kepada pembelajar, guru memfasilitasi penyatuannya; h) guru harus memberikan pembelajar bantuan atau scaffolding yang mungkin dibutuhkan oleh mereka untuk maju. 1. Langkah – Langkah Yang Di Tetapkan Dalam Disain Pembelajaan Jawab : 1. Terdapat beberapa pengertian mengenai desain pembelajaran, Herbert Simon dalam Wina Sanjaya (2013:65) “mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia”. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan masnusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain kita bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang di hadapi. Kita ketahui bahwa ada satu model desain pembelajaran/pelatihan yang lebih generik sifatnya yaitu model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluaation). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Sehingga dapat membantu instruktur pelatihan dalam pengelolaan pelatihan dan pembelajaran. Model ini menggunakan 5 tahap atau langkah pengembangan yakni : 1) 2) 3) 4) 5)

Analysis (analisa) Design (disain / perancangan) Development (pengembangan) Implementation (implementasi/eksekusi) Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Langkah 1: ANALISIS (ANALYSIS)

Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar , yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan. Langkah 2: DESAIN (DESIGN) Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue-print). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes , dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci. Langkah 3: PENGEMBANGAN (DEVELOPMENT) Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan. Langkah 4: IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION) Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal. Langkah 5: EVALUASI (EVALUATION) Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.

Ilustrasi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I.

Pendahuluan Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, M...


Similar Free PDFs