LAPORAN REPRODUKSI TERNAK PDF

Title LAPORAN REPRODUKSI TERNAK
Author Holip Mustofa
Pages 54
File Size 1000.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 213
Total Views 279

Summary

ACARA I. ANATOMI DAN HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI JANTAN Tinjauan Pustaka Sistem reproduksi sangat penting dalam kehidupan karena reproduksi yang baik akan menjamin keberlangsungan ternak. Organ reproduksi jantan terdiri atas testis, epididymis, ductus deferens, kelenjar vesicularis, kelenjar prostata...


Description

ACARA I. ANATOMI DAN HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI JANTAN

Tinjauan Pustaka Sistem reproduksi sangat penting dalam kehidupan karena reproduksi yang baik akan menjamin keberlangsungan ternak. Organ reproduksi jantan terdiri atas testis, epididymis, ductus deferens, kelenjar vesicularis, kelenjar prostata, kelenjar bulbourethralis, urethra, dan penis. Masing-masing alat reproduksi jantan tersebut tersusun atas sel-sel yang memiliki fungsi masing-masing. Testis Anatomi. Menurut Feradis (2010), spermatozoa atau gamet jantan dihasilkan oleh sepasang testis di mana pada hampir sebagian besar golongan hewan domestik tergantung di luar tubuh. Testis terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam kantong scrotum dan digantung oleh funiculus spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testes dalam perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum. Menurut Frandson (1992), scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Selapis jaringan fibroelastis bercampur dengan serabut otot polos disebut tunica dartos, terdapat di sebelah dalam kulit. Testis agak bervariasi dari spesies ke spesies dalam hal bentuk ukuran dan lokasi tetapi struktur dasarnya sama. Tubulus seminifarus dikellilingi kapsul serat melintang masuk dari tunika albugenia membentuk kerangka atau stroma. Menurut hafez (2000), dalam keadaan normal kedua testis mempunyai ukuran yang sama dan dpat bergerak bebas di dalam skrotum. Sekitar 60 sampai 90% dari jaringan testis ditempati oleh tubuli seminiferi sedangkan sisanya adalah jaringan interstisial, vaskuler, dan jaringan ikat. Jaringan interstitial terdiri atas sel interstitial atau sel leydig yang menghasilkan hormone testosterone.

1

Histologi. Testis dikelilingi tunika vaginalis. Testis terletak didalam skrotum yang merupakan suatu struktur yang mengatur panas. Sperma yang hidup dalam testis tidak akan dapat berkembang dalam lingkungan suhu tubuh hewan, oleh karena itu testis perlu turun dari dalam rongga tubuh, supaya testis selalu berada pada kisaran suhu yang relatif sempit (Blakely and Bade, 1998). Menurut Dellmann (1992), bila testis diangkat dari skrotum, lapisan partikel tunika vaginalis tetap melekat pada skrotum, sedangkan lapis viseralis, pembalut peritoneum pada testis (dan epididymis) tetap bertaut erat pada kapsula testis dibawahnya, yakni tunika albuginea. Lapis viseralis tunika vaginalis terdiri dari mesotel dan jaringan ikat yang melekat pada tunika albugenia. Tunika albugenia merupakan kapsula yang padat, terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur. Materi utamanya adalah serabut kolagen dan sedikit serabut elastis. Pada kuda, babi dan domba jantan, sering tampak otot polos di dalamnya. Banyak cabang arteri serta vena testikularis membentuk lamina vaskulosa. Tunika albugenia berlanjut dengan trabekula yang disebut septula testis, yang arah susunannya memusat ke mediastinum testis. Faktor yang mempengaruhi ukuran dari alat reproduksi ternak yaitu umur, berat ternak, jenis, spesies dan faktor genetika (Dellmann, 1992). Spermatogenesis adalah suatu proses dimana sel-sel kelamin primer dalam testis menghasilkan spermatozoa. Spermatogenesis meliputi serangkaian tahapan dalam pembentukan spermatozoa, diantaranya spermatogonia, spermiogenesis,

spermatosit dan

primer,

spermatozoa

dua

spermatosit

(Frandson,

1992).

sekunder, Menurut

Samsudewa (2006), Lingkar skrotum erat hubungannya dengan potensi produksi semen seekor pejantan. Hal ini terutama disebabkan oleh lingkar skrotum berkorelasi positif dengan sel-sel ephitel seminiferi dimana spermatozoa dihasilkan. Epididymis. Anatomi. Menurut Frandson (1992), epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada

2

testis dengan ductus deferens. Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis di mana pembuluh-pembuluh darah dan saraf masuk. Menurut Ulum (2013), epididimis merupakan saluran tunggal memanjang berliku pada sisi medial testis. Ujung dari ductus epididimis adalah prosesus uretralis yang terletak pada ujung glans penis. Menurut Frandson (1992), Epididymis berperan sebagai tempat untuk pemasakan spermatozoa sampai waktu saat spermatozoa dikeluarkan dengan ejakulasi. Histologi. Epididymis berbentuk bulat panjang dan melekat pada testis. Epididymis terbagi tiga yaitu caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor). Epididymis berisi ductus, ductus berasal dari ductus deferren. Menurut Frandson (1992), .epididymis merupakan pipa panjang berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Spermatozoa belum masak ketika meninggalkan testikel dan harus mengalami periode pemasakan di dalam epididymis sebelum mampu membuahi ovum. Menurut Foley (2001), epididymis mempunyai fungsi sebagai transport (di bagian caput epididymis dan corpus epididymis), konsentrasi, maturasi atau pematangan, dan penyimpanan sperma (di bagian cauda epididymis). Epididymis mamalia merupakan alat kelamin aksesoris dinamik, tergantung pada androgen testikularis untuk memelihara status diferensiasi epitel. Terdiri dari sejumlah (8 samapai 25) duktuli deferentes dan duktus epididimidis yang panjang dan berliku-liku. Secara mikroskopik, epididymis terdiri kepala, badan dan ekor terbungkus oleh tunika albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur dibalut oleh lapis visceral tunika vaginalis. Pada kuda jantan, tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar di dalamnya (Dellmann, 1992).

3

Ductus deferens Anatomi. Menurut Feradis (2010), vas deferens atau ductus deferens mengangkut spermatozoa dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Kedua ductus deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductusdeferens. Menurut Frandson (1992), duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui canal inguinal. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati urethra, bersatu dan peritonuim yang disebut lipatan urogenital. Histologi. Ductus deferens (vas deferens) adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari epididymis ke ductus ejakulatoris dalam urethra prostatic. Ductus deferens beberapa hewan homolog dengan uterus, yaitu uterus muskulinus yang merupakan lipatan genital antara dua ductus deferens. Struktur homolog tersebut mempunyai asal-usul embriologi yang sama (Frandson, 1992) .

Menurut Dellmann

(1992), duktus deferens merupakan kelanjutan dari duktus epididimidis yang setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk duktus deferens dengan ciri histologinya. Bagian awal duktus deferens terdapat dalam funikulus spermatikus. Dalam rongga perut, berlanjut dalam bentuk lipatan peritoneum (plica duktus deferentis). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis . Kelenjar tambahan Kelenjar

Vesicularis.

Menurut

Frandson

(1992),

kelenjar

vesicularis adalah sepasang kelenjar yang biasanya bermuara dengan ductus deferens melalui bermacam-macam ductus ejakulatori ke dalam urethra pelvik kemudian ke kaudal leher kandung kencing. Menurut Feradis (2010), kelenjar vescularis mensekresikan cairan keruh dan lengket yang mengandung protein, kalium asam sitrat, fruktosa dan beberapa enzim dengan konsentrasi tinggi berwarna kuning karena

4

mengandung flavin dengan pH berkisar 5,7 sampai 6,2. Sekresi kelenjar veskularis membentuk 50% dari volume ejakulat normal pada sapi. Kelenjar Prostata. Menurut Feradis (2010), kelenjar prostata sapi mengelilingi urethra dan terdiri dari dua bagian , yaitu badan protasta (corpus prostatae) dan prostata disseminata atau prostata yang cryptik (pars disseminata prostatae). Sekresi dua bagian ini berjalan melaui saluran kecil dan banyak yang bermuara ke dalam urethra pada beberapa deretan. Menurut Frendson (1992), kelenjar prostat pada anjing dan kuda mempunyai struktur yang berlainan dan berbentuk seperti kenari. Kelenjar prostat pada hewan lain cenderung jauh lebih besar sepanjang pelvic urethra dan tertutup oleh otot urethra. Kelenjar prostat dapat menjadi lebih besar dan berhubungan dengan system uriner. Kelenjar ini menghasilkan sekresi alkalin yang membantu memberikan bau yang karakteristik pada cairan semen. Kelenjar Bulbourethralis. Menurut Feradis (2010), kelenjar cowper (glandulae bulbourethralis) terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal. Kelenjar-kelenjar tersebut terletak di atas urethra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Kedua saluran ekskretoris kelenjar cowper mempunyai muara kecil terpisah di tepi lipatan mucosa urethra. Urethra Menurut

Feradis

(2010),

urethra

musculinus

atau

canalis

urogenetalis adalah saluran ekskretoris bersama untuk urin dan semen. Urethra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung glans sebagai orificium urethrae externa. Urethra dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu bagian pelvis, bulbus urethralis dan bagian penis. Penis Anatomi. Menurut Ulum (2013), penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan yang terdiri dari pangkal, badan dan glans penis yang disertai dengan prosesus uretralis. Menurut Feradis (2010), bagian ujung

5

atau glans penis terletak bebas dalam praeputium. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan diselimuti oleh suatu selubung fibrosa tebal berwarna putih disebut tunica albuginea dan bagian ventral terdapat corpus cavernosum urethra, suatu struktrur yang relative lebih kecil yang mengelilingi urethra. Menurut Ulum (2013), praeputium merupakan kulit pembungkus yang berfungsi sebagai pembungkus penis. Menurut Frandson (1992), praeputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara dari lapisan dalam menyerupai membrana mukosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan ekskremitas bebas penis. Menurut Feradis (2010), penis mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan semen kedalam organ reproduksi betina. Histologi. Penis merupakan organ kopulatoris pada hewan jantan, berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelatik (kenyal). Penis membentang ke depan dari arcus ischiadicus pelvis sampai ke daerah umbilicus pada dinding ventral perut. Jaringan penis bersifat fibroelastik dan agak kaku walau dalam keadaan tidak ereksi . Menurut Dellmann (1992), penis terdiri dari dua struktur erektil, korpora kavernosa penis, korpus spongiosum penis, mengitari uretra spongiosa, dan glans penis. Sepasang korpora kavernosa penis muncul dari tuberositas isiadikus dan membentuk badan penis (corpus penis). Korpora kavernosa penis dibalut oleh tunika albuginea, berbentuk jaringan ikat pekat tidak teratur dan tebal, mengandung serabut elastik dan otot polos. Glans penis sangat berkembang pada kuda dan anjing jantan. Dibalut oleh tunika albuginea yang kaya akan serabut elastik.

6

Materi dan Metode

Materi Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi organ reproduksi ternak jantan adalah pita ukur, timbangan digital, dan kertas kerja, sedangkan lat yang digunakan pada praktikum hitologi organ reproduksi ternak jantan adalah mikroskop cahaya, alat tulis, dan kertas kerja. Bahan.

Bahan yang digunakan pada praktikum anatomi organ

reproduksi ternak jantan adalah preparat basah organ reproduksi jantan Domba Ekor Tipis, sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum hitologi organ reproduksi ternak jantan adalah preparat histologi organ reproduksi jantan. Metode Anatomi. Metode yang dilakukan pada saat kegiatan praktikum anatomi organ reproduksi ternak jantan yaitu, preparat diamati, dibedakan, dan diukur dengan seksama menggunakan pita ukur lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Diterangkan kembali apa yang telah dikerjakan selama pengamatan, pengukuran, dan penimbangan. Hasil pengamatan ditulis pada kertas kerja. Histologi. Metode yang dilakukan pada saat praktikum hitologi organ reproduksi ternak jantan adalah preparat diamati menggunakan mikroskop cahaya untuk kemudian dibedakan masing-masing preparat histologi untuk diketahui peran dari masing-masing sel dalam rangka membantu

fungsi

reproduksi

secara

keseluruhan.

Semua

pengamatan digambar menggunakan pensil warna pada kertas kerja.

7

hasil

Hasil dan Pembahasan Praktikum dilakukan dengan mengamati organ reproduksi domba ekor tipis jantan umur 1 tahun dan berat badan 25 kg. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data pengukuran dan penimbangan organ reproduksi jantan tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Penimbangan Organ ReproduksiJantan Organ reproduksi Testis Epididimis Ductus deferen Ampulla ductus deferens Kelenjar vesikularis Kelenjar prostate Kelenjar bulbourethralis Penis

Panjang (cm) 7,5 28 4,5

Lebar (cm) 5,6 1

3,5 -

2,1 -

8,5

-

Tinggi (cm) -

Berat (gr) 2,65 0,375 -

-

-

0,3 -

0,11 -

-

-

-

-

Testis. Anatomi. Berdasarkan pengamatan saat praktikum, diperoleh

panjang testis 7,5 cm, lebar 5,6 cm, dan berat 2,65 gram. Menurut Samsudewa (2006), panjang testis domba ekor tipis pada umur 9 bulan adalah 4,8 cm, berat 277 gram dengan lebar 3,33 cm. Menurut Toelihera (1993), bahwa berat sepasang testis domba adalah 275 gram dengan panjang 10 cm dan lebar 6 cm. Bentuk testis (tunggal) atau testes (jamak) bulat panjang. Testis terbungkus oleh selaput putih mengkilat yang disebut tunica albuginea yang mengandung urat saraf dan urat darah. Menurut Feradis (2010), testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi, yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel kelamin jantan dan mensekresikan hormon kelamin jantan yaitu testoteron. Sepuluh persen sisanya dari seluruh isi testis terdiri dari dari jaringan ikat, pembuluhpembuluh darah sel-sel penghasil hormon penting yang disebut sel leydig. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli siminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testoteron diproduksi oleh sel-

8

sel interstitial dari leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone). Menurut Frandson (1992), rete testis terdiri dari saluran-saluran yang beranastomose dalam mediatinum testis. Saluran-saluran ini terletak diantara tubulus siminiferosa dan duktuli eferens yang berhubungan dengan ductus epididimis dalam kepala epididimis. Testes pada semua ternak dewasa terdapat di dalam suatu kantong luar yang disebut scrotum. Menurut Feradis (2010), di bawah kulit scrotum terdapat tunica dartos, suatu selubung yang terdiri dari jaringan fibroeslatik dan otot licin. Lapisan berikutnya adalah tunica vaginalis communis, suatu fascia scrotalis tebal berwarna putih yang mengelilingi kedua tengahan scrotum secara terpisah. Fungsi scrotum selain menyokong dan melindungi testes juga dapat mengatur temperatur testis dan epididimis. Menurut Feradis (2010), suhu testes 50C atau 60C dibawah suhu badan. Terdapat mekanisme yang berbeda yang bekerja secara terpisah sehingga pengaturan suhu tersebut dapat berhasil. Ketika suhu dingin, otot cremaster dapat menarik scrotum mendekati tubuh, sehingga suhu testes dapat dipertahankan hangat, jika suhu panas, otot tersebut mengendur dan testes turun menjauhi tubuh, sehingga memungkinkan pelepasan panas hingga suhu testes menjadi lebih dingin. Mekanisme ini juga diatur oleh plexus pampiniformis, di mana vena dan arteri saling menjalin secara kompleks dengan darah dalam vena yang meninggalkan testes menuju ke tubuh untuk mendinginkan darah arteri menuju testes. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapat hasil bahwa panjang testis dalam keadaan normal, sedangkan berat dan tebalnya berada di bawah kisaran normal. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik.

9

Testis

Gambar I.1. Testis Histologi. Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) ( Saputro et al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium, spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda, dan spermatid matang ( Susatyo dan Chaeri, 2009). Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelokkelok (Frandson, 1992). Menurut Toelihere (1993), secara histologi masa testes dibungkus oleh tunica albuginea, suatu lapisan putih tebal terdiri dari jaringan ikat padat dan serabut-serabut otot licin. Pada tepi proximal testis, suatu penebalan dari tunica albuginea berjalan memasuki masa testis, dan disebut mediastinum (mediastinum septum). Apabila selaput serosa testis, tunica vaginalis propria dan tunica albuginea disayat, maka parenchyma atau substansi testis akan menggembung keluar karena turgor tinggi jaringan ikat tersebut. Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial testis. Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman, 1992). Menurut Widjanarko (2011), sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini

10

adalah memberikan respon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor Luteinizing Hormone (LH), ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh Luteinizing Hormone (LH)

pada

produksi

testosteron,

namun

keduanya

tidak

bisa

melakukannya sendiri-sendiri. Sel-sel

sertoli

mempunyai

fungsi

khusus

dalam

proses

spermatogenesis. Fungsi sel–sel sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat

khusus

untuk

berkembangnya

sel–sel

germinal.

Sel

ini

mensekresikan cairan yang membasahi sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis hewan jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferus. Testis pada...


Similar Free PDFs