Laporan Praktikum I Gerak Refleks KEL PDF

Title Laporan Praktikum I Gerak Refleks KEL
Course Biologi Manusia
Institution Universitas Negeri Jakarta
Pages 12
File Size 505 KB
File Type PDF
Total Downloads 303
Total Views 693

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM IPEMERIKSAAN GERAK REFLEKSKelompok 4 Wanda Khairina 1304618020 Aisyah Rizky Abdillah 1304618038 Inge Oktavianti Fabian 1304618079Dosen Pengampu : Drs. REFIRMAN DJ., M Ns. Sri Rahayu, M.PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2018FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEG...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM I PEMERIKSAAN GERAK REFLEKS

Kelompok 4 Wanda Khairina

1304618020

Aisyah Rizky Abdillah 1304618038 Inge Oktavianti Fabian 1304618079

Dosen Pengampu : Drs. REFIRMAN DJ., M.BIOMED Ns. Sri Rahayu, M.Biomed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2018 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2020

I. Tujuan 1. Mengetahui tempat-tempat pengukuran tendon 2. Mengetahui cara pengukuran refleks tendon 3. Melakukan pemeriksaan refleks tendon

II. Landasan Teori Sistem gerak pada manusia terbagi menjadi dua, yaitu gerak refleks (tidak sadar) dan gerak sadar (terkoordinasi). Refleks ialah aktifitas yang timbul langsung sebagai respon terhadap rangsangan tanpa olahan syaraf sentral bagian korteks. Refleks bermacam-macam dari yang sederhana hingga yang kompleks. Contoh refleks yang sederhana adalah refleks menyusu. Bayi yang baru lahir dan sehat sudah dapat menghisap susu dari payudara ibunya. Refleks alimentasi ini dapat dimulai dari pipi bayi yang disentuh puting payudara. Bayi akan menengok ke arah payudara yang akan dihisap itu. Mulutnya membuka, bibirnya menangkap puting payudara, mungkin tangannya akan memegang payudara itu, lalu timbul gerakan menghisap dan menelan. Semua aktifitas ini berjalan reflektoris (Suyanto, 2010). Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensr, interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh sel saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara atau neuron penghubung (Wulandari, 2009). Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak di sadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron konektor berada di otak, maka refleksnya di sebut refleks otak. Jika terletak di sumsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang (Taiyeb, 2016). Prinsip kegiatan system saraf ditampilkan dalam bentuk kegiatan gerak refleks. Dengan adanya gerak refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi

organism terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun luar organism (Syaifuddin: 2006) Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara ototmatis tanpa di sadari. Terdapat dua tipe refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar yang menyatu tanpa dipelajari, seperti menutup mata pada saat ada benda menuju ke arahnya dan refleks yang dipelajari atau refleks yang di kondisikan (conditioned refleks), yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, sepeti membelokkan stri mobil kalau mau menabrak benda. Kita mengerjaka hal tersebut secara ototmatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar (Basoeki, 2003) Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya menutup mata dari debu, menarik tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu (Pearce 2009). Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara ototmatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Gerak refleks yang paling sederhana memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, di terima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa di olah di dalam otak langsung di kirim tanggapan ke saraf motor untuk di sampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar, jalan pintas ini di sebut lengkung refleks (Wulandari, 2009). Kegiatan pada lengkung refleks di mulai di reseptor sensorik sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas di saraf eferen. Bila potensial aksi ini sampai ke efektor, terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensil aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen dengan eferen biasanya terdapat di sistem saraf pusat (Ganong, 2009).

III.

Alat dan Bahan

Bagian belakang sisir blow/ sutil kayu/ sendok nasi kayu/ tempat pinsil kecil kayu

IV.

Cara Kerja 1. Refleks Biseps a. Membuka lengan baju sampai di atas saku b. Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi fleksi 90˚ c. Mencari tendon bisep dengan cara meraba bagian distal otot biseps. Jika antebranchi fleksi maksimal maka tendon teraba bergerak d. Memukul pada bagian tendon tersebut menggunakan sendok kayu atau lainya e. Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan fleksi pada antebranchi maka dikatakan refleks biseps positif (+)

Bagan Alur gerak Reflek Bisep: Tempatkan tangan pada posisi fleksi 90⁰

Raba bagian distal otot bisep untuk mencari tendon bisep

Pukul pelan pada bagian tendon bisep

Gerakan halus: reflek positif

Tidak ada gerakan halus: reflek negatif

Anatomi tendon Otot bisep:

2. Refleks triseps (C7, C8 – Radial nerve) a. Membuka lengan baju sampai di atas siku b. Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi adduksi c. Mencari tendon otot branchii triseps dengan cara meraba bagian distal otot branchii triseps. Jika antebranchii adduksi maksimal maka tendon teraba bergerak

d. Memukul pada bagian tendon tersebut e. Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan adduksi pada antebranchii maka refleks triseps dikatakan positif (+)

Bagan Alur reflek otot trisep: Tempatkan tangan pada posisi adduksi

Raba bagian distal otot branchii trisep untuk mencari tendon trisep

Pukul pelan pada bagian tendon trisep

Gerakan halus: reflek positif

Tidak ada gerakan halus: reflek negatif

Anatomi tendon Otot trisep:

3. Refleks patellar /knee-jerk refleks (L3, L4 – femoral nerve) a.

OP duduk dengan posisi kaki menggantung

b.

Meraba bagian distal lutut untuk untun mencari tendon patella

c.

Memukul pada bagian tendon tersebut

d.

Bila tedapat gerakan eksistensi cruris maka dikatakan refleks patela positif (+) Terdapat Gerakan eksistensi cruris: reflek positif

Bagan Alur Reflek pada Otot Patella Tempatkan kaki pada posisi mengantung

Raba bagian distal lutut untuk mencari tendon patellar

Pukul pelan pada bagian tendon patellar

Tidak ada Terdapat Gerakan eksistensi cruris: reflek positif

Anatomi tendon Otot patella:

4. Refleks Achilles (S1, S2 – sciatic nerve) a. OP duduk dengan posisi kaki sejajar dengan lantai b. Melakukan dorso fleksi padsa plantar pedis. Meraba tendon Achilles c. Memukul pada bagian tendon tersebut d. Bila terdapat gerakan dorso fleksi maka dikatakan refleks achilles (+)

Bagan Alur Reflek pada Otot Patella Tempatkan kaki pada posisi sejajar dgn lantai

Melakukan dorso fleksi padsa plantar pedis untuk mencari tendon achilles

Anatomi tendon Otot Achilles:

Pukul pelan pada bagian tendon achilles

Terdapat Gerakan dorso fleksi: reflek positif

Tidak ada Terdapat Gerakan dorso fleksi: reflek positif

V.

Hasil dan Pembahasan

Tabel Pengamatan No

Nama OP

1. 2. 3.

Ari Pak Junaidi Davni

Refleks Biseps + + +

Refleks Triseps + +

Refleks Patella + + +

Refleks Achilles + + +

Pembahasan Pada praktikum gerak refleks yang dilakukan pada Senin, 2 November 2020 kami melakukan percobaan refleks biseps, triseps, patella dan Achilles kepada 3 OP. Praktikum ini bertujuan agar praktikan mengetahui tempat-tempat pengukuran tendon, mengetahui cara pengukuran refleks tendon dan melakukan pemeriksaan refleks tendon. Proses terjadinya gerak refleks ini tentunya diawali dengan adanya rangsangan, kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau sumsum tulang belakang melalui neuron sensorik dengan kecepatan yang sangat tinggi kemudian menuju ke efektor (luar tubuh) melalui neuron motorik sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang diperoleh. a. Refleks Biseps Pada percobaan refleks biseps langkah yang dilakukan yaitu membuka lengan baju sampai di atas saku lalu pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi fleksi 90˚. Kemudian mencari tendon bisep dengan cara meraba bagian distal otot biseps. Jika antebranchi fleksi maksimal maka tendon teraba bergerak dan memukul pada bagian tendon tersebut menggunakan sendok kayu atau lainya. refleks biseps positif (+) ditandai dengan terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan fleksi pada antebranchi. Pada hasil pengamatan, seluruh OP positif mengalami refleks pada otot bisep ketika diberi rangsangan dengan alat yang mirip dengan reflex hammer, terjadi kontraksi otot bisep ditandai dengan kedutan pada lengan bawah ke arah dalam tubuh atau adanya gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan fleksi pada antebranchi. Refleks

bisep tersebut gerakannya menjauh dan monosinaps. Monosinaps adalah gerak refleks yang hanya menghasilkan satu gerakan. Hasil positif serentak sama yang didapat oleh para OP juga dapat dipengaruhi oleh sumber stimulus yang sama yaitu hentakkan dari reflex hammer pada bagian muskulus tendon brachii di otot bisep, sehingga respon yang diberikan oleh para OP pun sama semua (Pearce, 2006). Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan tendon otot biseps) Impuls reseptor -> saraf sensorik/afferent (N. Musculocutaneus) -> medulla spinalis/ C5-C6 (pusat) -> neuron asosiasi/ perantara > saraf motorik (N. Musculocutaneus) -> efektor (M. Biceps Brachii). b. Refleks Triseps Pada percobaan refleks triseps langkah yang dilakukan yaitu, membuka lengan baju sampai di atas siku. Kemudian pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi adduksi lalu mencari tendon otot branchii triseps dengan cara meraba bagian distal otot branchii triseps. Jika antebranchii adduksi maksimal maka tendon teraba bergerak dan pemeriksa memukul pada bagian tendon tersebut. Refleks triseps dikatakan positif (+) bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan adduksi pada antebranchii. Refleks Trisep adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara sederhana, lengkung refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron efektor, dan organ efektor. Lengkapnya, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang kemudian diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf lalu diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah dalam otak namun langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor (otot atau kelenjar). Jalan pintas inilah yang dapat menjelaskan apa itu lengkung refleks (Syaifuddin, 2009). Pada hasil pengamatan, tidak semua OP positif mengalami refleks pada otot trisep yaitu ketika diberi rangsangan dengan benda yang mirip reflex hammer, terjadi kontraksi pada otot trisep ke arah luar tubuh (fleksi). Refleks trisep

gerakannya menjauh dan

monosinaps. Monosinaps adalah gerak refleks yang hanya menghasilkan satu gerakan. Hasil positif serentak sama yang didapat oleh para OP juga dapat dipengaruhi oleh

sumber stimulus yang sama yaitu hentakkan dari reflex hammer pada bagian muskulus tendon brakii di otot trisep, sehingga respon yang diberikan oleh para OP pun sama semua (Pearce, 2006), Selain itu, apabila terdapat perbedaan dari setiap individu dapat disebabkan oleh gerak refleks yang dapat dihambat oleh kemauan sadar dan stimulus yang diberikan dapat diubah menjadi bentuk aksi-aksi yang berbeda oleh reseptor, reseptor tersebut yang menimbulkan gerakan atau aksi-aksi yang berbeda dari setiap individu (Blumenthal, 2007). Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan

tendon otot triseps) Impuls -> reseptor -> saraf sensorik/

afferent (N. Radialis) -> medulla spinalis/ C5-C7 (pusat) -> neuron asosiasi/perantara > saraf motorik (N. Radialis) -> efektor (M. Triceps Brachii). c. Refleks Patella Pada percobaan refleks patella yang dilakukan dengan cara OP duduk dengan posisi kaki menggantung lalu praktikan meraba bagian distal lutut untuk untun mencari tendon patella dan emukul pada bagian tendon tersebut, dikatakan refleks patela positif (+) bila tedapat gerakan eksistensi cruris atau lutut bergoyang ke depan, yang merupakan refleks stretch. Hal ini disebabkan karena adanya kerja dari musculus quadriceps femoris yang menyampaikan impuls sensori ke corda spinalis dan menghasilkan impuls berupa kontraksi otot. Pada hasil pengamatan yang kami dapat semua OP menunjukan refleks patella positif, yaitu adanya respon kaki bergoyang ke depan sesuai dengan teori. Menurut Soewolo (2005) adanya respon menggoyangkan kaki kedepan karena pada saat ligamentum patella dipukul, respon berupa quadriseps berkontraksi menggerakkan otot ke depan. Burhan (2009) menyatakan bahwa refleks patella ini terjadi gerakan menjauhi dan termasuk refleks monosinaptik, yang hanya melibatkan satu sinaps saja. Pada pemeriksaan knee pess/ patella refleks didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps berarti orang coba normal. Perjalanan impulsnya yaitu :

Rangsangan (ketukan pada patella) Impuls -> reseptor -> saraf sensorik/ afferent (N. Femoris) -> medulla

spinalis/

L3-L4 (pusat) -> neuron

asosiasi/

perantara -> saraf

motorik (N. Femoris) -> efektor (N. Quadratus femoris). d. Refleks Achilles Pada percobaan refleks achilles yang dilakukan dengan cara OP duduk dengan posisi kaki sejajar dengan lantai. Kemudian pemeriksa melakukan dorso fleksi pasa plantar pedis. Dan meraba tendon Achilles. Lalu Memukul pada bagian tendon tersebut, dikatakan refleks achilles (+) bila terdapat gerakan dordo fleksi. Fenomena refleks achilles ini merupakan salah satu contoh dari refleks tendon yang melibatkan neuron asosiasi dan neuron motor. Refleks tendon terpola untuk melindungi tendon dari kerusakan yang mungkin dihasilkan karena tegangan yang berlebihan. Adanya organ neuron tendinose sebagai mekanoreseptor dapat mengakibatkan kontraksi tendon (Burhan, 2009). Pusat pengintegrasi refleks ini pada segmen sakral ke-1 dan kedua dari sumsum tulang belakang. Jika pelaku tidak dapat merasakan refleks ini maka telah terjadi kerusakan saraf pada otot kaki posterior atau sel saraf di dalam wilayah lumbosacral cordaspinal. Pada hasil pengamatan semua OP menunjukan refleks Achilles positif yaitu, setelah dipukul pada bagian tendon achillesnya, maka terdapat respon pada pelaku berupa kaki langsung bergerak/adanya gerakan kaki. Sehingga hal ini menunjukan bahwa gerakan kaki pelaku dalam keadaan normal merespon refleks. Refleks ini menunjukkan kontraksi gastroknemius dan solius (Tortora, 1984). Seperti yang dinyatakan Burhan (2009) bahwa Refleks tendon terpola untuk melindungi tendon dari kerusakan yang mungkin dihasilkan karena tegangan yang berlebihan. Dalam praktikum ini OP memberikan respon berupa adanya gerakan kaki yang artinya refleks tendon OP masih baik. Pada reflex Achilles Pess Refleks (APR), gerakan yang terjadi menjauhi martil refleks dan merupakan gerak refleks monosinaps karena hanya gerakan kaki yang ada. Pada respon yang terjadi ketika tendon Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Pada pemeriksaan achilles pess reflex didapatkan hasil yaitu terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius. Perjalanan Impulsnya yaitu :

Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls -> reseptor -> saraf sensorik/ afferent (N. Tibialis) -> medulla

spinalis/L5&S2 (pusat) -> n.asosiasi/perantara -> s.motorik

(N.

Tibialis) -> efektor (M. gastocnemius).

Kesimpulan 1. Gerak refleks ialah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak refleks dilakukan tanpa kesadaran. Mekanisme gerak refleks berlangsung secara spontan dibawah kontrol medulla spinalis, yakni; rangsang → reseptor → neuron sensorik → interneuron → medulla spinalis → interneuron → neuron motorik → efektor → gerakan. Impuls dari neuron motorik langsung menuju efektor diluar kontrol otak. 2. Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kontraksi otot biseps. 3. Ketukan pada tendon otot triseps diatas siku akan menyebabkan refleks berupa gerakan fleksi dalam hal ini berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps 4. Knee pess/ patella refleks, ketukan pada tendon patella menggunakan palu refleks akan menimbulkan refleks berupa ekstensi tungkai yang disertai dengan kontraksi otot kuadriseps. 5. Achilles pess refleks, ketukan pada tendon achiles akan menimbulkan rerfleks berupa plantar refleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. 6. Apabila terdapat perbedaan dari setiap individu dapat disebabkan oleh gerak refleks yang dapat dihambat oleh kemauan sadar dan stimulus yang diberikan dapat diubah menjadi bentuk aksi-aksi yang berbeda oleh reseptor.

VI.

DAFTAR PUSTAKA Basoeki, soedjono. 2003. Fisiologi Manusia. JICA: Malang. Burhan. 2009. Macam Refleks pada Manusia. (Online). (http://biologi-itey.com/2010/01/macamrefleks-pda-menusia.html, diakses tanggal 8 November 2020). Blumenthal, Louis. 2007. Atlas anatomi. Jakarta: Djambatan Ganong. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta. Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Ilmu Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ronquillo, Iysses. 2011. Sistem Saraf Manusia. (Online). http://wong168.wordpress.com/2011/04/12/sistem-saraf-manusia/feed. Diakses tanggal 20 November 2020. Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA: Malang. Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang. Suyanto, slamet. 2010. Hasil Kajian Neuroscience dan Implikasinya dalam Pendidikan. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY: Yogyakarta. Syaifuddin. 2006. Anatomo Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Taiyeb, mushawwir. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi FMIPA UNM : Makassar. Tortora, Gerard dan Nicholas P.A.1984. Principles of Anatomy and Physiology. New York: D Van Nostran Company. Wulandari, puspita. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino Vol. 1 No. 2....


Similar Free PDFs