LAPORAN KASUS BSK PDF

Title LAPORAN KASUS BSK
Author Hardi Lubis
Pages 32
File Size 2.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 383
Total Views 660

Summary

Laporan Kasus UROLITHIASIS Pembimbing: dr. Ginanda Putra Siregar, Sp.U PENYUSUN: Yusuf Hardi Lubis (140100034) Hafiz Ramadhan (140100060) Christine Pamphila (140100165) Mery Natalia Hutapea (140100026) Stephannie Tandy (140100125) Tia Sarah Aretha S (140100059) Pragaathy Rajasekaran (130100357) Kuga...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN KASUS BSK hardi lubis

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan t ut orial skenario C blok 18 2013 Ret no T harra LAPORAN KASUS RET ENSIO URIN Bimo Mukt i PRESENTASI KASUS BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA khalida han

Laporan Kasus UROLITHIASIS Pembimbing: dr. Ginanda Putra Siregar, Sp.U

PENYUSUN: Yusuf Hardi Lubis

(140100034)

Hafiz Ramadhan

(140100060)

Christine Pamphila

(140100165)

Mery Natalia Hutapea

(140100026)

Stephannie Tandy

(140100125)

Tia Sarah Aretha S

(140100059)

Pragaathy Rajasekaran

(130100357)

Kuganeswari A/P Lingeswaran

(130100369)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya

penulis

dapat

menyelesaikan

makalah

ini

yang

berjudul

“Vesikolitiasis”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Ginanda Putra Siregar, Sp. U selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Medan, 20 Maret 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................

i

DAFTAR ISI...........................................................................................

ii

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................

1

1.1. Latar Belakang .....................................................................

1

1.2. Tujuan .................................................................................

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................

2

2.1. Definisi .............................................................................................

3

2.2 Epidemiologi .....................................................................................

3

2.2. Etiologi .............................................................................................

4

2.3. Patofisiologi .....................................................................................

4

2.4. Gambaran Klinis ..............................................................................

5

2.5. Diagnosis..........................................................................................

6

2.6. Tatalaksana ......................................................................................

8

2.7 Komplikasi ........................................................................................

10

2.7. Prognosis ..........................................................................................

10

BAB 3 STATUS ORANG SAKIT .......................................................

12

BAB 4 FOLLOW UP .............................................................................

20

BAB 5 DISKUSI KASUS .....................................................................

23

BAB 6 KESIMPULAN .........................................................................

26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

27

ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan batu pada sistem urinaria seperti pada ginjal, ureter, dan kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk dari kata ouron (urin) dan lithos (batu). Urolithiasis adalah salah satu penyakit yang sering terjadi pada saluran kemih dan merupakan salah satu sumber penyakit.1 Kandung kemih merupakan bagian dari sistem saluran kemih yang tersusun atas otot polos dan berfungsi dalam penampungan sementara urin yang diproduksi dari ginjal sebelum adanya rangsangan untuk berkemih.1 Kandung kemih dewasa memilki kapasitas untuk menampung urin sekitar 400-500 ml.2 Dalam mengontrol refleks berkemihnya, otot kandung kemih memilki serat saraf parasimpatis. Stimulasi yang ditimbulkan akan merangsang serat saraf parasimpatis ini, kemudian menyebabkan otot kandung kemih berkontraksi dan secara mekanis sfingter interna akan terbuka. Saat itu pula, sinyal inhibitorik pada sfingter eksterna dikirim dan sfingter menjadi relaksasi.1 Batu saluran kemih merupakan penyakit yang sudah umum di masyarakat, dengan jumlah kasus 750.000/tahun di Jerman.3 Di Indonesia, batu saluran kemih memegang andil yang besar dari total pasien di bidang urologi, walaupun angka kejadian pasti di Indonesia belum bisa ditentukan.4 Batu kandung kemih merupakan bagian dari batu saluran kemih. Batu yang terbentuk merupakan hasil dari pengendapan urin yang tertampung di dalam organ kandung kemih.5 Seperti yang diketahui bahwa saluran kemih terbagi atas dua yaitu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra).6 Kewaspadaan akan faktor-faktor yang memicu terbentuknya batu saluran kemih masih dihiraukan. Frekuensi kasus batu kandung kemih mengalami peningkatan setelah umur 50 tahun ke atas.7 Batu kandung kemih sudah menjadi penyakit umum batu saluran kemih bagian bawah yang saat ini mencapai 5% dari jumlah kasus batu saluran kemih.7 Kejadian 1

batu kandung kemih pada daerah non-endemik, sering terjadi pada orang dewasa terkait dengan penyakit penyerta yang mengakibatkan stasis urin. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai batu kandung kemih sehingga dokter muda dapat mengenali penyakit ini dan menangani sesuai dengan kompetensinya.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Batu kandung kemih merupakan jenis batu yang keberadaanya di saluran kemih bagian bawah. Seperti yang diketahui bahwa saluran kemih terbagi atas dua yaitu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra).6 Terbentuknya batu saluran kemih pada bagian atas tidak akan selalu menjadi penyebab terbentukanya batu saluran kemih pada bagian bawah. Karena penyebab yang paling berpengaruh terhadap terbentuknya batu kandung kemih berhubungan dengan terjadinya stasis kemih di kandung kemih itu sendiri. Penyebab lain adalah adanya kelainan anatomi kandung kemih, striktur, infeksi, atau adanya benda asing pada kandung kemih. Permasalahan yang terjadi pada perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Pada laki-laki, permasalahan pembesaran prostat sangat erat kaitannya dengan obstruksi kandung kemih yang bisa berujung pada retensi dan stasis urin yang mampu membuat terbentuknya batu. Sedangkan pada perempuan, disfungsi dan obstruksi kandung kemih dapat terjadi, tetapi jarang kaitannya dengan pembentukan batu Kemungkinan terkait dengan progresiftivitas obstruksinya.5 2.2 Epidemiologi Pada data yang telah dilaporkan, menurut European Association of Urology (EAU) sepanjang hidup manusia memilki tingkat resiko tebentuk batu saluran kemih sekitar 5 -10% dengan laki-laki yang lebih sering dibandingkan perempuan 3:1 serta puncak insidensi di dekade keempat dan kelima. Diduga karena kadar kalsium sebagai bahan pembentuk utama batu saluran kemih pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki dan juga kadar sitrat pada air kemih sebagai inhibitor

3

terjadinya pembentukan batu lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.8 2.3 Etiologi Terbentuknya batu kandung kemih atau vesikolitiasis sama dengan teori batu saluran kemih pada umumnya yang melibatkan banyak penyebab. Sedangkan teori yang menjelaskan proses pembentukannya juga masih belum pasti. Teori yang paling diyakini adalah terjadinya supersaturasi air kemih. Proses saturasi ini tergantung pada pH urin, jumlah ion yang terkandung, konsentrasi zat pelarut-terlarut.7 Etiologi batu saluran kemih masih belum pasti. Ada kecenderungan laki-laki memiliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pola hidup yang tidak baik juga mendukung hal ini terjadi. Kebiasaan kurang minum dapat meningkatkan saturasi air kemih. Angka kejadian juga tinggi pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih.7 Geografi yang tidak baik seperti suhu lingkungan yang panas maupun kering mempengaruhi konsentrasi cairan dalam tubuh dan juga meningkatkan risiko dehidrasi. Hal ini juga mempengaruhi konsentrasi urin termasuk kejenuhannya. Karena itu dapat meningkatkan saturasi urin. Selain dikarenakan teori supersaturasi ini, hal yang diduga kuat dalam terjadinya pembentukan batu adalah tidak adanya inhibitor terhadap batu ini. Bisa dikarenakan asupan yang kurang seperti makanan yang mengandung sitrat, dikarenakan sitrat adalah inhibitor paling kuat.2

2.4 Patofisiologi Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar. Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis. Kristal akan bertahan di mukosa. Setelah ada aliran urin yang akan mendorong kristal ke saluran kemih, maka kristal ini akan menyumbat saluran tersebut. Namun semua tergantung pada besarnya ukuran kristal. Bila ukurannya telah sama dengan diameter lumen maka akan terbentuk obstruksi saluran kemih.8

4

Fenomena kedua, yang kemungkinan besar berperan dalam pembentukan kalkuli kalsium oksalat, adalah adanya pengendapan bahan kalkuli matriks kalsium di papilla renalis, yang biasanya merupakan plakat Randall (yang selalu terdiri dari kalsium fosfat). Kalsium fosfat mengendap di membran dasar dari Loop of Henle yang tipis, mengikis ke interstitium, dan kemudian terakumulasi di ruang subepitel papilla renalis. Deposit subepitel, yang telah lama dikenal sebagai plak Randall, akhirnya terkikis melalui urothelium papiler. Matriks batu, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap diendapkan pada substrat untuk membentuk kalkulus pada traktus urinarius.9 Pada orang dewasa, lebih dari 50% kasus jenis batu adalah batu asam urat. Sedangkan pada batu ginjal adalah batu kalsium oksalat. Selain itu juga ditemukan batu jenis kalsium oksalat, kalsium fosfat, amonium urat, sistein, atau magnesium ammonium fosfat (berhubungan dengan infeksi). Tidak jarang penderita batu kandung kemih berjenis asam urat tidak didahului oleh riwayat hiperurisemia. Sedangkan pada anak-anak, batu yang terbentuk terutama adalah asam urat amonium, kalsium oksalat, atau campuran murni asam urat dan amonium kalsium oksalat dengan kalsium fosfat.10 2.6 Gejala Klinis Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung.11 Terdapat juga gejala seperti sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing). Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita). Terdapat juga hematuri pada akhir kencing atau disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun VU belum penuh), aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.11

5

Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.11 Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut adalah: a.

Hematuri.

b. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih. c.

Demam.

d. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal. e.

Mual.

f.

Muntah.

g. Nyeri abdomen. h. Disuria. i.

Menggigil. 2.7 DIAGNOSIS a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pasien dengan batu vesika kadang asimptomatik, tetapi gejala khas batu buli adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti dan menetes dengan disertai rasa sakit yang menjalar ke ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki, kemudian urine dapat keluar lagi pada perubahan posisi; perasaan tidak enak sewaktu berkemih; gross hematuri terminal. Rasa sakit diperberat saat sedang beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu memasuki leher vesika. Jika terjadi infeksi ditemukan tanda cyistitis, kadang-kadang terjadi hematuria. Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada inspeksi, adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya

6

urin yang banyak (bulging), hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual.12,13 a. Pemeriksaan Penunjang • BNO Melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Urutan radio-opasitas beberapa jenis batu saluran kemih.14,15



Jenis Batu

Radioopasitas

Kalsium

Opak

MAP

Semiopak

Urat/Sistin

Non opak

IVP Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak terlihat di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi divertikel, indentasi prostat.15,16



USG Menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (echoic shadow), hidronefrosis, pembesaran prostat.17

b. Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin, kimia darah, urinalisa dan kultur urin. Pemeriksaan ini sering dilakukan karena cenderung tidak mahal dan hasilnya dapat memberikan gambaran jenis batu dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat, leukosit esterase, dan darah. Batu vesika sering menyebabkan disuria dan nyeri hebat oleh karena itu banyak pasien yang sering mengurangi konsumsi air sehingga urin akan pekat. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan leukosit, dan adanya kristal yang menyusun batu vesika. Pemeriksaan kultur juga berguna untuk memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.

7

2.8 Penatalaksanaan Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endurologi, bedah laparaskopi, atau pembedahan terbuka.18 1. Medikamentosa Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. 2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ESWL adalah alat pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. 3. Endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidrolik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah: a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian

8

dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pemecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. c. Utereroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukkan alat ureteroskopi guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini. 4. Bedah Laparaskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter. 5. Bedah Terbuka Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.

9

2.9 Komplikasi18 1. Hidronefrosis Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan aliran balik ureter dan urine keginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara urin terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan besar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal. 2. Uremia Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urin.

3. Pyelonefritis

Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai menggigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra. Komplikasi lainnya seperti gagal ginjal akut sampai kronik, obstruksi pada kandung kemih, perforasi pada kandung kemih, hematuria atau kencing nanah dan nyeri pinggang kronik. 2.10 Prognosis18 Secara umum, prognosis pasien dengan vesikolithiasis adalah baik. Namun, mortalitas dan morbiditas yang signifikan kadang-kad...


Similar Free PDFs