Title | LAPORAN METABOLISME.pdf |
---|---|
Author | I. Putri |
Pages | 10 |
File Size | 55.6 KB |
File Type | |
Total Downloads | 413 |
Total Views | 526 |
METABOLISME LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dosen pengampu: Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M.S. Dr. H. Saefudin, M.Si. oleh: Kelompok 6 Pendidikan Biologi B 2015 Dita Puspitasari (1505053) Farah Saniya (1500742) Farhah Hazimah (1506778) Febby Nisr...
METABOLISME LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dosen pengampu: Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M.S. Dr. H. Saefudin, M.Si.
oleh: Kelompok 6 Pendidikan Biologi B 2015 Dita Puspitasari
(1505053)
Farah Saniya
(1500742)
Farhah Hazimah
(1506778)
Febby Nisrina Zain
(1500296)
Ismarini Pratami Putri
(1504060)
Syauqi Muammar Aflah
(1596905)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2017
A. Judul Metabolisme
B. Waktu Pelaksanaan Hari
: Selasa, 3 Oktober 2017
Waktu
: Pukul 13.00 s.d. 15.30
Tempat
: Laboratorium Fisiologi, FPMIPA UPI
C. Tujuan 1.
Menentukan kecepatan metabolisme secara teoritis berdasarkan luas permukaan tubuh.
2.
Mengetahui konsumsi oksigen dan mengukur kecepatan metabolisme pada beberapa hewan.
D. Dasar Teori Metabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia, terjadi secara bertahap di dalam sel/organisme yang memungkinkan adanya kehidupan. Dalam prosesnya terjadi pengubahan senyawa organik baik dipecah untuk dikeluarkan energinya maupun diubah untuk disimpan atau untuk membangun struktur sel. Pada organisme tertentu (tumbuhan hijau) dapat membangun zat organik dari zat anorganik dan air yang ada di lingkungan dengan bantuan cahaya (Rudyatmi, 2016). Jalur metabolisme yang membebaskan energi dengan cara memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa sederhana dikenal dengan proses katabolisme. Jalur metabolisme yang menggunakan energi untuk membentuk/membangun senyawa organik kompleks dari senyawa sederhana atau senyawa anorganik dikenal dengan proses anabolisme. Senyawa kompleks yang dipecah maupun dibangun oleh organisme yang perannya sebagai sumber energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Di dalam tubuh proses pemecahan karbohidrat, lemak dan protein berlangsung serempak, artinya baik proses pemecahan (katabolisme) maupun pembentukan (anabolisme) menjadi senyawa lain berjalan bersama-sama. Kedua proses ini saling melengkapi dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya (Rudyatmi, 2016).
Pada manusia, karbohidrat, lemak dan protein yang terkandung dalam makanan setelah dicerna secara mekanik dan kimiawi menjadi bentuk halus dan sederhana yang dapat diserap oleh tubuh. Setelah diserap oleh sel epitel usus halus hasil pencernaan akan masuk ke dalam sistem peredaran darah, dibawa ke berbagai jaringan yang akhirnya akan diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi dalam tubuh (Rudyatmi, 2016). Sementara itu, perhitungan kebutuhan energi tubuh dapat dilakukan dengan menghitung Angka metabolisme basal (AMB). Angka metabolisme basal (AMB) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernafasan, peredearan darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mengatur suhu tubuh. Kurang lebih dua pertiga energi yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal. Angka metabolisme basal (AMB) dinyatakan dalam kilokalori perkilogram berat badan perjam. Angka ini berbeda antar orang dan mungkin pada orang yang sama bila terjadi perubahan dalam keadaan fisik dan lingkungan (Almatsier, 2014).
E. Alat dan Bahan 1.
Menghitung Kecepatan Metabolisme Tabel 1. Alat yang digunakan untuk menghitung kecepatan metabolisme. No.
Nama Alat
Jumlah
1.
Timbangan Berat Badan
1 unit
2.
Pengukur Tinggi Badan
1 unit
3.
Alat tulis
1 unit
Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk menghitung kecepatan metabolisme. No. 1.
Nama Bahan Praktikan
Jumlah 6 orang
2.
Menghitung Konsumsi Oksigen Tabel 3. Alat yang digunakan untuk menghitung konsumsi oksigen. No.
Nama Alat
Jumlah
1.
Respirometer
1 unit
2.
Timbangan Digital
1 unit
3.
Beaker glass
1 unit
4.
Hotplate
1 unit
5.
Cawan Petri
2 unit
6.
Suntikan
1 unit
Tabel 4. Bahan yang digunakan untuk menghitung konsumsi oksigen. No.
Nama Bahan
1.
Hewan (jangkrik)
2.
KOH
3.
Metilen blue
4.
Vaselin
Jumlah 1 ekor 10-20 gram 5 ml 1 sendok
F. Langkah Kerja 1.
Menghitung Kecepatan Metabolisme
Tinggi badan dan berat badan setiap praktikan diukur.
Luas permukaan tubuh setiap praktikan dikur dengan menggunakan chart Dubois.
Banyak kalori yang hilang dalam menit, jam, dan hari dihitung.
Pengukuran hasil metabolisme untuk setiap praktikan dihitung.
Banyaknya panas yang hilang dihitung sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
Bagan Alur 1. Langkah kerja untuk menghitung kecepatan metabolisme.
2.
Menghitung Konsumsi Oksigen
Kristal NaOH/KOH ke dimasukkan ke dalam tabung respirometer.
Tabung respitometer dengan prop berskala disambungkan menggunakan vaselin agak tak ada udara yang masuk.
Seberapa jauh laju tinta bergerak diukur selama 3x1 menit, percobaan tersebut diulangi dengan suhu dingin dan panas. Kemudian hasil pengamatan dicatat.
Respirometer diletakkan sejajar, tinta dimasukkan ke dalam prop berskala menggunakan jarum suntik (usahakan di angka 0).
Hewan yang akan diuji ditimbang terlebih dahulu.
Bagan Alur 2. Langkah kerja untuk menghitung konsumsi oksigen.
G. Hasil Pengamatan 1. Menghitung kecepatan metabolisme Tabel 5. Hasil pengamatan kecepatan metabolisme berdasarkan luas permukaan tubuh. Usia
Jenis Kelamin
Tinggi Badan
Berat Badan
Luas permukaan tubuh
BME
BMR
Dita
20
P
150
46
1,38
36,9
1222,13
Farah
20
P
162
62
1,64
36,9
1452,38
Farhah
19
P
152
47
1,40
37,2
1249,92
Febby
20
P
152
54
1,44
36,9
1275,26
Isma
20
P
148
48
1,40
36,9
1239,84
Syauqi
21
L
160
44
1,40
41
1377,60
Nama
2. Menghitung konsumsi oksigen Tabel 6. Hasil pengamatan konsumsi oksigen dan mengukur kecepatan metabolisme pada hewan jangkrik.
No.
Hewan
Jumlah Konsumsi Oksigen/Detik
Berat (gr)
Normal
1. Jangkrik
Poikilotermis/
Dingin
Panas
i) 0,02
i) 0,035
i) 0,035
ii) 0,015
ii) 0,015
ii) 0,036
iii) 0,013
iii) 0,003
iii) 0,02
RataRata=
RataRata=
RataRata=
0,016
0,017
0,03
, ,
, ,
Homoiotermis
Poikilotermis
0,564
=0,028
=0,030
,
,
=0,053
H. Pembahasan Dalam praktikum mengenai metabolisme, kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan kecepatan metabolisme berdasarkan luas permukaan tubuh dan pengamatan terhadap konsumsi oksigen serta kecepatan metabolisme pada beberapa hewan. 1.
Kecepatan Metabolisme Untuk mengetahui kecepatan metabolisme diantaranya bisa berdasarkan luas permukaan tubuh. Luas permukaan tubuh dapat didapat dengan cara menggunakan Chart Dubois. Untuk menentukan permukaan tubuh seseorang, perlu diketahui tinggi (dalam inci atau cm) pada skala I dan berat (dalam kilogram) pada skala II dan tarik garis lurus diantara kedua titik ini yang akan memotong skala III di area luas permukaan tubuh. Setelah luas permukaan tubuh diketahui, yang selanjutnya harus diketahui adalah nilai BME (basal metabolic energy) yaitu banyaknya panas yang hilang sesuai dengan umur dan jenis kelamin yang bisa dilihat dari tabel hubungan antara umur dan jumlah kalori yang hilang per satuan waktu. Dalam tubuh, tingkat laju kehilangan panas tubuh seimbang dengan jumlah panas yang
diproduksi dalam rangka mempertahankan temperatur tubuh normal. Umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap laju kehilangan panas tubuh. Misalkan lakilaki pada umur 21 tahun kehilangan kalori sebanyak 41,0 per jamnya, sedangkan untuk wanita pada umur 20 tahun kehilangan 36,9 kalori per jam dan wanita pada umur 19 tahun kehilangan kalori sebanyak 37,2 per jamnya. Setelah nilai luas permukaan tubuh dan BME diketahui, maka luas permukaan tubuh dikalikan dengan banyaknya panas yang hilang sesuai dengan umur dan jenis kelamin. BME = L x BME x 24 (kalori/hari) Dari hasil perhitungan tersebut akan didapatkan BMR (basal metabolic rate) atau kecepatan metabolisme sebagai berikut: Tabel 7. Hasil pengamatan kecepatan metabolisme berdasarkan luas permukaan tubuh. Nama
Usia
Jenis
Tinggi
Berat
Kelamin
Badan
Badan
Luas Permukan
BME
BMR
Tubuh
Farah
20
P
162 cm
62 kg
1,65
36,9
1461,24
Dita
20
P
150 cm
40 kg
1,3
36,9
1151,28
Febby
20
P
152 cm
54 kg
1,49
36,9
1319,54
Isma
20
P
148 cm
48 kg
1,39
36,9
1230,98
Farhah
19
P
152 cm
47 kg
1,43
37,2
1276,70
Syauqi
21
L
160 cm
44 kg
1,42
41,0
1397,28
Pada hasil pengukuran yang dilakukan, terjadi perbedaan kecepatan metabolisme pada tiap individu. Hal tersebut terjadi karena kecepatan metabolisme dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah: a. Aktivitas tubuh (misal olahraga) b. Pemasukan makanan c. Suhu tubuh d. Suhu lingkungan e. Emosi f. Tinggi badan, berat badan, luas permukaan tubuh g. Jenis kelamin h. Umur i. Masa pertumbuhan, laktasi, kehamilan j. Hormon tiroid atau epinefrin
Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor tinggi badan, berat badan, umur, jenis kelamin dan permukaan tubuh. Dalam perhitungan basal metabolic rate, tinggi dan berat badan digunakan untuk menentukan luas permukaan tubuh. Orang dengan berat badan lebih besar memiliki kecepatan metabolisme yang lebih besar atau tinggi pula karena membutuhkan energi yang besar untuk mengimbangi panas tubuh yang hilang. Semakin tua umur seseorang, maka metabolisme yang dihasilkan semakin rendah atau kecil karena fungsi jaringan tubuh juga berkurang sehingga energi yang dihasilkan pun sedikit. Selain itu, kecepatan metabolisme laki-laki lebih tinggi dibanding wanita karena produksi sekresi hormon tiroidnya pun berbeda. 2. Konsumsi Oksigen Pada percobaan yang dilakukan, jangkrik yang digunakan ditimbang terlebih dahulu dahn dihasilkan angka 0,564 g. Setelah ditimbang, jangkrik diberi NaOH untuk mengikat karbon dioksida sehingga percobaan yang dilakukan hanya mengukur laju konsumsi oksigen saja. Cara yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah dengan menggunakan respirometer yang diberi vaslin sehingga tidak ada udara yang masuk. Air yang sudah diberi pewarna methylene blue disuntikan pada respirometer sederhana dengan alat suntik agar kecepatan konsumsi oksigen per detiknya terlihat jelas. Dari pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa angka konsumsi oksigen per detik terbesar adalah pada saat percobaan diberi perlakuan berupa suhu yang dinaikkan dengan menggunakan air hangat, yaitu 0,053. Selanjtunya, pada percobaan dengan air bersuhu normal dan air bersuhu rendah, angka yang dihasilkan berturut-turut yaitu 0,030 dan 0,028. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah konsumsi oksigen pada beberapa hewan dipengaruhi oleh suhu sekitarnya, sejalan dengan jangkrik yang merupakan hewan polikiotermis atau ektoterm. Seperti yang dikatakan Tobin (dalam Sari, 2014), bahwa laju konsumsi oksigen ini dipengerahui oleh banyak faktor yaitu, spesies hewan, suhu lingkungan (terutama bagi hewan ektoterm), dan aktivitas. Selain ketiga hal tersebut, ukuran tubuh juga menentukan besarnya laju konsumsi oksigen. Laju konsumsi oksigen pada saat suhu lingkungan tinggi teramati besar dikarenakan pada suhu lingkungan tinggi, laju metabolisme juga meningkat.
I. Kesimpulan 1.
Kecepatan metabolisme yang terjadi di dalam tubuh masing-masing anggota kelompok berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, luas permukaan tubuh, dan usia tiap anggota.
2.
Kecepatan metabolisme hewan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah penggunaan oksigen (respirasi) dan suhu. Kecepatan metabolisme berkaitan erat dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh hewan. Di mana, keberlangsungan metabolisme pada hewan bergantung pada ada atau tidak adanya oksigen. Pada hewan poikiloterm yang diamati yaitu jangkrik, saat diberi perlakuan suhu dingin, maka hewan tersebut mengkonsumsi oksigen yang sedikit dan bergerak lebih lambat sehingga kecepatan metabolismenya pun lambat. Sebaliknya, pada saat diberi perlakuan suhu yang panas, hewan tersebut mengkonsumsi
oksigen
yang
relatif
lebih
banyak,
sehigga
kecepatan
metabolismenya pun cepat. Hal demikian terjadi karena adanya adaptasi fisiologis pada hewan agar dapat menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rudyatmi, Ely, dkk. (2016). Sumber Belajar Penunjang PLPG Paket Keahlian Biologi. Tanpa kota: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan. Sari, Evikurnia. 2014. Metabolisme hewan dan tumbuhan. Lampung: FMIPA UNLA....