LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI PDF

Title LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI
Pages 19
File Size 1.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 139
Total Views 319

Summary

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI DI RUANG AL FAJR RSUI KUSTATI SURAKARTA Disusun Oleh N. Nurlitasari S.Kep PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA 2021 KONSEP DASAR OKSIGENASI A. Pengertian Oksigenasi merupakan ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI Naviani Nurlitasari

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

laporan pendahuluan oksigenasi LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUT UHAN DASAR MANU… safina mia ASKEP Pemenuhan Kebut uhan Oksigenasi Clara Oni Laporan st udi kasus sist em respirasi Yulinar Syam

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI DI RUANG AL FAJR RSUI KUSTATI SURAKARTA

Disusun Oleh N. Nurlitasari S.Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA 2021

KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. Pengertian Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Kusnanto, 2016).

B. Etiologi Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan. 1. Faktor fisiologis Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah : a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat terpapar zat beracun b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi c. Hipovolemia d. Peningkatan laju metabolik e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas dan penyakit kronis 2. Status kesehatan Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu

pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis. 3. Faktor perkembangan Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan : a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru e. Dewasa

tua:

adanya

proses

penuaan

yang

mengakibatkan

kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun 4. Faktor perilaku Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zatzat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. 5. Lingkungan Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu : a. Suhu lingkungan b. Ketinggian c. Tempat kerja (polusi)

C. Proses Oksigenasi Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016). 1. Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi). Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.

b. Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. c. Jalan napas. Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya saat ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan. d. Pengaturan Nafas Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat nafas biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil metabolism sel yang mampu dengan mudah melewati sawar darah otak atau sawar darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan CO2 inilah yang akan meningkatkan konsentrasi hydrogen dan akan merangsang pusat nafas. Perangsangan pusat pernafasan oleh peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yang penting untuk mengatur konsentrasi CO2 seluruhtubuh. Adanya trauma kepala atau edema otak atau peningkaan tekanan intracranial dapat menyebabkan gangguan pada system pengendalian ini. 2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi). a. Luasnya permukaan paru Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja, pertukaran gasgas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan membran yang paling sedikitpun dapat menganggu pertukaran gas yang hebat saat olahraga berat atau aktifitas lainnya. Pada konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau pada

tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi penurunan luas permukaan membran respirasi. b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan. c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. d. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb. 3. Transportasi gas Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : a. Kardiak output Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit. Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang, maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang. b. Jumlah eritrosit atau HB Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen. c. Latihan fisik Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar menuju daerah tujuan. d. Hematokrit Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental keadaan darah maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.

e. Suhu lingkungan Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah (Eki, 2017).

D. Anatomi Sistem Pernapasan 1. Sistem pernapasan Atas a. Hidung Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi dan penghangatan. Dinding hidung terdiri dari jaringan mukosa yang mengandung cairan mukus dan sel epitel bersilia. Di dalam hidung juga terdapat jaringan rambut. Partikel debu/ zat asing yang masuk bersama udara akan tertahan oleh jaringan rambut. Partikel tersebut kemudian jatuh dan melekat/ tertangkap di cairan mucus. Kemudian sel epitel silia memindahkan cairan mucus bersama partikel asing tersebut ke tenggorokan. Oleh karena itu, partikel asing yang berdiameter lebih dari 4-6 μ akan tersaring dan tidak masuk ke sistem pernafasan (Kusnanto, 2016). b. Laring-Faring Laring-faring sering disebut juga dengan tenggorok. Faring terdapat di superior yang untuk selanjutnya melanjutkan diri menjadi laring. Faring merupakan bagian belakang dari rongga mulut (kavum oris). Di faring terdapat percabangan 2 saluran yaitu trakea di anterior sebagai saluran nafas dan esophagus di bagian posterior sebagai saluran pencernaan. Trakea dan esophagus selalu terbuka, kecuali saat menelan. Ketika bernafas, udara akan masuk ke kedua saluran tersebut. Melalui gerakan reflek menelan, saluran trakea akan tertutup sehingga zat makanan akan aman masuk ke esophagus. Refleks menelan akan terjadi bila makanan yang sudah dikunyah oleh mulut didorong oleh lidah ke belakang sehingga menyentuh dinding faring. Saat menelan epiglottis dan pita suara akan menutup trakea. Bila reflek menelan tidak sempurna maka berisiko terjadi aspirasi (masuknya makanan ke trakea) yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas (Kusnanto, 2017). 2. Sistem Pernapasan Bawah a. Trakea Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.

b. Bronkus (Cabang Tenggorokan) Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. c. Bronkiolus Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus. Disepanjang trakea, bronkus dan bronkiolus, terdapat jaringan mukosa dengan sel-sel goblet yang diselingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan cairan mucus yang berperan untuk melembabkan udara inspirasi dan menagkap partikel-partikel asing. Partikel asing yang tertangkap akan digerakkan oleh silia sel epitel ke kavum oris (Kusnanto, 2016; Eki 2017).

E. Fisiologi Pernapasan 1. Pernapasan Eksternal Pernapasan eksternal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida. a. Ventilasi pulmoner Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks

yang mampu mengembang dan

berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat. b. Pertukaran gas alveolar Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul

dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas. c. Transport oksigen dan karbondioksida Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru. 2. Pernapasan Sistemik Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

F. Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernapasan 1. Gangguan Irama Pernapasan a. Pernapasan Cheyne Stokes Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur. b. Pernapasan Biot Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak. c. Pernapasan Kussmaul Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal. 2. Gangguan frekuensi pernapasan a. Takipnea Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.

b. Bradipnea Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal. 3. Insufisiensi pernapasan Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu ; a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti : 1) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi servikal. 2) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC, dan lain-lain. b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru 1) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain. 2) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya. 3) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru. c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan 1) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin yang tersedia untuk transfor oksigen. 2) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen. 3) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah jantung yang rendah. 4. Hipoksia Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik. a. Hipoksemia Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah

oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan karbondioksida. b. Hipoksia hipokinetik Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif. c. Overventilasi hipoksia Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya. d. Hipoksia histotoksik Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

G. Pathway Pathway Pernapasan Oksigenasi

Ventilasi Inspirasi / ekspirasi inadekuat

Adanya sumbatan pada jalan napas

Transportasi

Difusi

Obstruksi jalan napas Pola napas tidak efektif Bersihan jalan nafas tidak efektif

H. Penatalaksanaan Keperawatan Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen

adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada : 1. Perubahan frekuensi atau pola napas 2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas 3. Hipoksemia 4. Menurunnya kerja napas 5. Menurunnya kerja miokard 6. Trauma berat

Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen : a. Inhalasi oksigen Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi. 1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing. a) Nasal kanula/binasal kanula Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%. b) Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60%. c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.

d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%. 2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan ...


Similar Free PDFs