KTI RETENSIO PLASENTA PDF

Title KTI RETENSIO PLASENTA
Author Anggap Dancok
Pages 55
File Size 379.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 4
Total Views 57

Summary

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Tujuan .....................................


Description

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................... A. Latar Belakang.......................................................................... B. Tujuan ....................................................................................... 1. Tujuan Umum ..................................................................... 2. Tujuan Khusus .................................................................... C. Manfaat Penulisan Laporan ......................................................

1 1 4 4 4 5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ............................................................... A. Definisi ..................................................................................... B. Etiologi ..................................................................................... C. Patofisiologi .............................................................................. D. Manifestasi Klinis ..................................................................... E. Komplikasi ............................................................................... F. Penatalaksanaan Medis ............................................................. G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ H. Asuhan Keperawatan Kasus .....................................................

6 6 6 7 7 8 10 11 11

BAB III

TINJAUAN KASUS ..................................................................... A. Pengkajian ................................................................................ B. Genogram ................................................................................. C. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ D. Analisa Data ............................................................................. E. Diagnosa Keperawatan ............................................................. F. Rencana Keperawatan .............................................................. G. Catatan Keperawatan ................................................................ H. Evaluasi ....................................................................................

31 31 32 35 36 37 38 41 46

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ A. Pengkajian ................................................................................ B. Diagnosa Keperawatan ............................................................. C. Rencana Keperawatan .............................................................. D. Implementasi Keperawatan ...................................................... E. Evaluasi Keperawatan ..............................................................

47 47 48 50 51 51

BAB V

52 52 53

PENUTUP ..................................................................................... A. Kesimpulan ............................................................................... B. Penutup .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan masyarakat, sehingga menjadi salah satu target yang telah ditentukan yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tujuan ke-5, meningkatkan kesehatan ibu dengan mengurangi. Berdasarkan kesepakatan MDGs pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000.Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian perinatal (AKP) yang masih tinggi telah lama mengundang perhatian pemerintah. Menurut hasil berbagai survei, AKI di Indonesia tahun 2014 berkisar antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015, Making Pregnancy Safer mempunyai visi dan misi untuk mencapai Indonesia sehat 2015. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan

aman

dan

bayi

dilahirkan

hidup

sehat.

Sedangkan

misi Making Pregnancy Safer menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011)

1

2

Angka kematian ibu di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatra berjumlah 490/100.000 yang disebabkan oleh perdarahan 30%, eklampsia 25%, dan infeksi 12%. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. (Prawirohardjo, 2005). Retensio

plasenta

dapat

menyebabkan

perdarahan,

perdarahan

merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 cc selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan bertanggung jawab atas 28% kematian ibu, salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas yang terjadi karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan

khususnya

dalam

pertolongan

persalinan,

peningkatan

manajemen Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetric

Neonatal

Emergensi

Komprehensif,

ketersediaan

dan

keterjangkauan fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target MDG’s.

3

Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu 30 menit tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual.

Kasus Post Partum Spontan dengan Berbagai Kasus Penyerta Periode Januari – Juni 2014 RS TK. II Kesdam IM Banda Aceh

NO. Kasus Penyerta

Jumlah

Persentase

1.

Partus Atrem

92

35,1%

2.

PEB

63

24%

3.

Retensio Plasenta

58

22,1%

4.

KPSW

27

10,3%

5.

IUFD

9

3,43%

6.

Prematur

8

3,1%

7.

Perdarahan

5

2%

Jumlah

262

100%

Sumber : Pelaporan RS TK. II Kesdam IM Banda Aceh. Dari data di atas didapatkan keterangan bahwa jumlah pasien partus spontan dengan retensio plasenta selama bulan Januari sampai Juni 2014 di RS TK. II Kesdam IM Banda Aceh bawah adalah sebanyak 58 kasus. Persalinan spontan dengan retensio plasenta merupakan salah satu masalah dalam persalinan yang dapat menimbulkan komplikasi terjadi perdarahan, infeksi, dapat terjadi plasenta inkarserata, terjadi polip plasenta, syok haemoragik. Sehingga apabila 30 menit plasenta belum lahir tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta. (Prawirohardjo, 2005). Adapun kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan setelah melakukan tindakan manual palsenta yaitu perforasi uterus, terjadi infeksi akibat terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim dan terjadi perdarahan karena atonia uteri. (Manuaba, 2007).

4

Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka penulis merasa tertarik untuk

membuat

KEPERAWATAN

karya PADA

tulis NY.

ilmiah

yang

berjudul

E

DENGAN

POST

“ASUHAN MANUAL

PLASENTA ATAS INDIKASI RETENSIO PLASENTA DI RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT TK. II KESDAM IM BANDA ACEH’.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mendapatkan pengalaman nyata dan konkrit

tentang asuhan

keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa Retensio Plasenta diruangan Bersalin Rumah Sakit Tingkat II Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio Plasenta penulis dapat: a. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada pasien dengan Retensio Plasenta. b. Mampu menganalisa masalah- masalah yang muncul pada pasien dengan Retensio Plasenta. c. Mampu merumuskan diagnosa dan memprioritaskan masalah pada pasien dengan Retensio Plasenta. d. Mampu membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio Plasenta e. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio Plasenta. f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien dengan Retensio Plasenta. g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien Retensio Plasenta.

5

C. Manfaat Penulisan Laporan 1. Bagi Mahasiswa a. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio Plasenta. b. Menambah ketrampilan atau kemampuan mahasiswa dalam menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio Plasenta. 2. Bagi institusi a. Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Retensio Plasenta. 3. Bagi lahan praktik Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam melakuakan

tindakan

asuahan

meningkatkan mutu pelayanan dengan Retensio Plasenta

keperawatan

dalam

rangaka

yang baik khususnya pada pasien

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2009) Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. (Manuaba, 2006 ) Istilah

retensio

plasenta

dipergunakan

jika

plasenta

belum

lahirsetengah jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008) Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.

B. Etiologi Penyebab retensio plasenta adalah : 1. Fungsional: a. His kurang kuat (penyebab terpenting) b. Plasenta sukar terlepas karena : Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang sangat kecil. (Sastrawinata, 2005) 2. Patologi – anatomi: a. Plasenta akreta b.

Plasenta inkreta

c. Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005)

6

7

C. Patofisiologi Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi

yang

normal

dan

menyebabkan

banyak

darah

hilang

(Prawirohardjo, 2009).

D. Manifestasi Klinis Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi yang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. (Prawirohardjo, 2009)

1. Fisiologi Plasenta Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari

8

kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin. (Prawirohardjo, 2009)

2. Fisiologi Pelepasan Plasenta Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium sehinga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berintraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorong keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. (WHO, 2001)

3. Predisposisi Retensio Plasenta Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu : a. Grandemultipara. b.

Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas.

c.

Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.

d.

Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.

e. Bekas operasi pada uterus. (Manuaba, 2007)

E. Komplikasi Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya : 1. Perdarahan Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit

9

perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup. 2. Infeksi Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan pertumbuhan bakteri. 3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan kontraksi pada ostium baik. 4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus. 5. Syok haemoragik. (Prawirohardjo, 2005) 6. Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial : a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil. b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat. c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg/rektal. d. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan harus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan. e. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan. f. Berikan

antibiotika

profilaksis

(ampisilin

2 gr IV/oral

+

metronidazoll gr supositoria/oral). g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik. (Prawirohardjo, 2009)

10

F. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2009 di antaranya : 1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. 2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi. 3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. 4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. 5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. 6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. 7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

11

G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang retensio plasenta menurut Manuaba, 2007 di antaranya : 1. Hitung darah lengkap : Untuk menentukan tingkat hemoglobin ddan trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada tanda yang di sertai dengan infeksi, laukosit biasanya meningkat. 2. Menentukan

adanya

gangguan

koagulasi

dengan

menghitung

protombin time( PT ) dan Activated Partial Trombositin Time ( APPT ) atau yang sederhana dengan Colotting Time ( CT ) Ini di perlukan untuk menyingkirkan perdarahan oleh factor lain.

H. Asuhan Keperawatan Kasus Proses keperawatan adalah suatu metoda yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masala...


Similar Free PDFs