Laporan Praktikum TSS PDF

Title Laporan Praktikum TSS
Course Dasar Kesehatan Lingkungan
Institution Universitas Diponegoro
Pages 23
File Size 715 KB
File Type PDF
Total Downloads 24
Total Views 433

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO 2017 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Akhir Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air 1. Judul 2. Penyusun 3. 4. Nama Mata 5. Lokasi Kegiatan 6. Waktu Kegiatan : L...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO 2017

HALAMAN PENGESAHAN Laporan Akhir Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air

1. Judul 2. Penyusun 3. Laboratorium/Bagian 4. Nama Mata Kuliah/SKS 5. Lokasi Kegiatan 6. Waktu Kegiatan

: Laporan Akhir Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air : Kelompok 2 : Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP/ Bagian Kesehatan Lingkungan : Laboratorium Kesehatan Lingkungan/3 SKS : Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP : Oktober-November 2017

Sudah diperiksa isi materi keilmuan dan disetujui.

Semarang, Desember 2017

Kepala Laboratorium Kesehatan

Dosen Pembimbing/Penguji

Lingkungan / Laboratorium Kesling FKM UNDIP

Yusniar Hanani D. STP, M.Kes

Dr. Dra. Sulistiyani, M.Kes

NIP 197109091995032001

NIP 196809111993032002

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Puji Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sehingga atas Rahmat dan Hidayahnya, maka Laporan Akhir Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air Kelompok 2 dapat diselesaikan dengan baik. Proposal ini disusun oleh Penulis dari Peminatan Kesehatan Liingkungan dalam Mata Kuliah Laboratorium Kesehatan Lingkungan Semester V tahun ajaran 2017 guna keperluan pelaksanaan Mata Kuliah Laboratorium Kesehatan Lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Penyusun laporan kegiatan ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Dra. Sulistiyani, M.Kes selaku dosen PJMK Mata Kuliah Laboratorium Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan pengarahan dan masukan 2. Dosen Pengampu Mata Kuliah Laboratorium Kesehatan Lingkungan dan Penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan yang telah memberi pengarahan dan masukan kepada kelompok kami 3. Asisten Praktikum yang telah mendampingi dan mengusahakan kelompok kami selama berlangsung praktikum hingga pembuatan laporan praktikum 4. Teman-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan tahun 2018 Akhirnya penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan potensi dan keilmuan. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Semarang, Desember 2017

Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

TSS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E.

Industri Tahu dan Limbah Tahu Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu Total Suspended Solid (TSS) Metode Pengujian TSS Baku Mutu TSS (Total Suspended Solid)

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Alat B. Bahan C. Skema Kerja BAB IV HASIL A. Hasil Pengujian B. Perhitungan BAB V PEMBAHASAN A. B. C. D.

Deskripsi Pengujian Gambaran Umum Sampel Hasil Pnegujian Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Hasil Praktikum

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Hasil Pengujian TSS dengan Kertas Saring Tabel 4.2 Hasil Pengujian TSS dengan Cawan

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Skema Kerja Pengujian TSS dengan Menggunakan Cawan Gambar 3.2 Skema Kerja Pengujian TSS dengan Menggunakan Kertas Saring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat digunakan. Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya. Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Air murni tidak berwarna, tapi air dialam sering berwarna oleh zat asing. Air yang warnanya sebagian disebabkan bahan tersuspensi dikatakan memiliki warna tampak (apparent color). Warna yang disebabkan oleh padatan terlarut yang tersisa setelah penghilangan bahan tersuspensi dikenal sebagai warna sesungguhnya (true color). Setelah hubungan dengan puing-puing organik seperti daun, batang pohon, rumput atau kayu, air mengambil tannin dan asam humus dan berwarna coklat kekuningan. Besi oksida menyebabkan air kemerahan dan mangan oksida menyebabkan air coklat atau kehitaman. Air yang berwarna secara estetis tidak dapat diterima masyarakat. Kenyataannya, bila diberi pilihan masyarakat cenderung memilih air yang jernih tidak berwarna. Air yang sangat berwarna tidak cocok untuk mencuci, mandi, minum, produksi dan pengolahan makanan. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kualitas air tersebut utamanya padatan tersuspensi maka diadakanlah percobaan pengukuran Total Suspended Solid dengan menggunakan metode Gravimetri.

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui kadar zat padat tersuspensi dalam sampel limbah cair tahu dengan metode kertas saring/filter 2. Untuk mengetahui kadar zat padat tersuspensi dalam sampel limbah cair tahu dengan metode cawan porselen 3. Untuk membandingkan hasil kadar zat tersuspensi menggunakan cawan porselen dan dengan menggunakan kertas saring 4. Untuk membandingkan hasil kadar zat padat tersuspensi hasil pengukuran dengan baku mutu maksimal yang diperbolehkan menurut PERMEN LH No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah C. Manfaat 1. Praktikan mampu menguji kadar TSS dalam sampel limbah cair tahu 2. Praktikan mampu menganalisis hasil pengukuran TSS dari metode cawan porselen dan kertas saring 3. Praktikan mampu mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran TSS 4. Praktikan mampu memprediksi dampak dari TSS yang melebihi standar baku mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Tahu dan Limbah Tahu Salah satu industri rumah tangga yang cukup berkembang adalah industri tahu. Pabrik tahu menghasilkan limbah dalam jumlah yang cukup banyak. Air buangan pabrik tahu mengandung bahan organik dengan konsentrasi tinggi. Senyawa organik tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, minyak, dan lemak.1 Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat industri tahu belum dirasakan dampaknya karena limbah padat industri tahu bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.2 Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang dihasilkan.3 Air banyak digunakan sebagai bahan pencucian dan merebus kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari banyaknya pemakaian air dalam proses pembuatan tahu maka limbah cair yang dihasilkan juga cukup besar. Limbah cair industri tahu memiliki beban pencemar yang tinggi. Pencemaran limbah cair industri tahu berasal dari bekas pencucian kedelai, perendaman kedelai, air bekas pembuatan tahu, dan air bekas perendaman tahu. Air limbah tersebut mengandung bahan organik, bila langsung dibuang ke badan air penerima tanpa adanya proses pengolahan maka akan menimbulkan pencemaran, seperti menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap dan berkurangnya oksigen yang terlarut dalam air sehingga mengakibatkan organisme yang hidup di dalam air terganggu karena kehidupannya tergantung pada lingkungan sekitarnya. Pencemaran yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkan matinya organisme yang ada dalam air, mengingat air berubah kondisinya menjadi anaerob. 4 Menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air berarti kondisi pencemaran di dalam air semakin meningkat, maka diperlukan pencegahan pencemaran akibat limbah cair industri tahu agar habitat dan kehidupan air yang ada di sekitar lingkungan tetap terlindungi.5 B. Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu Karakteristik limbah cair industi tahu antara lain: 6 1. Temperature limbah cair tahu biasanya tinggi (60-80oC) karena proses pembuatan tahu butuh suhu tinggi pada saat penggumpalan dan penyaringan 2. Warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai adanya suspensi berwarna putih. Zat terlarut dan tersuspensi mengalami penguraian hayati maupun

3. 4. 5.

6.

kimia sehingga berubah warna. Proses ini merugikan karena air buangan berubah menjadi warna hitam dan busuk yang memberi nilai estetika yang kurang baik. Bau air buangan industri tahu karena proses pemecahan protein oleh mikroba alam sehingga timbul bau busuk dari gas H2S. Kekeruhan pada limbah disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dan terlarut dalam limbah cair pabrik tahu Limbah cair tahu mengandung asam cuka sisa proses penggumpalan tahu sehingga limbah cair tahu bersifat asam (pH rendah). Pada kondisi asam ini terlepas zat-zat yang mudah menjadi gas Pencemaran limbah cair organik pada suatu perairan diukur dengan uji COD dan BOD. Angka COD biasanya lebih besar 2-3 kali dari angka BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses biologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Angka COD dan BOD pada limbah cair tahu biasanya tinggi.

Limbah tahu secara alami sudah mengandung mikroorganisme kandungan bahan organiknya tinggi. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupu terlarut akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam limbah cair akan beruba warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk yang bisa mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah cair ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan makan akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya. Limbah cair tahu yang paling berbahaya apabila dibuang secara langsung ke lingkungan adalah whey yang merupakan hasil samping proses penggumpalan dan kandungan bahan organiknya sangat tinggi dan Ph rendah karena mengandung cuka sisa bahan untuk pembuatan tahu. Secara fisik, whey berwarna kuning, kental, dan berbau menyengat jika tersimpan lebih dari 24 jam.7 C. Total Suspended Solid (TSS) Padatan tersuspensi total adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat bertahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain sehingga mengakibatkan terjadi penggumpalan, kemudia diikuti dengan pengendapan. Selain mengandung padatan tersuspensi, air buangan juga sering mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, misalnya protein. TSS merupakan residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal

2 µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.8 Total padatan tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada kertas saring milipore berdiameter 0,45 µm. Nilai total padatan tersuspensi merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan maupun di perairan. TSS yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama, mengahalangi dan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut ke dalam badan air. Kedua, secara langsung total padatan terlarut (total dissolved solid) yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang. Total suspended solid dapat memberikan pengaruh yang luas dalam ekosistem perairan.9 D. Metode Pengujian TSS Uji TSS dilakukan secara gravimetri menurut SNI-06-6989.3-2004, Air dan air limbah – bagian 3. Metode ini merupakan hasil revisi dan butir 3.6 pada SNI 06-24131991, Metode pengujian kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dan metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water. Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetri.10 Metode cawan dan kertas saring merupakan metode gravimetri. Analisis gravimetri adalah penentuan kuantitatif berdasarkan bobot, proses isolasi serta penimbangan unsur atau senyawa tertentu dan unsur tersebut dalam bentuk semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu porsi zat yang sedang diuji, yang telah ditimbang. Kelebihan yang penting dari analisis gravimetri dibandingkan analisis titrimetri adalah bahwa zat penyusun telah diisolasi dan jika perlu dapat diselidiki terhadap ada tidaknya zat pengotor, dan diadakan koreksi. Kekurangan dari metode gravimetri adalah bahwa metode ini umumnya lebih memakan waktu.11 Prinsip pengujian TSS yaitu sampel disaring dengan kertas filter, filter yang mengandung zat tersuspensi dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang mengapun, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral.10 E. Baku Mutu TSS (Total Suspended Solid) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa batas maksimal kadar tersuspensi dalam air yang diperbolehkan yaitu 50 mg/L.10 Dalam teknik menyeragamkan pengujian kualitas air dan air limbah, maka dibuat Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6989-2004, Air dan Limbah, Bagian 3 Cara Uji Padatan Tersuspensi Total secara Gravimetri. Berdasarkan PERMEN LH Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, menyatakan bahwa untuk Parameter TSS adalah 200 mg/L. Baku mutu air limbah domestik berlaku bagi usaha/kegiatan pemukiman rumah makan, perkantoran, perniagaan, dan apartemen.12

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Alat 1. Cawan porselen (3 buah) 2. Kertas saring (3 buah) 3. Oven 4. Penjepit 5. Timbangan analitik 6. Desikator 7. Erlenmeyer (3 buah) 8. Gelas ukur 100 ml 9. Pinset 10. Corong kaca (3 buah) 11. Pipet ukur dan bulb B. Bahan 1. Sampel air limbah tahu 2. Aquades C. Skema Kerja 1. Menggunakan cawan Dicuci cawan tersebut dengan menggunakan aquades

Dipanaskan cawan dalam oven dengan suhu 105o C sampai kering selama 15 menit

Dinginkan cawan selama 15 menit dalam desikator lalu ditimbang berat cawan

Dikocok sampel hingga merata dan dipindahkan pada cawan sebanyak 5 ml

Dipanaskan cawan tersebut pada suhu 120oC selama 1 jam

Dinginkan cawan selama 15 menit dalam desikator kemudian timbang berat cawan. Dihitung selisih berat cawan sebelum dan sesudah diberi sampel Gambar 3.1 Skema Kerja Pengujian TSS dengan Menggunakan Cawan

2. Menggunakan Kertas Saring Dipanaskan kertas saring dalam oven 105oC selama 15 menit dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang beratnya

Homogenkan sampel, ambil 5 ml dan saring dengan kertas saring

Diambil kertas saring dan panaskan pada suhu 120oC selama 10 menit

Dinginkan kertas saring tersebut dalam desikator selama 15 menit lalu timbang beratnya dan hitung selisih beratnya Gambar 3.2 Skema Kerja Pengujian TSS dengan Menggunakan Kertas Saring

BAB IV HASIL A. Hasil Pengujian Tabel 4.1 Hasil Pengujian TSS dengan Kertas Saring

Kertas Saring 1 2 3

Berat Sebelum diberi Sampel 1187,2 mg 1181,1 mg 1186,2 mg

Berat Sesudah diberi Sampel 1217,6 mg 1216,8 mg 1215,6 mg

Tabel 4.2 Hasil Pengujian TSS dengan Cawan

Cawan 1 2 3

Berat Sebelum diberi Berat Sesudah diberi Sampel Sampel 34048,9 mg 34087,9 mg 31212,9 mg 31253,6 mg 33046,6 mg 33086,9 mg

B. Perhitungan Rumus perhitungan TSS: Mg/L Zat Tersuspensi = (A-B) x 1000 C Keterangan : A : Berat kertas saring/cawan dan residu setelah pemanasan B : Berat kertas saring/cawan kering tanpa residu C : ml sampel (volume sampel) 1. Perhitungan dengan Kertas Saring Zat Tersuspensi 1 : (1217,6 – 1187,2) x 1000 5 : 6080 mg/L Zat Tersuspensi 2 : (1216,8 – 1188,1) x 1000 5 : 5740 mg/L Zat Tersuspensi 3 : (1215,6 – 1186,2) x 1000 5 : 5880 mg/L Rata-rata Zat Tersuspensi pada Kertas Saring

: KS 1 + KS 2 + KS 3 3 : 6080 + 5740 + 5880 3 :5900 mg/L

2. Perhitungan dengan Cawan Zat Tersuspensi 1 : (34087,9 – 34048,9) x 1000 5 : 7800 mg/L Zat Tersuspensi 2 : (31253,6 – 31212,9) x 1000 5 : 8140 mg/L Zat Tersuspensi 3 : (33086,9 – 33046,6) x 1000 5 : 8060 mg/L Rata-rata Zat Tersuspensi pada Cawan : C 1+ C 2+C 3 3 : 7800 + 8140 + 8060 3 : 8000 mg/L Jadi, zat padat tersuspensi yang disaring menggunakan kertas saring memiliki rata-rata sebesar 5900 mg/L, sedangkan zat padat tersuspensi yang mengering pada cawan memiliki rata-rata sebesar 8000 mg/L yang dihitung berdasarkan 3 buah sampel.

BAB V PEMBAHASAN A. Deskripsi Pengujian Pengujian TSS dilakukan dengan 2 cara, yaitu kertas saring dan cawan. Sampel yang digunakan adalah limbah cair tahu. Cara pertama yaitu dengan kertas saring. Pertama kertas saring dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 15 menit. Lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang beratnya. Selanjutnya, kertas saring dimasukkan pada corong kaca dan ditetesi sampel air limbah sebanyak 5 ml. Sampel dibiarkan menetes hingga kertas saring kering (tidak ada air sampel yang tersisa). Setelah itu, kertas saring dipanaskan dalam oven pada suhu 120oC selama 10 menit dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Kertas saring ditimbang dan dihitung selisihnya dengan berat awal sebelum diberi sampel. Cara pengujian kedua adalah dengan menggunakan cawan. Cawan dibersihkan dengan aquades lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 15 menit. Lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang beratnya. Selanjutnya, cawan diberi air sampel limbah tahu sebanyak 5 ml dan dipanaskan dalam oven pada suhu 120oC selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Cawan ditimbang dan dihitung selisih berat cawan sebelum dan sesudah diberi sampel. B. Gambaran Umum Sampel Sampel ...


Similar Free PDFs