Title | Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah |
---|---|
Author | Indah Rusmini |
Course | Keperawatan Jiwa |
Institution | Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar |
Pages | 19 |
File Size | 305 KB |
File Type | |
Total Downloads | 21 |
Total Views | 251 |
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN K EPERAWATANPASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)Mata Kuliah : Keperawatan JiwaDOSEN PENGAMPU :I Gusti Ayu Harini, SKM.,M OLEH: Nama : Luh Putu Putri Indah Rusmini NIM : P Kelas : 2 D-III KeperawatanKEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR2021/L...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH (HDR) Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa
DOSEN PENGAMPU : I Gusti Ayu Harini, SKM.,M.Kes OLEH: Nama
: Luh Putu Putri Indah Rusmini
NIM
: P07120120040
Kelas
: 2.1 D-III Keperawatan
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah 1. Pengertian Harga Diri Rendah Fortinash dalam Dermawan & Rusdi (2013) menyatakan bahwa harga diri adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri sendiri yang berasal dari kepercayaan positif atau negatif seorang individu tentang kemampunnya dan menjadi berharga. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain (Sunaryo, 2004 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012: 37). Damaiyanti & Iskandar (2012: 39) menjelaskan bahwa harga diri rendah yaitu perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal kerena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009 dalam Damaiyanti & Iskandar,2012 : 39). Sementara menurut Stuart & Sundeen, dalam Wijayaningsih (2015:49) Harga diri rendah adalah “penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri”. Menurut Carpenito, L.J dalam Wijayaningsih (2015:49) bahwa Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri ataupun kemampuan diri.Menurut Keliat, dalam Yosep (2011:255) Harga diri rendah adalah ”perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri”. Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen psikologis yang penting bagi
kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering kali menyertai gangguankejiwaan (Sitanggang, et al, 2021) Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan mengenai menilai dirinya yang tidak berarti dan tidak berharga menjadi kearah negative sehingga hilangnya kepercayaan diri seseorang.
2. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008) dalam konsep stress adapatasi yang terdiri dari faktor predisposisi dan presipitasi. a. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi: 1) Biologis Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa. 2) Psikologis Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis. 3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak. b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain: 1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan. 2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja. b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangan sebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh. Atau perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan. 3. Rentang Respon Harga Diri Rendah Respon Adaptif Maladaptif
Respon
Harga Diri Tinggi
Harga Diri Sedang
Harga Diri Rendah
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif (Fajariyah, 2012). Respon adaptif adala respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik, antara lain: Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.
4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Menurut Fitria (2014) tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah adalah: a. Mengkritik diri sendiri b. Perasaan tidak mampu c. Pandangan hidup yang pesimistis d. tidak menerima pujian e. Penurunan produktivitas f. Penolakan terhadap kemampuan diri g. Kurang memprihatikan perawatan diri h. Berpakaian tidak rapi i. Selera makan kurang j. Tidak berani menatap lawan bicara k. Lebih banyak menunduk l. Bicara lambat dengan nada suara lemah Sementara menurut Fajariansyah (2012) tanda dan gejala harga diri rendah adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) b. Rasa bersalah terhadap kepada dirinya sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri) d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya.
Adapun menurut SDKI PPNI 2016 menjelaskan bahwa harga diri rendah terbagi menjadi 2 macam yaitu : a. Harga Diri Rendah Kronis Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus – menerus. Tanda dan Gejala Mayor : 1) Subyektif
Menilai diri negative (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)
Merasa malu atau bersalah
Merasa tidak mampu melakukan apapun
Meremahkan kemampuan mengatasi masalah
Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
Melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2) Objektif
Enggan mencoba hal baru
Berjalan menunduk
Postur tubuh menunduk
Tanda dan Gejala Minor : 1) Subjektif
Merasa sulit konsentrasi
Sulit tidur
Mengungkapkan keputusasaan
2) Objektif
Kontak mata kurang
Lesu dan tidak bergairah
Berbicara pelan dan lirih
Pasif
Perilaku tidak asertif
Mencari penguatan secara berlebihan
Bergantung pada pendapat orang lain
Sulit membuat keputusan
Sering kali mencari penegasan
b. Harga Diri Rendah Situasional Harga Diri Rendah Situasional adalah evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini. Tanda dan Gejala Mayor : 1) Subjektif
Menilai diri negative (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
Merasa malu atau bersalah
Melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2) Objektif
Berbicara pelan dan lirih
Menolak berinteraksi dengan orang lain
Berjalan menunduk
Postur tubuh menunduk
Tanda Dan Gejala Minor : 1) Subjektif
Sulit berkonsentrasi
2) Objektif
Kontak mata kurang
Lesu dan tidak bergairah
Pasif
Tidak mampu membuat keputusan
5. Pohon Masalah Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) : Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif
6. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Eko, 2014). Pertahanan tersebut mencakup berikut ini : a) Menurut Eko (2014), pertahanan Jangka pendek, mencakup berikut ini : 1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif) .
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng). 3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas) b) Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini : 1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu 2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri seniri, dan amuk).
7. Pemeriksaan Diagnostik a. Test psikologik: test keperibadian b. EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis c. Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi d. Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik
8. Penatalaksanaan a. Psikofarmaka b. Elektro convulsive therapy c. Psikoterapy d. Therapy okupasi e. Therapy modalitas f. Terapi keluarga g. Terapi lingkungan h. Terapi perilaku i. Terapi kognitif
j. Terapi aktivitas kelompok
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH (HDR) 1. Pengkajian Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor presipitasi, penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi: a. Identitas klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pekerjaan, pendidikan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. b. Keluhan Utama c. Factor predisposisi d. Pemeriksaan Fisik 1) Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudahrontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur. 2) Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan. 3) Mata: Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah 4) Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa 5) Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan 6) Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi 7) Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi 8) Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu. 9) Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan e. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien. f. Aspek Psikososial 1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi 2) Konsep Diri a) Citra diri b) Identitas Diri c) Peran d) Ideal Diri e) Harga Diri 3) Hubungan social 4) Spiritual g. Status Mental h. Kebutuhan persiapan pulang 1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan 2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian. 3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi. 4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah 5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar. i. Mekanisme Koping j. Masalah psikososial dan lingkungan Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas. k. Pengetahuan Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
l. Aspek medic
2. Diagnosa Keperawatan a. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh, perubahan peran sosial, ketidakadekuatan pemahaman, perilaku tidak konsisten dengan nilai, kegagalan hidup berulang, riwayat kehilangan, riwayat penolakan, transisi perkembangan ditandai dengan menilai diri negative (mis. tidak berguna, tidak tertolong), merasa malu atau bersalah, melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri, menolak penilaian positif tentang diri sendiri, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk, sulit berkonsentrasi, kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah, pasif, tidak mampu membuat keputusan (D.0087)
3. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
. 1
Keperawatan Harga Diri Rendah
Kriteria Hasil Setelah
Manajemen
Manajemen
Situasional
diberikan
Perilaku (I.12463)
Perilaku
berhubungan dengan
tinndakan
Observasi
(I.12463)
perubahan pada citra
asuhan
1. Identifikasi
Observasi
tubuh, perubahan
keperawatan
harapan untuk
peran sosial,
selama …x…
mengendalikan
mengidentifikas
menit,
perilaku
i harapan agar
ketidakadekuatan
1. Untuk
pemahaman, perilaku
diharapkan
dapat
tidak konsisten dengan
harga diri
mengendalikan
nilai, kegagalan hidup
pasien
perilaku
berulang, riwayat
meningkat
kehilangan, riwayat
dengan kriteria
Terapeutik
Terapeutik
penolakan, transisi
hasil :
2. Diskusikan
2. Untuk
(L.09069)
tanggung jawab
mendiskusikan
ditandai dengan
- Penilaian diri
terhadap perilaku
tanggung jawab
menilai diri negative
meningkat
3. Jadwalkan
terhadap
(mis. tidak berguna,
- Kontak mata
kegiatan
perilaku
tidak tertolong),
meningkat
terstruktur
sehingga pasien
perkembangan
merasa malu atau bersalah, melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri, menolak penilaian positif
- Aktif meninngkat - Perasaan
4. Ciptakan dan
dapat menyadari
pertahankan
perilaku yang
lingkungan dan
harus dihindari 3. Untuk
malu
kegiatan
menurun
perawatan
menjadwalkan
konsisten setiap
kegiatan
dinas
terstruktur
- Postur tubuh
tentang diri sendiri,
menampakan
berbicara pelan dan
wajah
5. Tingkatkan
4. Untuk
aktivitas fisik
membina
sesuai kemampuan
hubunngan
lirih, menolak
meningkat
berinteraksi dengan
- Percaya diri
orang lain, berjalan
berbicara
6. Batasi jumlah
saling percaya
menunduk, postur
meningkat
pengunjung
dengan pasien
tubuh menunduk, sulit
- Penerimaan
berkonsentrasi, kontak
penilaian
nada rendah dan
mengalihkan
mata kurang, lesu dan
positif
tenang
focus pasien
tidak bergairah, pasif,
terhadap diri
tidak mampu membuat
sendiri
pengalihan
pengalaman
meningkat
terhadap sumber
buruh yang
agitasi
dapat memicu
keputusan (D.0087)
7. Bicara dengan
8. Lakukan kegiatan
9. Cegah perilaku pasif dan agresif 10.
Berikan
penguatan positif
5. Untuk
terhadap
kambuhnya HDR yang di alami 6. Untuk
terhdapa
memberikan
keberhasilan
rasa privasi
mengendalikan perilaku 11.
Lakukan
pengekangan fisik sesuai indikasi 12.
Hindari
kepada pasien 7. Agar pasien merasa berharga dan dihargai 8. Untuk memberikan
bersikap
kesan dan rasa
menyudutkan dan
tenang kepada
menghentikan
pasien
pembicaraan.
9. Untuk
13.
Hindari
mencegah
sikap mengancam
timbulnya
dan berdebat.
perilaku pasif
14.
Hindari
berdebat atau
dan agresif 10.
Sebagai
menawar batas
bentuk apresiasi
perilaku yang
dan dukungan
telah ditetapkan
terhadap pasien 11.
Untuk
membatasi perilaku menyimpang yang mungkin timbul 12.
Agar
pasien tidak merasa tersudutkan. 13.
Agar
pasien tidak
merasa tertekan saat berkomunikasi dengan orang lain. 14.
Agar
pasien tidak tersinggung dan pasien tetap mau terbuka dengan perawat.
Edukasi 15.
Untuk
Edukasi
mengedukasi
15.
keluarga agar
Informasika
n keluarga bahwa
dapat
keluarga sebagai
memberikan
dasar
dukungan penuh
pembentukan
kepada pasien
kognitif.
sehingga mampu menunjang proses penyembuhan ...