LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH PDF

Title LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH
Author H. Ishaq Agasi
Pages 5
File Size 62.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 13
Total Views 429

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH NAMA : HARRYYANTO ISHAQ AGASI NIM : 11215035 KELOMPOK :5 PRODI : REKAYASA HAYATI ASISTEN : Afandi FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017 I. Tujuan 1. Menentukan kadar glukosa pada darah sapi dengan metode...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH

NAMA

: HARRYYANTO ISHAQ AGASI

NIM

: 11215035

KELOMPOK

:5

PRODI

: REKAYASA HAYATI

ASISTEN

: Afandi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017

I.

Tujuan 1. Menentukan kadar glukosa pada darah sapi dengan metode spektrofotometri.

II. Teori Dasar Pada suatu percobaan yang terdiri dari 75 kali tes pada 44 sapi disimpulkan bahwa konsentrasi rata-rata gula pada darah sapi adalah 51,75 mg/dL, (Hodgson, Riddel, & Hughes, 1932). Kadar gula darah normal manusia adalah 60- 120 mg/dl (milligram per 100 milimeter) sedangkan ukuran idealnya adalah 80-109 ml/dl pada waktu puasa sebelum test darah dan 110159 pada 2 jam setelah makan kadar kolesterol tidak boleh lebih dari 200 mg/dl dengan LDL kurang dari 130 mg/dl, dan HDL diatas 45 mg/dl dan trigeliserida dibawah 200 mg/dl (Vitahealth, 2006). Kadar gula puasa atau glukosa fasting, yaitu hasil pemeriksaan kadar gula darah dari darah yang diambil pertama kali saat masih puasa, harga normalnya 60-100 md/dl. Kadar gula darah setelah makan atau glukosa past prandial adalah kadar gula darah dari darah yang diambil 2 jam setelah makan, harga normalnya 80-120 mg/dl. Kadar gula darah sewaktu adalah kadar gula darah saat kapan saja, harga normalnya 70-110 mg/dl, (Huda, 2016). Menurut Djojodibroto (2003 : 82) Kadar gula di dalam darah tidak boleh lebih tinggi dari 180 mg/dl dan jangan lebih rendah dari 60 mg/dl. Untuk mengatur hal ini tubuh mempunyai mekanisme pengaturannya. Apabila mekanisme ini tidak berjalan dengan baik maka akan terjadi penyakit diabetes mellitus. Fungsi reagen H2SO4 pada praktikum ini adalah untuk mempercepat reaksi pengendapan protein oleh Na-tungstat. Na-tungstat berfungsi dalam mengendapkan protein dalam darah terutama protein yang terlarut dalam air. Air (H2O) selain berfungsi sebagai reagen pengenceran, air juga berfungsi dalam melarutkan albumin. Penambahan reagen cu-alkalis akan membuat gula mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ dalam bentuk endapan Cu2O. Selanjutnya reagen fosfomolibdat ditambahkan untuk melarutkan kembali Cu2O lalu menjadi larutan berwarna biru tua karena adanya oksida Mo. Selanjutnya larutan berwarna tersebut diukur absorbansinya

untuk

menentukan

kadar

glukosa

dengan

menggunakan

metode

spektrofotometri. Darah oxalated adalah darah yang telah ditambahkan dengan antikoagulan darah. Ada tiga jenis antikoagulan darah yang biasa digunakan, antara lain Na2EDTA, K2EDTA, dan Trisodium citrate dihidrat. Dari ketiga jenis tersebut, K2EDTA adalah antikoagulan yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standard Institute).

Sentrifugasi merupakan suatu metode untuk memisahkan senyawa-senyawa pada suatu larutan berdasarkan dengan berat molekulnya. Pada percobaan pembuatan filtrat darah bebas protein dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan larutan gula dengan protein. Protein akan terkumpul di bagian bawah falcon tube sedangkan larutan gula menjadi supernatannya. Pada percobaan pembuatan filtrat darah bebas protein ada perlakuan inkubasi pada campuran darah oksalated, H2SO4, dan Na-tungstat. Fungsi dari perlakuan inkubasi ini adalah untuk menghasilkan reaksi yang lebih sempurna dalam mengendapkan protein dalam darah. Selain itu pada percobaan penentuan kadar glukosa darah juga dilakukan inkubasi dalam air mendidih, yaitu pada tahap setelah dicampurkannya filtrat darah dan cu-alkalis. Hal ini memiliki tujuan agar reaksi antara gula dan ion Cu berlangsung dengan sempurna sehingga dapat dihasilkan nilai absorbansi yang baik. Selanjutnya ada perlakuan vortex di percobaan penentuan kadar glukosa. Vortex dilakukan pada campuran filtrat darah, cu-alkalis, dan fossfomolibdat. Hal ini bertujuan untuk agar semua reagen tercampur dengan baik dan reaksi berlangsung sempurna. Setelah itu penambahan air dilakukan pada larutan tadi juga dilakukan vortex dengan tujuan yang sama.

III. Data Pengamatan Tabel 1. Kurva Baku Glukosa Konsentrasi (mg/ml)

Absobansi

0

0

0,02

0,136

0,04

0,32

0,06

0,409

0,08

0,729

0,1

0,839

Panjang gelombang yang digunakan = 660 nm Nilai absorbansi sampel = 0,016

0.12

Konsenterasi Glukosa

0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Absorbansi

Grafik 1. Kurva baku glukosa

IV. Pengolahan Data Untuk menentukan persamaan kurva baku digunakan metode regresi. Metode regresi dapat dilakukan dengan persamaan berikut: Y = a + bX = Keterangan:

�� � 2 − � � � 2 − �

=

� � � �



2

− � � 2 2 − �

Y : variabel response atau variabel akibat (dependent) X: variabel predictor atau variabel faktor penyebab (independent) a: konstanta b: koefisien regresi (kemiringan)

Dengan persamaan di atas kita peroleh persamaan dari data-data pengamatan berupa, Y = (4,213 x 10-3) + 0,1129X a = (4,213 x 10-3) b = 0,1129 Y = nilai absorbansi sampel = 6.0194 x 10-3 X = konsentrasi sampel glukosa = 0.016 mg/ml

V. Pembahasan Dari percobaan ini didapat konsentrasi gula pada sampel darah sapi sebesar 0.016 mg/ml. Hasil ini sangat berbeda jauh dengan literatur konsentrasi gula pada darah sapi, yaitu sebesar 51,75 mg/dL. Jika dibandingkan data hasil percobaan dengan literatur akan dihasilkan galat sebesar xxxx. Perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh banyak hal, antara lain (1) jumlah antikoagulan yang digunakan untuk membuat darah oxalated tidak tepat karena perbedaan konsentrasi dan kuantitas antikoagulan yang digunakan akan mengganggu hasil pemeriksaan. (2) terdapat darah oxalated yang terkoagulasi pada saat sebelum ditambahkan dengan Natungstat. Hal ini menyebabkan berkurangnya konsentrasi gula pada filtrat darah karena masih banyak gula yang terkandung pada darah yang terkoagulasi tadi. (3) selain itu, pencampuran yang kurang baik/merata juga dapat menyebabkan kadar gula yang didapat tidak sesuai karena reaksi antara protein dengan Na-tungstat tidak sempurna sehingga protein sisa mengganggu proses analisa. Hal ini juga dapat terjadi pada percobaan penentuan kadar glukosa dimana hasil pencampuran kurang sempurna sehingga reaksi antara filtrat darah dengan Cu-alkalis tidak ideal. Hal ini juga menyebabkan kadar gula yang didapat menjadi kecil.

VI. Kesimpulan Konsentrasi gula pada sampel darah sapi yang diuji adalah 0.016 mg/ml.

VII. Daftar Pustaka Hodgson, R. E., Riddel, W. H., & Hughes, J. S. (1932). Factors Influencing the Blood-Sugar Level of Dairy Cattle. Journal of Agricultural Research, 357. Huda, S. A. (2016). Hubungan antara Kadar Glukosa Darah dengan Tekanan Darah Manusia Di RW 03 Kelurahan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Bioedukasi, 147. Djojodibroto, Darmanto. 2003. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Populer Obor....


Similar Free PDFs