Laporan Pendahuluan Istirahat Tidur.doc PDF

Title Laporan Pendahuluan Istirahat Tidur.doc
Author Rofi Syahrizal
Pages 39
File Size 332.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 98
Total Views 140

Summary

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DENGAN PASIEN DISPEPSIA, FEBRIS, CKD, ANEMIA, HIPERTENSI DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD. ABDOER RAHEM SITUBONDO oleh: Rofi Syahrizal, S.Kep NIM 182311101048 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS K...


Description

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DENGAN PASIEN DISPEPSIA, FEBRIS, CKD, ANEMIA, HIPERTENSI DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD. ABDOER RAHEM SITUBONDO

oleh: Rofi Syahrizal, S.Kep NIM 182311101048

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS 2018 1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus berikut disusun oleh: Nama

:

Rofi Syahrizal, S.Kep

NIM

:

182311101048

Judul

:

LAPORAN

PENDAHULUAN

KEBUTUHAN

ISTIRAHAT

TIDUR DENGAN PASIEN DISPEPSIA, FEBRIS, CKD, ANEMIA, HIPERTENSI DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD. ABDOER RAHEM SITUBONDO telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada: Hari

:

Tanggal :

Situbondo, …..………….. 2018

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

............................................... NIP.

(Ns. Retno Sari P., S.Kep) NIP. 198703042009032006

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. 1 LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. 2 DAFTAR ISI .......................................................................................... 3 LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................. 4 A. Definisi Istirahat Tidur ................................................................... 4 B. Epidemiologi .................................................................................... 4 C. Anatomi Fisiologi Tidur .................................................................. 5 D. Etiologi .............................................................................................. 13 E. Tanda Gejala ................................................................................... 17 F. Patofisiologi dan Pathway .............................................................. 18 G. Penatalaksanaan Medis .................................................................. 20 H. Penetalaksanaan Keperawatan ...................................................... 22 I. Diagnosa Yang Sering Muncul ....................................................... 25 J. Rencana Keperawatan .................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA

3

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

A. DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006). Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman, 2013:603). Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan (Herdman, 2012).

B. EPIDEMIOLOGI Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi (Asmadi, 2008). Menurut National Sleep Foundation 4

tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508 penduduk di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan sebanyak 7,3 % orang dewasa mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan orang yang beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang dialami. Di Indonesia kejadian gangguan tidur insomnia menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% dan adanya laporan yang mengindikasikan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami insomnia yang serius. C. ANATOMI FISIOLOGI Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur Gambar 1:Komponen utama

dari neuromodulator penginduksi siklus

tidur-bangun.Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuro penghasil GABA dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus mengirimkan sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending arousal system di pons, basis frontalis dan hipotalamus. Sistem ini meliputi; nukleus tuberomamilarius (TMN) yang terletak di posterior dari hipotalamus yang memproduksi histamin(HIST), sel raphe dorsalis yang memproduksi serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin (Ach) yang 5

terletak di laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum dari pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus yang memproduksi noreprinefrin(NA).Sistem lain yang tidak diilustrasikan pada gambar ini meliputi area perifornikal dari hipotalamus yang memproduksi orexin, sel produsen dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon dan serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis (nukleus basalis, pita diagonal dari brocca,dan septum medialis) semua struktur ini memberikan proyeksi ke istem limbik dan korteks (Chiong, 2008). Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan terjadinya proses tidur di medulla oblongata.Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2007, Blumenfeld, 2002, Shneerson, 2005, Aminoff, 2008).

Gambar 2: skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur

6

a. Ascending Reticular Activating System (ARAS) ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai promotor dari proses tidur-bangun. Bagian ini terletak di formatio retikularis di batang otak yang terdiri atas beberapa kelompok sel dan nukleus serta sejumlah besar interneuron serta traktus ascenden dan descenden yang saling berhubungan satu sama lain. Sebagian besar dari formatio retikularis terletak di sentral atau tegmentum dari pons dan mesencephalon serta memanjang sampai medula, hipothalamus dan thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang disekresi oleh sebagian besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input sensoris yang masuk melalui batang otak baik stimulus yang berasal dari sistem sensoris,motorik maupun saraf kranial ( Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008). b. Nukleus Traktus Solitarius Bagian ini terletak di bagian medulla oblongata, bersifat noradrenergik serta memiliki hubungan dengan pons , hipothalamus dan thalamus. Nukleus ini lebih aktif saat fase NREM dibandingkan pada saat bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005). c. Locus Coeruleus Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi parsial pada fase NREM serta inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi untuk menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005). d. Nucleus Raphe Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat serotonergik. Bagian yang terpenting dari nukleus ini adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini bersifat aktif saat bangun, tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif saat REM. Kinerja nya di inhibisi oleh neuron GABA-ergik 7

serta jika aktif, berfungsi menghambat aktivitas LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki kontribusi terhadap respon motorik,otonom serta status emosional saat perubahan dari tidur ke bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008 ). e. Laterodorsal

Tegmental

dan

Pedunculopontine

Tegmental

(LTD/PPT) nuclei Nukleus-nukleus ini terletak di bagian Formasio Retikularis di bagian dorsal dari tegmentum pons serta bersifat kolinergik. Aktivitasnya diinhibisi oleh locus coeruleus, nucleus raphe dan nucleus tuberomammilary serta berfungsi menghubungkan area-area di batang otak dengan thalamus. LTD/PPT ini merupakan generator dari siklus REM, juga berkontribusi terhadap komponen visual dari mimpi dan halusinasi. Jika nukleus ini aktif, maka akan terjadi inhibisi dari locus coeruleus dan nukleus raphe (Shneerson, 2005). f.

Sistem Mesolimbik Sistem

ini

berasal

dari

area

ventral

dari

tegmentum

mesencephalon, serta memiliki proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami. Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus yang didapat (Posner, 2007, Shneerson, 2005). g. Nukleus Tubero-Mammilary (TMN) Nuklei ini terletak di bagian posterior dari hipotalamus dan bersifat histaminergik dan hanya menerima input afferen dari ventrolateral preoptic nucleus (VLPO) dan sistem orexin yang berasal dari hipotalamus bagian lateral.Nuleus ini berfungsi menginhibisi VLPO dan LDT/PPT serta bersifat aktif saat bangun, tersupresi parsial pada fase NREM dan inaktif saat fase REM (Shneerson, 2005, Chiong, 2008). h. Nuklei Perifornical 8

Terletak di lateral dari hipothalamus, berfungsi mensekresi orexin (hipokretin). Nukleus –nukleus ini memiliki fungsi eksitatorik pada pusat aminergik di batang otak yakni locus coeruleus dan nuklei raphe serta inhibisi terhadap LDT/PPT. Nuklei ini aktif pada saat fase wakefulness dimana juga berfungsi melimitasi durasi fase REM (Posner, 2007, Shneerson, 2005). i. Nukleus Suprakhiasmatik (SCN) Nukleus ini bertanggung jawab terhadap ritme sirkadian serta sebagai promotor bangun. Jika terjadi lesi pada bagian ini maka akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan (Shneerson, 2005). j. Area Preoptik Hipotalamus Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana merupakan pusat integrasi dari homeostasis dan ritme sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang letaknya berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area ini adalah sebagai reseptor osmotik penghasil arginin vasopressin (AVP) (Shneerson, 2005). k. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO) Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel III, dekat dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA dan galanin yang berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus yang mengatur keterjagaan di batang otak yang bersifat aminergik meliputi locus coeruleus, nukleus raphe, sistem mesolimbik dan nukleus tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang mempengaruhi banyak kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan reaktivasi dari pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini di inhibisi oleh sistem Keterjagaan yang bersifat aminergik (Posner, 2007, Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Smith, 2008). Bagian dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM dan bagian medialnya memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sehingga menginduksi fase REM. Kinerja dari VLPO tidak dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun 9

meningkat dengan adanya kekurangan tidur.Nukleus ini aktif pada saat tidur dan inaktif pada saat bangun (Carney, 2005, Chiong, 2008). l. Ventromedial Preoptic Nuclei (VMPO) Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi tidur-bangun (Shneerson, 2005). m. Median Preoptic Nucleus (MPN) Terletak di hipothalamus, di bagian dorsal dari ventrikel III dan bersifat GABA-ergik. Nukleus ini menerima input dari SCN dan memproyeksikannya ke neuron kolinergik di basal dari lobus frontalis dan nuklei perifornical. Nukleus ini aktif saat tidur, terutama fase NREM fase 3 dan 4 (Shneerson, 2005, Chiong, 2008). n. Zona Subparaventrikuler Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang berasal dari bagian ini kemudian akan secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme sirkadian, temperatur (melalui VMPO),perilaku dan fungsi endokrin (Chiong, 2008, Aminoff, 2008). o. Nukleus Dorsomedial Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler serta memberikan proyeksi ke nukleus paraventrikuler dan nukleus perifornikal dan berperan dalam inhibisi VLPO , pengaturan suhu tubuh, perilaku makan dan keterjagaan. (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008) p. Basis Frontalis (Substansia inominata) Lokasinya terdapat pada area preoptik dari Hipotalamus.Terdiri atas nukleus-nukleus penting yang memegang peran penting dalam proses tidur (Shneerson, 2005). q. Nukleus Basalis dari Meynert Neuron-neuronnya di aktivasi oleh neuron glutamat-ergik yang terletak di pons meliputi locus coeruleus, nukleus raphe dan nukleus 10

perifornical. Neuron dari meynert ini bersifat kolinergik dan dapat di inhibisi oleh akumulasi dari adenosin(Shneerson, 2005, Chiong, 2008) r. Neuron yang berkaitan dengan Amigdala ,Nukleus Accumbens dan Ventral Putamen Nukleus-nukleus in memiliki fungsi yang beragam, beberapa dari mereka bersifat GABA-ergik yang aktif saat fase 3 dan 4 NREM dan memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sedangkan yang lain mensekresi glutamat atau galanin sebagai transmitter (Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Aminoff, 2008). Para nukleus ini memberikan proyeksi yang luas ke SCN dan ke sistem limbik.area yang terletak di basis frontalis ini membentuk jalur ascending menuju ke sistem aktivasi rekular serta menghasilkan relay di ekstra-thalamik ventralis sebelum menuju ke korteks serebri. Area ini aktif pada saat bangun

dan fase REM, tetapi inaktif pada fase NREM.

Adenosine terakumulasi di ekstraseluler dan menempel pada reseptor A1 dan menginhibisi kinerja dari neuron basis frontalis yang bersifat kolinergik,sehingga mencetuskan fase NREM (Shneerson, 2005, Chiong, 2008). s. Sistem Limbik Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif. Area –area yang termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior, girus para-hipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbitofrontal di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia grisea dari periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari saraf simpatis (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005). t. Thalamus 11

Thalamus

merupakan

stasiun

relay

yang

terahkir

yang

menghubungkan jaras informasi dari reseptor ke korteks serebri, kecuali input yang berasal dari regio olfaktorius, sebaliknya pula aktivitas dari thalamus ini sendiri diatur oleh korteks serebri. Thalamus memiliki beberapa kumpulan nukleus yakni nukleus retikuler dari thalamus yang memegang peranan penting dalam proses keterjagaan, bagian ini terdiri atas kelompok neuron eksitatorik yang berfungsi menghasilkan glutamat serta kelompok neuron inibitorik yang menghasilkan GABA,Neuron intratalamikus yang berfungsi memodifkasi aktivitas dari thalamus sedangkan nukleus-nukleus thalamus yang lainnya membentuk jaras proyeksi thalamokortikal (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Aminoff, 2008) Thalamus mengatur aktivitas ARAS dan impuls lainnya yang melewati mesencephalon. Thalamus memodifikasi aktifitas spindel dari mesencephalon serta melalui sistem proyeksinya yang luas bagian ini mampu

mengintegrasikan

dan

mensinkronisasi

aktivitas

korteks.Sinkronisasi aktivitas dari korteks ini menyebabkan korteks serebri dapat menginisiasi serta mempertahankan fase NREM. Bagian ini secara efektif

memutus hubungan antara korteks dengan batang otak serta

stimulus-stimulus lainya secara reversibel. Melalui neuron pensekresi GABA-nya, thalamus menginhibisi promotor keterjagaan yang terletak di batang otak juga memberikan pengaruh terhadap fase REM melalui proyeksinya ke LDT/PPT. Berikut di bawah ini dapat dilihat tabel-1 tentang beberapa area utama di CNS dan perannya terhadap tidur (Chiong, 2008, Aminoff, 2008).

D. ETIOLOGI Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang 12

berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010)

a.

Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu: 1) Tahap I Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan : a) Mata menjadi kabur dan rileks. b) Seluruh otot menjadi lemas. c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan. d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun. e)

EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.

f)

Dapat terbangun dengan mudah.

g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 1020 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan : 13

a) Kedua Bola mata berhenti bergerak. b) Suhu tubuh menurun. c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang. d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas. e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut gelombang tidur.

3) Tahap III Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan: a) Relaksasi otot menyeluruh. b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur. c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik. d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan : a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan. b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi. c) Tonus Otot menurun (relaksasi total). d) Denyut jantung dan pernapasan men...


Similar Free PDFs