LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM GOLONGAN DARAH PDF

Title LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM GOLONGAN DARAH
Author Helga Nurbaetie
Pages 17
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 21
Total Views 449

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM “GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA” OLEH : NAMA : HILMA NURBAYANTI NIM : 170210104059 KELAS :B KELOMPOK :3 NAMA ASISTEN : 1. LISTI ROHMATIKA 2. FERSTY ISNA K PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2017 I....


Description

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM “GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA”

OLEH : NAMA

: HILMA NURBAYANTI

NIM

: 170210104059

KELAS

:B

KELOMPOK

:3

NAMA ASISTEN

: 1. LISTI ROHMATIKA 2. FERSTY ISNA K

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2017

I.

JUDUL Golongan Darah Pada Manusia

II.

TUJUAN Mahasiswa dapat menjelaskan penggolongan darah manusia

III.

DASAR TEORI Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di dalam sistem peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Darah berfungsi memasukkan oksigen dan bahan makanan keseluruh tubuh serta mengambil karbon dioksida dan metabolik dari jaringan. Mengetahui golongan darah seseorang sangat penting di ketahui untuk kepentingan medis yaitu salah satunya untuk transfusi (Oktari, 2016: 49). Pada tahun 1901 Dr. Karl Landsteiner menemukan, bahwa sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi adalah adanya reaksi antigen antibodi. Apabila suatu substansi asing (disebut antigen) disuntikkan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan akan mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen (Suryo, 2001: 345-346). Mengikuti penemuan Karl Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau kedua antibodi itu atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen A dan antigen B, sedangkan dua antibodi itu disebut anti A dan anti B. Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen A dan B merupakan mukopolisakarida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen antibodi (Suryo, 2001: 346-347).

Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Sedikitnya ada 48 jenis antigen yang menjadi dasar dalam penggolongan darah. Tetapi yang paling umum digunakan adalah sistem penggolongan darah ABO. Pembagian golongan darah sistem ABO didasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) yang terkandung dalam darah (Tenriawaru, 2016: 42). Antigen – antigen golongan darah yang sangat penting adalah antigen A, dan B. Ciri antigen itu berada pada ujung gula – gula yang melekat langsung pada dinding sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari hamparan bilipid (Oktari, 2016: 50). Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah A dimana golongan darah A mempunyai antigen A dan anti - B, golongan darah B yaitu golongan darah yang memiliki antigen B dan anti – A, golongan darah O golongan darah yang memiliki antibodi tetapi tidak memiliki antigen, dan golongan darah AB golongan darah yang memiliki antigen tetapi tidak memiliki antibodi (Oktari, 2016: 49). Sistem golongan darah pada manusia ada tiga macam, yaitu sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan atas kehadiran antigen(aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan zat anti (agglutinin). Menurut Breinstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang), golongan darah ini dikendalikan oleh sepasang gen. Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah pada manusia. Penentuan golongan darah ABO pada umumnya dengan menggunakan metode Slide. Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan. Metode slide merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan darah (Oktari, 2016: 50). Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal dari hibridisasi immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaanya akan terbentuk

aglutinasi. Misalnya pada golongan darah A ketika ditambahkan reagen antisera A, reagen antisera B, dan reagen antisera AB, maka terjadi aglutinasi pada darah yang di tetesi reagen antisera B dan AB, sedangkan pada reagen antisera AB tidak terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini kurang ekonomis, maka serum dapat dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan golongan darah ABO (Oktari, 2016: 50). Sitem MN merupakan jenis darah. Berbeda dengan golongan darah, jenis darah biasanya tidak memegang peranan dalam tranfusi darah karena tidak akan menyebabkan masalah tranfusi darah antara yang berbeda jenisdarahnya selama golongan darahnya sama atau mengikuti aturan tranfusi darah. Ada tiga jenis darah dalam sistem MN, yaitu: 1. Jenis M, mengandung antigen M 2. Jenis N, mengandung antigen N 3. Jenis MN, mengandung antigen M dan antigen N (Waluyo, 2006: 180). Sistem rhesus pertama kali ditemukan pada jenis kera Macaca rhesus pada tahun 1940 oleh K. Landsteiner dan Weiner. Pada jenis ini ditemukan antigen rhesus pada eritrositnya. Sistem rhesus juga berlaku pada manusia karena antigen rhesus juga dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedangkan yang tidak memilkinya disebut rhesus negatif (Rh). sistem ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh. Pada wanita Rh- kalau mengandung embrio bergolongan Rh+ untuk kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk kandungan kedua bergolongan Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis fetalis, artinya bayi yang lahir akan menderita anemia yang parah dan di dalam darah bayi banyak beredar eritroblast, yaitu eritrosit yang belum matang sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena eritrosit janin akan kemasukan zat anti Rh+ dari darah ibu dan mengaglutinasi eritrosit janin (Waluyo, 2006: 180). Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Sehingga ada empat kemungkinan fenotip yaitu A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan

substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB , atau tidak sama sekali (tipe O). Golongan Rhesus negatif (Rh -) ditemukan hampir 15% pada ras kulit putih, sedangkan pada ras Asia jarang dijumpai kecuali terjadi perkawinan campuran dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif. Pada wanita Rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama Rhesus positif, risiko terbentuknya antibodi sebesar 8%. Sedangkan pada kehamilan berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar 16%. Perbedaan rhesus dapat menimbulkan kondisi antirhesus atau penghancuran sel darah merah, dalam kondisi tertentu dapat mengakibatkan kematian janin dalam rahim atau gangguan kesehatan setelah lahir seperti anemia, jaundice(penyakit kuning), pembengkakan hepar dan gagal jantung (Swastini, 2016: 69).

IV.

METODOLOGI PRAKTIKUM 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1

Alat 4.1.1.1 Mikroskop 4.1.1.2 Tusuk gigi 4.1.1.3 Pinset 4.1.1.4 Pensil 4.1.1.5 Jarum steril 4.1.1.6 Gelas obyek

4.1.2

Bahan 4.1.2.1 Serum A dan B 4.1.2.2 Alkohol 70 % 4.1.2.3 Kapas 4.1.2.4 Darah segar manusia

4.2 Skema Kerja Membagi sisi gelas obyek menjadi dua bagian yang sama, dengan manarik garis tengah lurus dengan menggunakan pensil. Di pojok kiri atas gelas obyek menuliskan A dan di pojok kanan atas menuliskan B, kemudian meletakkan gelas obyek pada selembar kertas putih.

Mencuci tangan probandus sampai bersih, mengambil segumpal kapas dengan pinset, celupkan ke dalam alkohol dan menggosokkan pada ujung jari manis tangan probandus. Membiarkan alkohol mengering, kemudian menusuk bagian tersebut dengan menggunakan lanset

yang telah

disterilkan. Menempatkan setetes darah pada bagian A dan B gelas obyek.

Menutup bekas tusukkan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alkohol.

Meneteskan segera serum A pada bagian A gelas obyek, kemudian mengaduknya sampai merata dengan tusuk gigi.

Membandingkan kedua bagian A dan B pada gelas obyek, jika: a. Terjadi penggumpalan pada bagian A, probandus bergolongan darah A b. Terjadi penggumpalan pada bagian B, probandus bergolongan darah B c. Terjadi penggumpalan pada bagian A dan B, probandus bergolongan darah AB d. Tidak terjadi penggumpalan, probandus bergolongan darah O

V.

HASIL PENGAMATAN Probandus

Sampel Darah

Serum

Gol. Darah

A

B

Eni Nurul Kurnia

Menggumpal

Tidak Menggumpal

A

Syefil Hidayah

Tidak Menggumpal

Menggumpal

B

Menggumpal

Menggumpal

AB

Tidak Menggumpal

Tidak Menggumpal

O

Afina Aninnas Anggi Mulky F

VI.

PEMBAHASAN Dalam praktikum kali ini adalah tentang penggolongan darah pada manusia. Dengan tujuan setelah praktikum kali ini kita dapat menjelaskan penggolongan darah pada manusia. Dengan percobaan menggunakan darah segar manusia yang diuji dengan serum A dan serum B. Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Sel sel darah merupakan sel sel hidup, terdapat dua lapisan dalam sel darah. Lapisan atas berupa cairan darah atau plasma darah. Lapisan bawah merupakan sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit (sel-sel darah merah), leukosit (sel-sel darah putih), trombosit (keping-keping darah atau sel pembeku darah). Setiap bagian dari sel-sel darah ini memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda.

Fungsi darah secara umum adalah mengangkut zat makanan dan oksigen keseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke organ yang berfungsi untuk pembuangan, mempertahankan tubuh dari serangan bibit penyakit, mengedarkan hormon-hormon untuk membantu proses fisiologis, menjaga stabilitas suhu tubuh, menjaga keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan. Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama penyusun sel sel-sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb) yang menyebabkan darah berwarna merah. Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa hemin (zat besi). Serta hemoglobin juga mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2. Sel darah merah (eritrosit) berbentuk bikonkav. Sel darah merah berguna untuk mengikat gas pernapasan dan mengangkutnya ke atau dari jaringan. Leukosit

merupakan

sel

yang

memiliki

fungsi

khusus

untuk

mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme. Leukosit merupakan sel yang memiliki sifat seperti Amoeba, yaitu bentuknya dapat berubah-ubah, leukosit dapat bergerak bebas, bahkan dapat keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan lain yang terinfeksi mikroorganisme. Trombosit adalah bagian sel darah yang berperan dalam pembekuan darah. Jika jaringan

tubuh terlua, trombosit pada permukaan akan pecah dam

mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase akan mengubah protobin menjadi trombin dengan bantuan ion Ca2+. Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen (protein plasma yang dapat larut dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein yang tidak dapat larut dalam plasma darah). Pembentukkan benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup. Ada empat macam golongan darah yaitu, A, B, AB, dan O. Dalam sistem golongan darah terdapat dua macam zat sel darah A dan B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B. Golongan darah pada manusia diatur secara genetic dan merupakan alel ganda. Saat ini, ditemukan system golongan darah yaitu: golongan darah ABO, golongan darah rhesus, golongan darah MN. Plasma darah cairan yang berwarna kekuning-kuningan, tersusun atas air, dan bahan terlarut yaitu protein, lemak, asam lemak, asam amino, glukosa, hormon,

enzim, antibodi, garam mineral. Plasma mengandung protein seperti lipoprotein, fibrinogen berfungsi dalam pembekuan darah, globulin berperan dalam pertahanan tubuh, albumin berperan dalam membantu aliran darah dan mengatur tekanan osmotik

darah,

antihemophilic

globulin

berfungsi

mencegah

hemofilia,

tromboplastin berfungsi dalam proses pembekuan darah bersama protombin dan fibrinogen, immunoglobulin berfungsi untuk kekebalan tubuh(abtibodi). Proteinprotein tersebut dapat dipisahkan dari plasma dan membentuk cairan yang disebut serum. Secara umum penggolongan darah dapat dilakukan dengan mengencerkan sel-sel darah dengan garam tertentu, lalu satu bagian ditetesi dengan aglutinin (anti A) dan yang lain dicampur dengan aglutinin (anti B). Setelah beberapa saat darah diamati apakah terjadi penggumpalan pada salah satu bagiannya. Setelah itu darah probandus termasuk kedalam golongan darah apa. Golongan darah A, jika memiliki aglutinogen A dan terjadi penggumpalan jika ditetesi dengan serum A. B, jika memiliki aglutinogen B dan terjadi penggumpalan jika ditetesi dengan serum B. AB, jika memiliki aglutinogen A dan B terjadi penggumpalan jika ditetesi serum A dan B ataupun serum B O, jika tidak memiliki aglutinogen A maupun B tidak terjadi penggumpalan saat ditetesi serum A maupun serum B. Penggolongan darah pada manusia selain dengan sistem ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Sistem ini sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah MN. Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alel ganda, yaitu alel LM yang mengendalikan antigen M dan alel LN yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat dominansi antara alel LM dan alel LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.

Dalam praktikum kali ini kita mempelajari tentang golongan darah pada manusia. Dengan sampel darah segar manusia yang diambil dari sukarelawan kelas dan sampel yang telah diambil kemudian diuji dengan serum A dan serum B. Dalam pengujian ini digunakan 4 sampel darah.

Sempel darah milik Eni Nurul Kurnia yang telah diketahui bergolongan darah A diuji kembali menggunakan serum A dan B, hasilnya ternyata pada darah yang diberi serum A mengalami penggumpalan sementara pada yang diberi serum B tidak(larut). Hal ini diakibatkan karena golongan darah A di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan pada plasmanya mengandung aglutinin anti B. Sempel darah milik Syefil Hidayah yang telah diketahui bergolongan darah B diuji kembali menggunakan serum A dan B, hasilnya berkebalikan dari darah milik Wulan(golongan darah A). Pada darah yang ditetesi dengan serum A tidak mengalami penggumpalan,sementara pada darah yang diberi serum B menggumpal. Sampel darah milik Afina Aninnas yang telah diketahui bergolongan darah AB diuji kembali dengan metode yang sama dengan sebelumnya. Hasilnya menunjukan bahwa baik darah yang ditetesi dengan serum A maupun yang ditetesi dengan serum B semuanya mengalami penggumpalan. Penggumpalan itu terjadi karena darah mempunyai aglutinogen A dan aglutinogen B yang bereaksi dengan antibodi (aglutinin) yang dikenal dengan anti A dan anti B tersebut. Sampel darah milik Anggi Mulky Fransisca yang telah diketahui memiliki golongan darah O juga diuji dengan metode yang sama. Dan hasil yang diperoleh yaitu baik yang ditetesi serum A maupun serum B tidak mengalami penggumpalan (larut). Mekanisme penggumpalan darah, agglutinin –A dan agglutinin –B dalam plasma (serum) bersifat bivalen atau polivalen, yaitu pada saat yang sama setelah diteteskan pada sel darah merah dapat mengikat dua atau lebih sel darah merah sekaligus ,sehingga dapat menyebabkan penggumpalan pada sel darah merahnya. Misalnya, probandus dengan golongan darah A mengalami penggumpalan pada darah yang ditetesi anti –A karena individu dengan A pada sel darah merahnya

memiliki anti B pada plasmanya sehingga didalam plasma individu tersebut, anti A bereaksi spesifik terhadap antibodi pada anti –B sehingga terjadi penggumpalan. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen dan protrombin (protein). Apabila pembekuan dicegah maka perbandingan antara unsur terbentuk yang sebagian besar merupakan sel-sel darah merah, dan plasma adalah sekitar 4050%. Pada laki-laki dewasa perbandingan ini tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.

VII.

PENUTUP 7.1 Kesimpulan Induvidu yang golongan darahnya A, didalam sel darah merahnya memiliki antigen A dan aglutinin B pada plasmanya. Individu yang bergolongan darah B. Di dalam sel darah merahnya memiliki antigen B dan pada plasmanya mengandung aglutinin A. Individu yang bergolongan darah AB, sel darah merahnya memiliki antigen A dan B, tetapi dalam plasma darahnya tidak memiliki aglutinin α dan Aglutinin β. Individu bergolongan darah O, sel darah merahnya tidak memiliki antigen A dan B, hanya dalam plasma darahnya memiliki aglutinin α dan aglutinin β. 7.2 Saran Dalam praktikum uji golongan darah pada manusia ini, jangan sekalisekali menggunakan jarum yang telah digunakan oleh probandus lain. Karena ditakutkan adanya penularan sebuah penyakit dari probandus sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Oktari, Anita dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide Dengan Reagen Serum Golongan darah A, B, O. Jurnal Teknologi Laboratorium. Vol. 5 No. 2: 49–50. Bandung: Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Suryo. 2001. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjag Mada University Press Swastini, D.A dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus Pelajar Kelas 5 Dan 6 Sekolah Dasar Di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar. Jurnal Udayana Mengabdi. Vol. 15 No. 1: 69. Bali: Universitas Udayana Tenriawaru, E.P dkk. 2016. Analisis Korelasi Antara Golongan Darah Tipe ABO Dengan Modalitas Dan Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Dinamika. Vol. 7 No. 1: 42. Palopo: Universitas Cokroaminoto Palopo Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas jember

LAMPIRAN...


Similar Free PDFs