LAPORAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS GEOPROCESSING (INTERSECT, ERASE, UNION, DAN DISSOLVE) PDF

Title LAPORAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS GEOPROCESSING (INTERSECT, ERASE, UNION, DAN DISSOLVE)
Author E. Ramadhan
Pages 26
File Size 3.4 MB
File Type PDF
Total Downloads 97
Total Views 153

Summary

Laporan Hari/Tanggal : Rabu/25 Maret 2019 Sistem Informasi Geografis Dosen : 1. Dr. Khursatul Munibah, M.Sc 2. Nina W. Darojati, SP, M.Si Asisten: 1. Muhamad Rizal Gojali (A14150002) 2. Siti Syarah (A14150013) 3. Andri Julians Saud Berutu (A14150059) 4. Dini Nurfaizah (A14150062) GEOPROCESSING (INTE...


Description

Laporan Hari/Tanggal : Rabu/25 Maret 2019 Sistem Informasi Geografis Dosen : 1. Dr. Khursatul Munibah, M.Sc 2. Nina W. Darojati, SP, M.Si Asisten: 1. Muhamad Rizal Gojali (A14150002) 2. Siti Syarah (A14150013) 3. Andri Julians Saud Berutu (A14150059) 4. Dini Nurfaizah (A14150062)

GEOPROCESSING (INTERSECT, ERASE, UNION, DAN DISSOLVE)

Edo Adianto Ramadhan A14160074/ Kelompok 7

DIVISI PENGINDERAAN JAUH DAN INFORMASI SPASIAL DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2019 PENDAHULUAN

Latar Belakang Sistem Informasi Geografi merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun atau overlay, penghitungan, digitalisasi, dsb. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan pada saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar petanya. Kemampuan tersebut menjadikan sistem informasi geografis berbeda dengan sistem informasi pada umumnya. Sistem informasi geografi merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Untuk melakukan pengolahan data dengan menggunakan sistem informasi geografi, maka diperlukan beberapa komponen penting, yaitu seperangkat komputer serta software yang mampu mengolah data berbasis sistem informasi geografi misalnya aplikasi Arc View, ArcGis, QuantumGIS, dsb. Dalam aplikasi tersebut terdapat fitur penunjang yang memungkinkan kita untuk melakukan proses manipulasi data informasi geografis di permukaan bumi, salah satu fitur tersebut ialah Geoprocessing yang terdapat pada aplikasi Arc View. Geoprocessing merupakan sekumpulan fungsi yang berfungsi untuk melakukan operasi dengan didasarkan dari lokasi geografis layer-layer input. Terdapat beberapa fungsi dalam geoprocessing yaitu, Dissolve, Merge, Clip, Intersect, Union dan Assign Data. Fungsi-fungsi geoprocessing ini sering juga digunakan sebagai pelengkap dari fungsi buffer. Tujuan Praktikum ini bertujuan mengaplikasikan semua tools seperti disolve, erase, intersect, dan union yang ada pada geoprocesing dan melakukan analisis terhadap data-data yang tersedia.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Marwoto dan Lestari (2012), sistem informasi geografis atau disingkat dengan SIG merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang telah dikenal secara global. SIG merupakan suatu teknologi dan alat untuk menemukan tempat yang dicari dengan mudah, cepat dan efisien. Hal inilah yang melatarbelakangi beberapa perusahaan besar hingga perusahaan kecil menggunakan teknologi ini. Selain itu, SIG juga mampu memenuhi kebutuhan akan data dan informasi yang berbasiskan data spasial dengan panduan gambar dalam bentuk peta lokasi yang menyerupai lokasi yang sebenarnya. Teknologi SIG hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan kemampuannya untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk data dan informasi ke dalam sistem yang bereferensi geografi. Kemampuan tersebut mengakibatkan sebuah data maupun informasi dapat disajikan secara efisien dan efektif ke dalam bentuk peta. Informasi tersebut kemudian dijadikan sebuah kebijakan dalam pengambilan suatu keputusan dalam perencanaan maupun pengelolaan dalam pemanfaatannya. Analisis utama data iklim yaitu suhu dengan bantuan sistem informasi geografi sangat penting dilakukan dalam upaya memperoleh informasi spasial tentang kesesuaian lahan terhadap tanaman yang hendak dibudidayakan (Kandari 2013). Teknologi GIS mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar petanya (Sudarmilah et al. 2012). Paramarta (2013) menambahkan bahwa istilah SIG diantaranya adalah “geografis” yang merupakan bagian dari “spasial” (keruangan), kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian sehingga timbul istilah yang ketiga, yaitu geospasial. SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek tertentu yang terdapat di atas permukaan bumi. Data spasial pada sistem ini meliputi simbol polygon yang menunjukkan area kawasan budidaya, kawasan lindung dan danau. Simbol poin yang menunjukkan zone industri, kawasan pariwisata, pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lingkungan (PKL) dan sarana transportasi seperti pelabuhan laut dan lapangan terbang. Simbol line merupakan simbol untuk menunjukkan jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, batas-batas kabupaten dan kecamatan. Sedangkan data atribut meliputi keterangan dari data spasial yang terdapat pada peta seperti lokasi dan fungsi dari zone industri, kawasan pariwisata, pusat kegiatan wilayah dan lingkungan serta sarana transportasi. Digitasi peta merupakan penggambaran peta dengan menggunakan teknologi komputerisasi dengan penggabungan citra satelit sebagai sumber datanya. Tujuan awal dari digitasi peta sendiri diantaranya untuk memperoleh data secara cepat, akurat, dan mudah dilakukan. Digitasi peta umumnya dilakukan dengan cara penggambaran titik yang dilakukan secara otomatis dan programatically

berdasarkan dengan atribut tabelnya. Namun, cara ini memiliki beberapa kelemahan seperti kesalahan seleksi data, kesalahan parameter, dan sebagainya (Awaludin 2010). Menurut Putra (2012), salah satu perangkat lunak desktop yang terdapat pada SIG untuk pemetaan adalah ArcView. Kemampuan-kemampuan perangkat SIG ArcView diantarana adalah pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format perangkat lunak SIG lainnya, menganalisis statistik dan operasi-operasi matematis, menampilkan informasi spasial maupun atribut, menjawab query spasial maupun atribut, melakukan fungsi-fungsi dasar SIG dan terakhir membuat peta tematik. Selain ArcView juga terdapat ArcGIS yang dilengkapi dengan ekstensi image analysis untuk melakukan interpretasi visual, proses digitasi garis pantai pada citra satelit, mengolah data vektor dan pembuatan peta-peta tematik. Pembuatan peta tematik dalam pengklasifikasian kemampuan lahan yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi SIG pada umumnya lebih memanfaatkan ekstension geoprocessing yang terdapat dalam ArcView berdasarkan metode overlay. Variabel yang diamati dalam penentuan kelas kemampuan lahan dengan menggunakan geoprocessing umumnya dibatasi oleh kemiringan lereng, potensi erosi, jenis tanah dan kedalaman efektif tanah. Data spasial dan data atribut masingmasing peta kemudian dimasukkan dalam program ArcGIS ataupun ArcView kemudian kegiatan overlay peta unit lahan dilakukan dengan menggunakan ekstention geoprocessing (Delima et al. 2015). Geoprocessing merupakan salah satu ekstensi ArcView yang mempunyai beberapa fungsi dalam analisis spasial seperti dissolve, merge, clip, union, intersect dan spatial join. Fungsi dissolves digunakan untuk mengumpulkan fitur-fitur ke dalam satu kelompok berdasarkan informasi tertentu. Merge pada extensions geoprocessing berfungsi untuk menggabungkan dua atau lebih theme menjadi satu theme. Proses merge ini akan membuat theme baru dengan atribut dari theme yang dipilih. Clip berfungsi untuk membuat theme baru yang dihasilkan dari proses pemotongan oleh clip theme terhadap sebuah theme input. Syarat clip theme yaitu bertipe fitur polygon, sedangkan input theme dapat bertipe polygon, line atau point. Fungsi union digunakan untuk membuat theme baru hasil penggabungan dari dua theme. Intersect digunakan untuk menggabungkan dua set data spasial yang saling berpotongan, hanya fitur-fitur yang terdapat di dalam ekstensi kedua theme ini yang akan ditampilkan. Spatial join merupakan proses penggabungan atribut dari dua theme yang dilakukan melalui data spatialnya. Metode yang digunakan dalam melakukan join ini adalah nearest, inside dan part of ( Rumetna et al. 2017). Menurut Suseno dan Agus (2012), teknologi SIG dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. SIG yang bisa digunakan untuk membantu perencana secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG yang dapat digunakan untuk mencari lahan basah (wetlands) dan lahan kering yang membutuhkan perlindungan dari polusi. Selain itu, SIG juga dapat digunakan untuk mencari informasi sebuah tempat khusus dan banyak manfaat lain sehingga dapat dikembangkan dalam sistem informasi geografis.

METODOLOGI Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah : Arcgis 10, data tutupan lahan keempat desa dan data batas keempat desa di Kabupaten Pandegelang Provinsi Banten. Metode a. Menghitung luas permukaan lahan 1. Open hasil merge keempat desa, lalu open attribute table, lalu klik table option, lalu pilih add field, lalu buat nama kolom luas (ha) dengan type double. Setelah itu klik kanan pada judul kolom dan klik calculate geometry lalu pilih satuan dalam bentuk ha, lalu ok. Buat seperti pada gambar di bawah.

b. Intersect 1. Buka data batas desa, hasil clip jenis tanah, curah hujan, bentuk wilayah, dan landform

2. Lakukan intersect jenis tanah, curah hujan, landform, dan bentuk wilayah pada peta keempat desa dengan buka Arc toolbox-analysis tool-overlayintersect seperti pada gambar di bawah

3. Setelah itu hitung luas tiap area dalam satuan ha seperti pada gambar di bawah

c. Union 1. Lakukan generalisasi dengan menggunakan union dengan cara hasil intersect JT,LF,CH, dan BW dengan peta batas desa dengan membuka Geoprocessing – union – input data seperti gambar di bawah lalu ok

d. Dissolve 1. Lakukan dissolve pada masing-masing CH, LF, JT, dan BW dengan peta batas desa dengan cara klik Geoprocessing – Dissolve – input futures (pilih data) – pilih dissolve field – centang nama desa dan landuse seperti gambar di bawah lalu ok

e. Intercept JT dan LU 1. Lakukan intersect jenis tanah terhadap tutupan lahan, jenis tanah terhadap bentuk wilayah, jenis tanah terhadap landform, dan jenis tanah terhadap landform dan tutupan lahan seperti pada gambar di bawah dengan cara Geoprocessing – Intersect – input data – lalu ok

f. Wilayah dominan 1. Buka Microsoft Excel lalu open data attribute table hasil intersect masingmasing JT, CH, LF, dan BW dengan membuka file bentuk format .dbf setelah itu pilih insert lalu pivot table dan centang data yang dibutuhkan seperti gambar di bawah. Hasil analisis pivot table akan diketahui wilayah dominan

2. Setelah itu open attribute table, klik wilayah yang dominan seperti gambar di bawah

3. Setelah itu klik kanan pada layer lalu pilih Export data dan beri nama (contoh BW dominan) dalam bentuk format .shp

g. Erase 1. Buka arcmap baru untuk melakukan proses erase and clip dengan data hasil dominan dan data hasil intersect. Klik arc toolbox – a nalysis tool – overlay – erase

h. Union 1. Lakukan union pada data intersect JTLF terhadap landuse, CHdominan terhadap landuse, JTdominan terhadap landuse, BWdominan terhadap landuse, dan LFdominan terhadap landuse seperti gambar di bawah.

2. Setelah itu buka atribute table hasil union intersect JTLF terhadap landuse seperti gambar di bawah, setelah itu buat field baru untuk mengukur luas dengan type double, lalu klik kanan pada judul kolom pilih calculate geometry

PEMBAHASAN

Gambar 1 Intersect Curah Hujan

Gambar 2 Intersect Jenis Tanah

Gambar 3 Intersect Landform

Gambar 4 Intersect Bentuk Wilayah

Gambar 5 Dissolve Curah Hujan

Gambar 6 Dissolve Bentuk Wilayah

Gambar 7 Dissolve Landform

Gambar 8 Dissolve Jenis Tanah

Gambar 9 Intersect jenis tanah, landform, dan landuse

Gambar 10 Intersect jenis tanah dan landform

Gambar 11 Intersect jenis tanah dan bentuk wilayah

Gambar 12 Intersect jenis tanah dan landuse

Gambar 13 Wilayah dan tabel bentuk wilayah dominan

Gambar 14 Wilayah dan tabel curah hujan dominan

Gambar 15 Wilayah dan tabel jenis tanah dominan

Gambar 16 Wilayah dan tabel landform dominan

Gambar 17 Wilayah dan tabel bentuk wilayah minimum/tidak dominan

Gambar 18 Wilayah dan tabel curah hujan minimum/tidak dominan

Gambar 19 Wilayah dan tabel landform minimum/tidak dominan

Gambar 20 Wilayah dan tabel jenis tanah minimum/tidak dominan

Gambar 21 Union jenis tanah, landform, dan landuse

Gambar 22 Attribute table hasil union jenis tanah, landform, dan landuse

Gambar 22 Union jenis tanah dominan dengan landuse

Gambar 23 Union landform dominan dengan landuse

Gambar 24 Union bentuk wilayah dominan dengan landuse

Gambar 25 Union curah hujan dominan dengan landuse

PEMBAHASAN

Metode geoprocessing dalam ArcGis dapat dilakukan pada bahan-bahan dari peta yang telah dilalui beberapa proses sebelumnya. Hasil geoprocessing pada laporan kali ini merupakan lanjutan proses data yang telah dilakukan proses georeferencing, digitasi, pengisian tabel atribut dengan join table, dan proses proses lainya. Berbagai proses dari geoprocessing seperti intersect, dissolve, union dan erase telah dilakukan dan didapatkan hasil seperti pada gambar-gambar di atas. Hasil perhitungan luasan tutupan lahan di empat desa yaitu, Desa Kadumandang, Desa Mandalasari, Desa Dalembalar, dan Desa Kaduhandap. Tutupan lahan yang paling luas didominasi oleh sawah yang menyebar di keempat desa, luasannya hampir mencapai 365 ha. Selain itu, terdapat tegalan/ladang 132 ha, kebun/perkebunan 33 ha, dan pemukiman 40 ha. Luasan wilayah yang dihitung pada metode ini merupakan akumulasi dari gabungan polygon keempat desa yang telah dilakukan digitasi pada sebelumnya. Total luasan area dari empat desa tersebut adalah 720,9 ha. Sebaran data jenis tanah, landform, curah hujan, dan bentuk wilayah masingmasing luasan lahannya dapat diketahui dari metode intersect, yang kemudian datanya dibuat dengan pivot tabel. Sebaran tanah di Desa Kadumandang, Desa Mandalasari, Desa Dalembalar, dan Desa Kaduhandap didominasi oleh jenis tanah Typic Hapludands, Typic Dystrudepts, dan Lithic Udorthents dengan curah hujan dominan 1800-5000 mm per tahun. Bentuk wilayah dominan pada keempat desa didominasi bergelombang serta landform lereng volkan atas. Proses geoprocessing yang dilakukan dalam praktikum ini adalah intersect, dimana intersect ini adalah penggabungan antara dua peta, dalam praktikum dilakukan intersect antara peta batas desa dengan peta sebaran landform, jenis tanah, bentuk wilayah dan curah hujan. Hasil dari intersect adalah gabungan dari peta desa dengan peta sebaran yang ada, sehingga tampalan peta dan informasi yang ada menjadi saling terhubung. Pembagian wilayah desa yang ada akan mengikuti bentuk sebaran peta sesuai sebarannya, seperti hasil intersect antara batas desa dengan jenis tanah akan membentuk area-area yang menghubungkan antara batas desa dengan batas jenis tanah yang berbeda beda. Setelah intersect dilakukan, perlu dilakukan perhitungan luas yang baru, karena luasan yang berbeda dengan sebelumnya karena ada perbedaan batas-batas wilayahnya, sesuai informasi sebaran peta yang digunakan. Proses geoprocessing lain dalam pengaplikasiannya adalah untuk membantu dalam menuntaskan tujuan yang ada. Erase dapat digunakan untuk menghapus data hasil penggabungan sehingga hasilnya dapat menjadi seperti sebelumnya, union dapat digunakan untuk menggabungkan data dari data yang telah di erase dengan data lain, yang dapat digunakan untuk membuktikan bahwa hasilnya saling berkaitan. Sementara disolve digunakan untuk menyederhanakan data yang ada sehingga lebih mudah untuk di akumulasi secara keseluruhan.

Hasil untuk pemisahan wilayah minimum (tidak dominan) dan maksimum (dominan) dapat dilihat pada Gambar 13 hingga Gambar 20. Hasil dari disolve, erase, dan union dapat diperhatikan pada gambar-gambar tersebut. Penghapusan/penggabungan data yang dilakukan menghasilkan perpotongan hasilhasil yang ditentukan. Hasil minimal dari setiap peta tutupan lahan menghasilkan bentuk yang hampir mirip.

KESIMPULAN

Geoprocessing dapat dilakukan untuk menyatukan, memisah, dan menyederhanakan data yang ada pada layer sehingga memudahkan penggunanya dalam merangkum informasi yang terdapat pada peta. Semua tools yang ada pada geoprocessing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hasil pemetaan Desa Kadumandang, Desa Mandalasari, Desa Dalembalar, dan Desa Kaduhandap memiliki luasan wilayah 720,9 ha dengan penggunaan lahan dominan adalah sawah.

DAFTAR PUSTAKA

Awaludin N. 2010. Geographical Information Systems with ArcGIS 9.X. Yogyakarta : Andi. Delima M, Abubakar K, Yunus M. 2015. Kajian potensi produksi hijauan pakan pada lahan eksisting dan potensial untuk meningkatkan populasi ternak ruminansia di Kabupaten Aceh Besar. Agripet, 15(1) : 33-40. Kandari AM, Safuan LO, Amsil LM. 2013. Evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman kopi robusta (Coffea Canephora) berdasarkan analisis data iklim menggunakan aplikasi sistem informasi geografi. Agroteknos. 3(1) : 8-13. Marwoto dan Lestari U. 2012. Aplikasi sistem informasi geografis pemetaan digital loop carrier. Teknologi Technoscientia. 5(1) : 116-124. Paramarta IKA. 2013. Sistem informasi geografis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng berbasis web. Nasional Pendidikan Teknik Informatika. 2(3) : 243-253. Putra M. 2012. Analisis sistem informasi geografis kepadatan penduduk Kota Denpasar dengan menggunakan ArcView 3.3. Elektronik Ilmu Komputer. 1(2) : 35-47. Sudarmilah EF, Yasin, Mubarok AH. 2012. Sistem informasi geografis lokasi tempat-tempat penting di Kota Pekalongan. Komuniti. 6(1) : 80-93. Suseno A, Agus R. 2012. Penggunaan Quantum GIS dalam Sistem Informasi Geografis. Bogor : IPB Press. Rumetna MS, Sediyono E, Hartomo KD. 2017. Analisis perubahan tata guna lahan di Kabupaten Bantul menggunakan metode Global Moran’s I. Jurnal Buana Informatika. 8(4) : 225-234....


Similar Free PDFs