laporan Praktikum Teknik Penangkapan Ikan PDF

Title laporan Praktikum Teknik Penangkapan Ikan
Author chepridho :D
Pages 29
File Size 601.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 263
Total Views 628

Summary

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Teknik penangkapan ikan merupakan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dengan cara dan teknik tertentu. Alat tangkap yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan di Waduk Sermo adalah jaring insang, pancing dan jala tebar. Potensi produksi tangkapan di Waduk Se...


Description

I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Teknik penangkapan ikan merupakan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dengan cara dan teknik tertentu. Alat tangkap yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan di Waduk Sermo adalah jaring insang, pancing dan jala tebar. Potensi produksi tangkapan di Waduk Sermo berkisar antara 52-85 kg/ha/th (Triyatmo et al., 1997) dan bila dilakukan penebaran secara teratur produksi tangkapan dapat mencapai 15,7 ton/tahun (Kamiso et al., 1997). Namun dalam meningkatkan produksi tangkapan secara berimbang diperlukan penelitian tentang ukuran mata jaring, sehingga dapat memberikan hasil tangkapan yang baik sesuai dengan ukuran mata jaring dan komposisi ikan tangkapannya. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan analisis peluang usaha penangkapan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Sermo, khususnya dan pengelolaan sumberdaya perairan umum di DIY dan tempat lain pada umumnya. Salah satu alat tangkap yamg ramah lingkungan yakni jaring insang atau gill net. Pengertian dari jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (singkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota perairan. Jumlah mata jaring ke arah horisontal atau ke arah mesh length (ML) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jaring kearah vertikal atau ke arah mesh depth (MD) (Martasuganda, 2008). Penelitian Supardjo et al. (2012) mengenai pengaruh musim terhadap komposisi hasil tangkap ikan menggunakan jaring insang ukuran mata jaring 1 inci, 1,5 inci, dan 2 inci di Waduk Sermo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tangkapan ikan didominasi oleh jenis red devil. Jenis ikan lainnya yang tertangkap yakni ikan nila, mujair, dan wader jumlahnya relatif sedikit. Penelitian ini lebih lanjut akan memberikan gambaran mengenai laju tangkap dan komposisi hasil tangkapan jaring insang dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Waduk Sermo merupakan salah satu waduk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena Waduk Sermo memiliki sumber daya perikanan yang melimpah. Waduk Sermo saat ini sedang dikembangkan kembali terkait potensi wisata yang dimiliki. Masuknya ikan red devil di waduk Sermo terjadi secara tidak sengaja. Pada sekitar tahun 1995 ketika PEMDA setempat melakukan penebaran benih ikanikan ekonomis tinggi, diduga benih ikan red devil tercampur dengan benih ikan ekonomis dan ikut ditebar. Populasi ikan red devil di waduk ini 1

tidak terkendali selama 5 tahun terakhir karena sifatnya yang agresif dan mendesak populasi ikan asli terutama yang benilai ekonomis (Hedianto & Purnamaningtyas, 2011). Terlepasnya ikan red devil (Amphilophus labiatus) menjadi kompetitor ganas dan makin melimpah jumlahnya (Rustadi, 2009). Ikan red devil tertangkap jaring insang sebagai jenis ikan yang tidak dikehendaki Namun karena jumlah tangkapan ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi semakin menurun, maka tangkapan ikan red devil menjadi alternatif target tangkapan jaring insang. 2. Tujuan 2.1 Mengetahui spesifikasi alat tangkap, 2.2 Mengetahui teknik penangkapan ikan. 2.3 Mengetahui komposisi hasil tangkapan 3. Manfaat Manfaat praktikum Teknik Penangkapan Ikan ini adalah agar mahasiswa mengetahui konstruksi secara umum alat tangkap ikan, khususnya jaring insang (gillnet) beserta mekanisme pengoperasiannya dan mengetahui aktivitas nelayan dalam melakukan penangkapan ikan.

2

II.

1.

TINJAUAN PUSTAKA

Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 menyebutkan definisi penangkapan ikan ialah

kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau dengan cara apapun, melainkan kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkan. Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi dalam penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun perairan umum secara bebas. Secara umum usaha perikanan tangkap dapat dibedakan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, antara lain gill net, payang, dogol, pancing tonda, dll, dimana masing-masing alat tersebut mempunyai perbedaan dalam cara pengoperasiannya dalam menangkap ikan. Kegiatan perikanan tangkap sangat tergantung pada tersedianya sumberdaya perikanan, baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya buatan (sarana dan prasarana pendukung). Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal adalah diterapkannya pengelolaan yang rasional. Pengelolaan yang rasional menerapkan sistem pengelolaan yang mencakup semua sumberdaya, termasuk diantaranya lingkungan sumberdaya ikan yang dimanfaatkan, perencanaan, organisasi, dan kelembagaan, serta sumberdaya manusia, terutama pelaku dan pemanfaat, baik lokal maupun pendatang (Nikijuluw, 2002). Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries) sesuai dengan Code of conduct for Responsible Fisheries (CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible fisheries). Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yang dicetuskan FAO tahun 1995 menyebutkan beberapa prinsip mengenai pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab serta himbauan bagi negara-negara lain untuk mengelola sumberdaya perikanannya. Butir-butir dalam prinsip-prinsip umum CCRF tersebut antara lain: 1) melindungi ekosistem perairan; 2) menjamin ketersediaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan; 3) pencegahan kondisi tangkap berlebih (overfishing); 4) rehabilitasi populasi perikanan dan habitat kritis; 5) mengupayakan konservasi; 6) penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan; 7) pengontrolan yang efektif terhadap upaya-upaya penangkapan di laut; 8) mencegah konflik antara nelayan skala kecil, menengah dan industri; 9) penjaminan mutu hasil tangkapan; 10) penjaminan terhadap keamanan dan keselamatan kapal, alat tangkap dan 3

ABK; dan 11) manajemen pengelolaan perikanan tangkap

yang terpadu

antar

instansi/lembaga (Wisudo dan Solihin , 2008). 2. Penelitian Perikanan Tangkap dengan Gillnet Penggunaan jaring gillnet sendiri sudah digunakan di berbagai daerah, baik pada perairan tawar maupun laut. Pengertian dari jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (singkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota perairan (Martasuganda, 2008). Jaring insang adalah jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan dipermukaan perairan, kolom perairan atau dihanyutkan didasar perairan Penelitian Supardjo et al. (2014) mengenai komposisi ikan hasil tangkapan jaring insang pada berbagai shortening di Waduk Sermo yakni 40%, 50%, 60%, dan 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah individu ikan dan berat dari ikan ditangkap dengan shortening 40%, 50%, 60% dan 70% tidak secara signifikan berbeda. Paling banyak jumlah ikan yang ditangkap dalam jaring pada shortening 60%, yaitu 392,69 g / trip, kemudian pada shortening 40%, yaitu 333,3 g / trip, berikutnya pada shortening 50% sebanyak 285,9 g / trip dan setidaknya dalam shortening 70% sebanyak 263,6 g/trip. Ardhalangit (2015) mengenai laju tangkap jaring insang di perairan waduk sermo kabupaten kulonprogo. Laju tangkapan jaring insang menunjukkan nilai CPUE tertinggi terdapat pada bulan Oktober trip 4 dengan nilai 68,2 gr/trip sedangkan bulan September trip 2 memiliki nilai CPUE terkecil dengan 2,9 gr/trip. Nilai dari CPUE menggambarkan tingkat produktivitas dari upaya penangkapan (effort). Nilai CPUE semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat produktivitas alat tangkap yang digunakan semakin tinggi pula 3. Kelebihan dan Kekurangan Gillnet Menurut Martasuganda (2002), alat tangkap gillnet memiliki beberapa kelebihan, namun juga memiliki beberapa kekurangan. Kelebihan dari gillnet antara lain adalah memiliki selektivitas yang tinggi, nelayan dapat menentukan ukuran mesh size yang diinginkan, stok ikan dapat dieksploitasi lebih selektif dibanding alat tangkap lainnya, pemasaran ikan-ikan yang memiliki ukuran undersized lebih dapat diterima / ditoleransi / diijinkan, pembuatan alat tangkap yang relatif mudah / konstruksi lebih sederhana, mudah dalam perawatannya, Tidak membutuhkan kapal khusus utuk settingnya karena di daerah tropis umumnya setting dilakukan dengan berenang/menyelam, kapal yang digunakan cukup 4

dengan kekuatan yang relatif kecil, hanya membutuhkan crew yang tidak terlalu banyak, biaya murah, jika menggunakan material sintetis, kualitas ikan yang ditangkap akan lebih baik kualitasnya karena ikan lebih cepat mati daripada ikan yang ditangkap dengan menggunakan material yang berasal dari serat alami. Gillnet juga memiliki kekurangan antara lain ghost net karena material sintetis tidak mudah busuk, sehingga jika gillnet terbuang di perairan akan membahayakan organisme di perairan, serta hasil tangkapan dari gillnet dapat dimangsa organisme lain.

5

III.

METODE

1. Lokasi dan Waktu Praktikum lapangan Teknik Penangkapan Ikan (TPI) dilaksanakan selama 2 hari yaitu 26-27 November 2016. Adapun lokasi praktikum lapangan ini bertempat di Waduk Sermo. Waduk Sermo terletak di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Alat dan Bahan a. Alat 

b. Bahan



Gillnet



Pelampung



Alat Ukur



Kapal



Alat tulis





Kuisioner Ikan hasil tangkapan.

GPS

3. Prinsip Kerja GPS dan Prinsip Pengoperasian Gillnet GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentu posisi yang memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa tergantung kepada waktu dan cuaca (Abidin 2002). GPS atau Global Positioning System, merupakan sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya di mana dia berada (secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. GPS bekerja dengan bantuan sinyal 28 satelit yang mengorbit disekeliling bumi. Posisi dari satelit ini adalah fix (latitude, longitude dan altitude-nya tidak akan berubah), maka dari itu satelit bisa menghitung posisi relative sesuatu benda di Bumi. Tiga satelit dapat digunakan untuk menghitung posisi dalam ruang 3D. Tapi ada kemungkinan kesalahan waktu (time error). Hal ini terutama karena pembengkokan sinyal (karena gravitasi atau refleksi dan sebagainya), jika terjadi Time Error sebesar 1/1.000.000 second, akan terjadi kesalahan jarak sebesar 300 m. Jadi satelit ke 4 diperlukan untuk menjaga agar kesalahan ini minimum. Alat tangkap yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gillnet, gillnet yang digunakan merupakan gillnet permukaan. Prinsip dasar jaring insang ini yaitu ditawur tegak lurus dalam arti memotong arus air (Van Brandt, 1984). Ini dikarenakan ikan cenderung berenang sejajar ataupun melawan arus, untuk itu pengoperasian jaring insang ini memotong 6

arah arus, maka ikan yang sedang berenang melawan ataupun searah arus air akan tersangkut jaring insang.

4. Metode Pengumpulan Data Metode pegumpulan data yang digunakan antara lain: a. Metode Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan tentang keadaan yang ada di Waduk Sermo. Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan (Sangadji dan Sopiah, 2010). Dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengadakan pengamatan secara langsung dan mengumpulkan data mengenai monitoring peneluran penyu di UPT Konservasi Penyu Pariaman. Selain itu mahasiswa dapat melakukan studi pustaka meliputi kajiankajian terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan monitoring peneluran penyu. b. Metode Partisipatif Partisipatif yaitu suatu gejala demokrasi pada saat seseorang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya (Sangadji dan Sopiah, 2010). Dimaksudkan agar mahasiswa melibatkan diri secara langsung dan ikut aktif dalam proses penangkapan ikan menggunakan jarring insang (gillnet). c. Metode Wawancara Wawancara merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan baik itu otoritas atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah (Nazir, 2011). Mahasiswa melakukan tanya jawab atau wawancara dan diskusi dengan pengurus maupun pengelola wisata di Waduk Sermo. 5. Analasis Data Pengambilan data dalam praktikum ini meliputi data-data kualitatif dan data-data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, seperti data metode pengoperasian alat tangkap purse seine dan alat tangkap serok serta aspek kapal. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan perhitungan seperti : 7

1.

Pelampung a.

Berat di udara A = jumlah pelampung x berat pelampung

b.

Daya Apung �=

1−

�� ��

��

ℎ �

Di mana, P

= Berat benda di air (kg)

A

= Berat benda di udara (kg)





c.



=1 = -3,10

Jarak antar Pelampung �

2.

��

ℎ ��



�=



� ��

� �





�� +





��





Pemberat a.

Berat di udara A = jumlah pelampung x berat pelampung

b.

Daya Apung �=

1−

Di mana,

��



P

= Berat benda di air (kg)

A

= Berat benda di udara (kg)





c.





��



=1 = 0,91

Jarak antar Pelampung

8



ℎ ��





� = ���

�= �





� �

� ��

+ ���





�� +





��





��

 Jaring mengapung jika bernilai positif  Jaring tenggelam jika bernilai negatif 3.

4.

Jaring a.

Slevedge

b.





� �

Badan/tubuh jaring

ℎ�

�=





� �

ℎ�

�=





� �

ℎ �

Format koordinat

=

��

� � ℎ �

� �� � � ℎ

� ℎ

��

� �

��





aa° mm’ dd” Keterangan : aa

: posisi lintang /bujur

mm

: menit

9

IV.

1.

KEADAAN UMUM DAERAH

Keadaan Wilayah Waduk Sermo Waduk Sermo merupakan salah satu objek wisata di Desa Hargowilis, Kabupaten

Kulon Progo. Sesuai letak geografisnya, Waduk Sermo terletak pada koordinat 7º50’ Lintang Selatan dan 110º10’ Bujur Timur merupakan badan air terbuka yang berlokasi di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo (Dinas Perikanan DIY, 2010). Waduk Sermo merupakan bendungan yang strategis untuk berbagai keperluan, misalnya untuk tujuan Pariboga (irigasi), Paritirta (tampungan air), Parimina (perikanan), Pariwisata (rekreasi) dan Olah Raga. Fungsi utama dari waduk ini ialah sebagai penampung air yang kemudiaan dikelola untuk air bersih (air minum), irigasi dan pengairan dengan volume tangkapan tidak terlalu luas hanya 25 juta m3. Waduk Sermo dengan luas genangan 157 hektar dapat mengairi beberapa daerah irigasi antara lain daerah Kalibawang, Onomulyo, Penjalin, Papah, Pengasih, Pekik Jamal, Clereng dengan total luasan irigasi 8.099 hektar.

Gambar 1. Wilayah Waduk Sermo (sumber : google gambar)

Waduk Sermo dibuat dengan cara membendung sungai Ngrancah, pembangunan waduk ini merupakan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan diresmikan pada bulan November 1996. Waduk Sermo merupakan bendungan yang strategis untuk berbagai keperluan, misalnya untuk tujuan Pariboga (irigasi), Paritirta (tampungan air), Parimina (perikanan), Pariwisata (rekreasi) dan Olah Raga. Waduk Sermo berfungsi sebagai pengontrol atau pencegah banjir ketika musim penghujan, dan sebagai pengembangan sektor pariwisata (Widyantara, 2011). Air tampungan waduk Sermo berasal dari sungai dan air

10

hujan. Tampungan air di kawasan waduk Sermo memberikan manfaat yang sangat besar untuk masyarakat setempat. Waduk Sermo memiliki daerah aliran sungai yang besar dan strategis bagi kelestariaan ekosistem lingkungan. Waduk Sermo dihuni oleh ikan asli dan ikan introduksi. Jenis ikan asli yang terdapat di Waduk Sermo adalah gabus, wader dan udang, sedangkan jenis ikan yang diintroduksi ialah nila merah, nila hitam, karper dan tawes (Rustadi, 2009). Ikan red devil merupakan jenis ikan yang secara tidak sengaja terintroduksi ke Waduk Sermo. Ikan red devil menjadi kompetitor ganas dan makin melimpah di Waduk Sermo (Rustadi, 2009) dan merupakan jenis ikan yang hasil tangkapannya dominan (Nilawati, 2012). Adanya ikan Red Devil membuat hasil tangkapan di daerah Waduk Sermo mengalami penurunan hasil tangkapan karena ikan Red Devil merupakan predator ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi seperti nila (Oreochromis niloticus), mas/karper (Cyprinus carpio), tombro (Tor sp.), dan tawes (Barbonymus gonionotus). Waduk Sermo pada perencanaanya dapat berumur 50 tahun guna menampung air sungai (irigasi), sekarang ini kondisinya mengalami penurunan kapasitas yang disebabkan adanya penumpukan sedimen tanah. Hasil dari pengamatan sedimentasi di waduk Sermo pada tahun 2001 dan 2002, mencapai ratarata 1.412.350 m3/th dan pada pengamatan tahun 2010, mencapai rata-rata 802.900 m3/th, yang artinya sudah ada penurunan volume sedimentasi (BPS Kabupaten Kulon Progo. 2010.). 2. Sarana Prasarana Waduk Sermo Sarana dan prasarana Kawasan Wisata Waduk Sermo meliputi bangunan yang berhubungan dengan tata kelola air, administrasi, dan sarana pendukung wisata. Sarana dan prasarana yang berhubungan dengan tata kelola air meliputi: Bendungan utama, bangunan pelimpah, terowongan pengelak, menara pengambilan, sarana elektrik, sarana mekanik, instrumentasi keamanan bendungan, Instrumentasi hidrologi, dan klimatologi. Untuk mendukung kelancaran administrasi dibangun Bangunan kantor, perumahan, dan wisma atau penginapan. Sarana pendukung wisata meliputi areal parkir, gardu pandang, rest area, masjid, dan beberapa warung makan yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Rest area cukup luas tersedia di bagian timur waduk, dibatasi portal untuk menjaga keamanan bendungan. Dengan dibangunnya portal ini, maka kendaraan yang masuk terbatas, sehingga kendaraan ukuran besar tidak dapat masuk melintasi portal tersebut. Pada sisi utara wadu...


Similar Free PDFs