LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ABORTUS PDF

Title LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ABORTUS
Author Laila Nisak
Pages 58
File Size 2.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 410
Total Views 455

Summary

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. D DENGAN DIAGNOSA ABORTUS DEPARTEMEN MATERNITAS Oleh : LAILATUL KHOIRUNNISAK 10218044 PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2021 LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI Abortus (kegugura...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ABORTUS Laila Nisak Nisak laila

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH KOMPLIKASI PERSALINAN ASKEP DIST OSIA DAN KEDARURATAN OBST ET RIK Guna … Riris Wibowo

T ERNEW Makalah SGD Kelompok 4 Mat ernit as (Persalinan Premat ur dan Post Dat e) Ilham Dody T UGAS kELOMPOK mAT ERNITAS rist i zen

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. D DENGAN DIAGNOSA ABORTUS DEPARTEMEN MATERNITAS

Oleh : LAILATUL KHOIRUNNISAK 10218044

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2021

LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)(Susilowati, 2019) Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.(Darmawati, 2011)(Purwaningrum & Fibriana, 2017)

B. ANATOMI FISIOLOGI

1. Vagina Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Introitus vaginae tertutup pada himen (selaput dara), suatu lipatan selaput setempat. Pada seorang virgo selaput daranya masih utuh, dan lubang selaput dara (hiatus himenalis) umumnya hanya dapat dilalui oleh jari kelingking.

Pada koitus pertama himen robek di beberapa tempat dan sisanya dinamakan karunkulae mirtiformes. Bentuk lain yang ditemukan pada himen ialah hymen kribriformis (menunjukkan beberapa lubang), himen septus, dan sebagainya; kadang-kadang himen tertutup sama sekali (himen imperforatus). Besarnya lubang himen tidak menentukan apakah wanita tersebut masih virgo atau tidak. Hal ini baik diketahui sehubungan dengan kedokteran kehakiman. Di Indonesia keutuhan selaput dara pada seorang gadis/virgo masih dihargai sekali; maka selayaknya para dokter memperhatikan hal ini. Pada seorang gadis yang memerlukan pemeriksaan ginekologik sebaiknya dilakukan pemeriksaan rektal. Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm, sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah pinggir bawah simfisis ke Promontorium. Arah ini penting diketahui jika memasukkan jari ke dalam vagina pada pemeriksaan ginekologik. Pada pertumbuhan janin dalam uterus 2/3 bagian atas vagina berasal dari duktus Miilleri (asal dari entoderm), sedangkan 1/3 bagian bawahnya dari lipatan-lipatan ektorderm. Hal ini penting diketahui dalam menghadapi kelainan-kelainan bawaan. Epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak mengandung kelenjar, akan tetapi dapat mengadakan transudasi. Pada anak kecil epitel itu amat tipis, sehingga mudah terkena infeksi, khususnya oleh gonokokkus. Mukosa vagina berlipat-lipat horisontal; lipatan itu dinamakan ruga di tengah-tengah bagian depan dan belakang ada bagian yang lebih mengeras, disebut kolumna rugarum. Ruga-ruga jelas dapat dilihat pada VS bagian distal vagina pada seorang virgo atau nullipara, sedang pada seorang multipara lipatan-lipatan untuk sebagian besar hilang. Di bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Di bawah jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan yang serupa dengan susunan otot usus. Sebelah luar otot-otot terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan berkurang elastisitasnya pada wanita yang lanjut usianya. Di sebelah depan dinding vagina bagian bawah terdapat urethra sepanjang 2,5-4 cm.

Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kencing sampai ke forniks vaginae anterior. Dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks posterior yang jauh lebih luas daripada forniks anterior. Di samping kedua forniks itu dikenal pula forniks lateralis sinistra dan dekstra. Umumnya dinding depan dan belakang vagina dekat mendekati. Pada wanita yang telah melahirkan anak, pada kedua dinding vagina sering ditemukan tempat yang kondor dan agak merosot (sistokele dan rektokele). Pada seorang virgo keadaan ini jarang ditemukan. 2. Uterus Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di tempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (% bagian atas) dan serviks uteri (VS bagian bawah). Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri. Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus.Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berrelaksasi. Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium.Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjarkelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di korpus uteri endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar- kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium.

Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120°-130° dengan serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1 : 2, sedangkan pada wanita dewasa 2:1. Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale).Jadi, dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium miometrium, dan endometrium.Uterus mendapat darah dari arteria uterina, ranting dari arteria iliakainterna, dan dari arteria ovarika. 3. Tuba Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal — seperti juga uterus — dari duktus Miilleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars intertisialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah lateral lagi pars ampullaris yang lebih lebar (diameter 4-10 mm) dan mempunyai ujung terbuka menyerupai anemon yang disebut infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian ampulla. Mukosa Tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai bagian-bagian dengan serabut-serabut dan yang bersekresi. Yang bersekresi mengeluarkan getah, sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke arah kavum uteri. 4. Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.Ovarium berhubungan

dengan

uterus

dengan

ligamentum

ovarii

proprium.Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum Suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopel- vikum). Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubung- kan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum.Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-folikel primordial.Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel.Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu korpus luteum lapisan sel-sel saja sampai folikel de Graaf yang matang.Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengadung estrogen, dan siap untuk berovulasi. Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel- folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada masa menopause semua folikel sudah menghilang. 5. Vulva Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labia majora (bibir besar) yang ke belakang menjadi

satu dan membentuk kommissura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial dari bibir besar ditemukan bibir kecil (labia minora) yang ke arah perineum menjadi satu dan membentuk frenulum labiorum pudendi. Di depan frenulum ini terletak fossa navikulare. Kanan dan kiri dekat pada fossa navikulare ini dapat dilihat dua buah lubang kecil tempat saluran kedua glandulae Bartholini bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis. Di bawah prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira 1,5 cm di bawah klitoris terdapat orifisium urethrae eksternum (lubang kemih). Di kanan kiri lubang kemih ini terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu.(Mulyaningasih, 2013)

C. KLASIFIKASI Menurut Mitayani, 2013 Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok: 1. Aborsi spontan Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Klasifikasi abortus spontan: a. Abortus iminens Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir

akan

akibat

perdarahan

pada

bayi.

Biasanya

kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin mengalami gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya perawatn untuk meminta dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens adalah tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jamdengan observasi

cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode ini. b. Abortus insipiens Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks. Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan dengan menggunakan forseps ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang dikirim untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium ini. c. Abortus kompletus Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi. d. Abortus inkompletus Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka. Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian, evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene vulva. Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat gamaglobulin anti-D diberikan pada wanita dengan Rh-negatif. e. Missed abortion

Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens, perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak, pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi ‘merasa’ hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu evakuasi spontan.

Namun

demikian,

wanita

meminta

dokter

untuk

mengeluarkannya secepat mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah meninggal. Keadaan ini memberikan situasi yang sangat sulit. f. Abortus akibat inkompetensi serviks Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu. Serviks berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan membuat jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-string suture) yang dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan tersebut dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu dan pada saat ini, jahitan dipotong sehingga persalinan spontan diharapkan akan mulai terjadi. Angka keberhasilan jahitan Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi serviks murni. g. Abortus habitualis Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab

abortus habitualis lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat. h. Abortus septik Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini. Abortus kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap) masih menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain secara langsung atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan septikemia. 2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukam dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok: a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica) Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu) maupun alasan lain. b. Abortus Kriminalis Abortusyang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.(Susilowati, 2019)

D. MANIFESTASI KLINIS Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani,2013:23). Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda sebagai berikut 1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.

2.

Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah teertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan yang berbau busuk dari ostium.

3.

Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Faktor penyebab terjadinya abortus adalah (Zuliyanti, 2019): 1. Faktor Fetal Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya.

2. Faktor Maternal a. Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann

Syndrome)

dapat

meningkatkan

risiko

abortus.Malformasi kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh yang sifatnya masih kontroversial. Pembedahan pada beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif. Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus memperlihatkan hasil yang positif. b. Infeksi Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus

(Herpes simplex, Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan semua jenis abortus spontan. Data penelitian

yang

menghubungkan

infeksi

dengan

abortus

menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama abortus trimester awal. c. Penyakit Metabolik Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemia.Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi). d. Faktor Imunologi Sindroma Antibodi

Fosfolipid adalah gangguan imunologi

autoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik (abortus berulang, trombosis yang penyebabnya tak jelas dan kematian janin).Penegakkan diagnosa setidaknya

memerlukan

konfirmasi

diagnosis

satu

pemeriksaan

(antikoagulansia

serologis lupus,

untuk antibodi

kardiolipin).Pengobatan pilihan adalah as...


Similar Free PDFs