Laporan Kasus Luka Bakar Derajat I - II - Presentasi Kasus PDF

Title Laporan Kasus Luka Bakar Derajat I - II - Presentasi Kasus
Course Medicine (Kedokteran)
Institution Universitas Padjadjaran
Pages 17
File Size 507.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 568
Total Views 642

Summary

Laporan Kasus Bedah I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Tri Wartini Jenis Kelamin : Perempuan TTL/Usia : Jakarta, 8 Januari 1968 (50 tahun) Alamat : Jln. Kampung Kedondong RT / RW Agama : Islam Nomor Rekam Medis : 0585** Tanggal Pemeriksaan : 16 September 2018 II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) a. Keluhan Uta...


Description

Laporan Kasus Bedah I.

IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. Tri Wartini

Jenis Kelamin

: Perempuan

TTL/Usia

: Jakarta, 8 Januari 1968 (50 tahun)

Alamat

: Jln. Kampung Kedondong RT.9 / RW.6

Agama

: Islam

Nomor Rekam Medis : 0585** Tanggal Pemeriksaan : 16 September 2018 II.

ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) a. Keluhan Utama Paha kanan dan kiri tersiram air mendidih kurang lebih 1 jam yang lalu. b. Riwayat Penyakit Sekarang Paha kanan dan kiri pasien tersiram air mendidih saat masak kurang lebih 1 jam

SMRS. Pasien masih dapat merasakan nyeri pada paha kiri dan kanan. Pasien masih mampu berjalan. Setelah tersiram air mendidih, pasien membersihkan luka bakar dengan menggunakan NaCl 0.9% yang diberikan oleh keluarga pasien. c. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada III.

PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum 

Tampak sakit sedang



Kesadaran

: Compos mentis



GCS

: E4 V5 M6 (15)

b. Tanda Vital 

Tekanan darah : 120/80 mmHg



Nadi

: 110 x/m, reguler



Respirasi

: 22 x/m



Saturasi

: 99% tanpa oksigen



Suhu

: 37.8o C

c. Status Interna 

Kepala

: Dalam batas normal



Mata

: CA -/-, SI -/-, pupil isokor



Telinga: Bentuk normal, tidak ada cairan / sekret dari telinga



Mulut

: Tonsil (T1-T1), hiperemis (-), oral thrush (-)



Leher

: Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening



Toraks o Inspeksi 

Pergerakan dinding dada dalam keadaan statis



Ukuran hemithoraks kanan dan kiri simetris dengan perbandingan anterposterior dengan lateral 2:1



Iktus kordis terlihat di sela iga V, linea midclavicularis sinistra

o Palpasi 

Fremitus taktil dan fremitus vokal simetris hemitorak kanan dan kiri.



Teraba pulsasi iktus kordis

di sela iga V, linea midclavicularis

sinistra 

Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas thoraks. Tidak teraba krepitasi pada costae

o Perkusi



Sonor pada hemitoraks kanan-kiri depan-belakang.



Batas paru hati di ICS VI linea midklavikula dekstra



Batas pinggang jantung di ICS III linea parasternalis sinistra



Batas kiri jantung di ICS VI linea midklavikularis sinistra



Batas kanan jantung di Sela iga V linea parasternalis dekstra

o Auskultasi





VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, Wheezing -/-



Bunyi jantung S1dan S2 murni, reguler

Abdomen o Inspeksi 

Datar, tidak ditemukan luka / benjolan

o Palpasi 

Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-) 

Hati tidak teraba membesar



Limpa tidak teraba membesar



Ginjal tidak teraba membesar

o Perkusi 

Timpani di keempat kuadran, undulasi (-), shifting dullness (-)

o Auskultasi 

Bising usus (+), normal

d. Foto Klinis

IV.

RESUME Paha kanan dan kiri pasien tersiram air mendidih saat masak kurang lebih 1 jam

SMRS. Pasien masih dapat merasakan nyeri pada paha kiri dan kanan. Pasien masih mampu berjalan. Setelah tersiram air mendidih, pasien membersihkan luka bakar dengan menggunakan NaCl 0.9% yang diberikan oleh keluarga pasien. Luka bakar ditemukan pada 8% dari seluruh permukaan tubuh dan merupakan luka bakar derajat I – II oleh karena adanya blister pada daerah yang terkena luka bakar dan terdapat beberapa bagian yang hanya memiliki eritema. Pasien tidak memiliki keluhan mati rasa atau baal pada daerah yang terkena luka bakar. V.

DAFTAR MASALAH Luka bakar derajat 1 – II TBSA 8%

VI.

DIAGNOSIS KERJA Luka bakar derajat 1 – II TBSA 8%

VII.

PENATALAKSANAAN Kompres basah pada bagian yang terkena luka bakar IVFD loading RL 500 cc, dilanjutkan dengan drip RL 1000 cc / 8 jam

Asam mefenamat 3 x 500 mg Sulfadiazine silver salep digunakan 3 kali sehari VIII.

PROGNOSIS



Quo ad vitam

: Ad bonam



Quo ad sanationam

: Ad bonam



Quo ad functionam

: Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA I.

Definisi Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan

benda-benda yang menghasilkan panas seperti, api secara langsung (flame) maupun tidak langsung (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas, sengatan matahari (sunburn), listrik, maupun bahan kimia, dan lain-lain..1 II.

Epidemiologi dan Etiologi Lebih dari 500,000 luka bakar terjadi per tahunnya di Amerika Serikat.

Walaupun sebagian besar dari luka bakar tersebut berupa luka bakar ringan, sekitar 40,000 – 60,000 pasien memerlukan rawat inap atau ke pusat luka bakar untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.1 Penyebab dari luka bakar terdiri dari panas atau dingin (thermal), listrik, dan bahan kimia. 2 III.

Klasifikasi Klasifikasi derajat luka bakar ditentukan dari kedalaman luka bakar. Derajat luka

bakar terjadi menjadi derajat I, superfisial derajat II, dalam derajat II, derajat III, dan derajat IV. Luka bakar derajat I merupakan luka bakar yang merusak jaringan epidermis saja.

Gambar 2. 1. Perhitungan luas permukaan tubuh dalam luka bakar1

Gambar 2. 2. Kedalaman luka bakar1 IV.

Patogenesis Secara lokal, luka bakar menyebabkan nekrosis koagulatif pada epidermis dan

jaringan sekitarnya. Kedalaman luka bakar ditentukan dari temperatur dari agen yang menyebabkan luka bakar, jenis penyebab luka bakar, dan durasi paparan penyebab luka bakar. Luka bakar dibagi menjadi 5 kategori penyebab, yaitu luka bakar yang disebabkan oleh api (fire), cairan panas (scald), kontak dengan objek panas atau dingin, paparan kimia, dan konduksi listrik. Kerusakan selular dengan transfer energi disebabkan oleh fire, scald, dan kontak dengan objek panas atau dingin. Transfer energi tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis koagulatif. Luka bakar oleh paparan bahan kimia dan listrik menyebabkan kerusakan langsung pada susunan membran sel yang juga disertai dengan transfer panas, yang akibatnya akan menyebabkan nekrosis koagulatif atau colliquation.1, 3 Kulit merupakan salah satu organ terbesar pada tubuh manusia yang salah satu fungsinya adalah melindungi dari transfer energi dari luar ke jaringan yang lebih dalam.

Transfer energi yang berlebihan akan pertama kali merusak jaringan kulit, sehingga jaringan yang terletak lebih dalam dari kulit akan terlindungi dari efek transfer energi tersebut. Setelah kerusakan pada kulit terjadi, respons lokal terhadap kerusakan tersebut akan menyebabkan jejas pada jaringan-jaringan yang lebih dalam dari kulit.3 Zona luka bakar pada kulit dibagi menjadi 3 jenis, yaitu zona koagulasi, zona stasis, dan zona hiperemia. Zona koagulasi merupakan sebuah zona yang terdiri dari selsel kulit yang mengelami nekrosis akibat dari luka bakar. Jaringan kulit pada zona tersebut telah mengalami kerusakan yang ireversibel. Di sekitar zona koagulasi, terdapat jaringan kulit yang mengalami kerusakan derajat sedang, di mana zona tersebut dinamakan zona stasis. Zona tersebut memiliki kerusakan jaringan kulit yang menyebabkan kerusakan dan kebocoran pembuluh darah. Pada zona stasis, konsentrasi tinggi tromboxane A2 dapat ditemukan, di mana mediator tersebut berperan sebagai vasokonstriktor kuat. Mediator tersebut berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke zona stasis dan mengecilkan luas dari zona stasis. Selain itu, neutrofil, antioksidan, antagonis bradikinin, dan tekanan pada luka dapat mempengaruhi respons inflamasi yang terkait dengan zona stasis. Pada zona stasis, penanganan ditujukan untuk mengontrol respons inflamasi pada zona stasis supaya dapat menyelamatkan jaringanjaringan yang tersisa pada zona stasis. Area terluar dari zona luka bakar adalah zona hiperemia, di mana ditemukan vasodilasi yang disebabkan oleh inflamasi dari jaringan sekitar luka bakar. Zona tersebut terdiri dari jaringan-jaringan yang viabel, di mana proses penyembuhan dapat dimulai dan umumnya tidak memiliki risiko tinggi untuk mengalami nekrosis.1

Gambar 2. 3. Zona luka bakar pada kulit

V.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan luka bakar disesuaikan dengan derajat dari luka bakar. Pasien

luka bakar superfisial (derajat I) tidak akan mengalami gangguan fungsi pelindung kulit (misalnya pada pasien-pasien yang mengalami sunburn). Pada kondisi tersebut, pasien umumnya tidak memerlukan penanganan khusus dan kondisi tersebut akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang lebih 1 minggu.4 Seluruh luka bakar yang lebih dari derajat I akan memerlukan terapi resusitasi cairan supaya dapat mencegah terjadinya dehidrasi pada pasien. Penatalaksanaan nutrisi tinggi protein juga diperlukan untuk kompensasi keadaan hipermetabolik pada pasien luka bakar.5 Pada luka bakar derajat II superfisial, kerusakan yang terjadi mencapai bagian dermis, walaupun hanya sebagian. Kerusakan epidermis dan sepertiga dermis atas akan menyebabkan perfusi pada pembuluh-pembuluh darah kecil pada dermis sehingga dapat menyebabkan kebocoran plasma yang signifikan pada pasien. Pada derajat II superfisial, luka bakar dapat menyebabkan terpaparnya persarafan pada kulit yang dapat mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada

kondisi tersebut adalah dengan melakukan pembersihan terhadap jaringan kulit yang sudah mati pada daerah yang terkena luka bakar. Pada bagian kulit yang mengalami blister besar, bagian kulit tersebut dipecahkan supaya tidak meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bagian tersebut. Pemberian salep antibiotik, seperti dengan sulfadiazin silver, diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bagian yang terkena luka bakar.6 Wound dressing diberikan untuk menutup luka. Pembersihan luka dilakukan setiap hari dengan solusi klorheksidin untuk menghilangkan krusta serta eksudat pada luka bakar.4 Pasien dengan luka bakar derajat III memerlukan penatalaksanaan yang lebih intensif. Pasien dengan luka bakar mungkin memerlukan ruangan rawat inap untuk tetap dilakukan pemantauan ketat. Semua pasien luka bakar yang lebih dari >20% luas tubuh memerlukan rawat inap, sedangkan pada luka bakar derajat III, diperlukan rawat inap pada 5 – 10% luas permukaan tubuh yang terlibat.5

ANALISIS KASUS Diagnosis luka bakar pada kasus ini ditetapkan setelah menanyakan riwayat kejadian serta pemeriksaan fisik dari pasien. Pasien sebelumnya sedang memasak dan tersiram cairan panas pada paha kanan dan kiri sehingga menyebabkan munculnya blister kurang lebih beberapa jam yang lalu. Diagnosis derajat kedalaman luka bakar ditentukan dari tampak luka bakar pada paha kanan dan kiri serta luas permukaan kulit yang terlibat ditentukan dengan menggunakan rule of nine. Dari foto klinis di atas, ditentukan diagnosis berupa luka bakar derajat I – II TBSA 8%. Penanganan utama telah dilakukan oleh pasien pada saat itu dengan cara membersihkan luka dengan cairan NaCl 0.9% yang dipinjamkan oleh tetangga. Setelah itu, pasien datang ke IGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penatalaksanaan utama yang diberikan pada pasien adalah penggantian cairan tubuh, obat pereda nyeri, serta pemberian salep antibiotik pada bagian kulit yang mengalami luka bakar. Pemberian cairan disesuaikan dengan berat badan pasien serta luas luka bakar yang diderita oleh pasien, yaitu kurang lebih 4 mL/kgBB. Pasien ini dapat dirawat jalan oleh karena luka bakar yang cukup ringan, tidak melibatkan lebih dari 20% permukaan kulit tubuh, dan dapat ditangani sendiri dengan pemberian salep antibiotik. Pemberian obat pereda nyeri ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien selama masa penyembuhan dari kulit yang terkena luka bakar. Pasien telah diedukasi bahwa luka bakar perlu dibersihkan tiap hari dan perlu dioles salep sulfadiazine silver untuk mencegah terjadinya infeksi pada daerah yang terkena luka bakar. Prognosis dari pasien ini ditetapkan sesuai dengan tanda vital (quo ad vitam), keadaan kulit (quo ad sanationam), dan kemampuan pasien untuk beraktivitas setelah terjadi luka bakar (quo ad functionam). Pasien memiliki tanda vital yang stabil dan pada saat pemeriksaan, jalur udara pasien lancar serta mekanisme terjadinya luka bakar memiliki kemungkinan yang kecil untuk terjadinya trauma inhalasi. Prognosis fungsi kulit pada pasien ini tergolong baik oleh karena kerusakan yang terjadi pada daerah

superfisial dari kulit. Meskipun terdapat kerusakan partial thickness pada beberapa permukaan kulit, kerusakan tersebut disertai dengan adanya rasa nyeri, sehingga dapat disimpulkan bahwa luka bakar tersebut masih merupakan luka bakar derajat II yang dapat sembuh dengan perawatan luka secara rutin. Pasien juga tidak memiliki komorbiditas lainnya, seperti riwayat penyakit diabetes, yang dapat mengganggu kecepatan kesembuhan. Pada daerah yang terkena luka bakar derajat I, kulit dapat sembuh dengan baik setelah beberapa minggu, tetapi pada kulit yang terkena luka bakar derajat II, penyembuhan dapat terjadi namun memiliki kemungkinan untuk terjadinya diskolorasi setelah selesainya proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 20 ed: Elsevier; 2017. p. 1406-9. 2. Hettiaratchy S, Dziewulski P. Pathophysiology and types of burns. BMJ : British Medical Journal. 2004;328(7453):1427-9. 3. Kaddoura I, Abu-Sittah G, Ibrahim A, Karamanoukian R, Papazian N. Burn injury: review of pathophysiology and therapeutic modalities in major burns. Annals of Burns and Fire Disasters. 2017;30(2):95-102. 4. DeSanti L. Pathophysiology and Current Management of Burn Injury. Advances in Skin & Wound Care. 2005;18(6):323-32. 5. Yastı AÇ, Şenel E, Saydam M, Özok G, Çoruh A, Yorgancı K. Guideline and treatment algorithm for burn injuries. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg. 2015;21(2):7989. 6. Rashaan ZM, Krijnen P, Klamer RR, Schipper IB, Dekkers OM, Breederveld RS. Nonsilver treatment vs. silver sulfadiazine in treatment of partial-thickness burn wounds in children: a systematic review and meta-analysis. Wound repair and regeneration : official publication of the Wound Healing Society [and] the European Tissue Repair Society. 2014;22(4):473-82....


Similar Free PDFs