LAPORAN TAPAK 1A PDF

Title LAPORAN TAPAK 1A
Author Romi Firmansyah
Pages 125
File Size 7.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 477
Total Views 786

Summary

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hadirat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Perencanaan Tapak (TKP 346) dengan baik. Laporan yang berjudul “Perencanaan Tapak Ibukota Baru Kabupaten Semarang” ini disusun untuk melengkapi tugas ...


Description

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hadirat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Perencanaan Tapak (TKP 346) dengan baik. Laporan yang berjudul “Perencanaan Tapak Ibukota Baru Kabupaten Semarang” ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perencanaan Tapak (TKP 346). Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran serta analisis mengenai kondisi eksisting lokasi perencanaan tapak di Desa Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada : 1.

Prof. Dr. Ir. Sugiono Soetomo, Dr. Ir. Retno Widjajanti, MT, Ir. Retno Susanti, MT, Novia Sari Ristianti, ST, MT selaku dosen mata kuliah Perencanaan Tapak yang memberikan bimbingan;

2.

Orang tua yang selalu memberikan doa restu dan dukungan;

3.

Teman-teman sesama anggota kelompok yang tak kenal lelah dan bekerja keras dalam penyusunan laporan ini;

4.

Teman-teman Kelas A dan angkatan 2014 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang sangat luar biasa memberikan semangat dalam penyusunan laporan ini;

5.

Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan memiliki

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki di masa mendatang. Kami berharap semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya, serta bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai kondisi perubahan dan perkembangan fungsi ruang fisik wilayah studi kami.

Semarang, 10 Juni 2016

Penulis 1

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perencanaan merupakan hubungan antara kenyataan yang ada sekarang ini dengan keadaan yang diinginkan pada masa yang akan datang (Arthur, 1983 : 68). Dalam mencapai keinginan pada masa mendatang ada tahapan perencanaan yang dibutuhkan agar menghasilkan kondisi yang terbaik untuk keberlangsungan hidup manusia. Perencanaan tapak (site plan) adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alamiah, guna menunjang kegiatan manusia (Brogden, 1985). Oleh karena itu, antara lingkungan buatan dan alamiah memiliki hubungan yang erat. Lingkungan alamiah mencakup sistem ekologi seperti air, udara, tanah, tumbuhan, dan lain-lain. Lingkungan buatan manusia mencakup bentuk ruang yang dibangun, contohnya bangunan, bendungan, tempat pengolahan sampah, dan sebagainya. Lingkungan buatan dan alamiah yang direncanakan dengan baik dapat mendukung aktivitas manusia di kawasan tersebut (Snyder dan Catanese, 1989 : 181). Isu mengenai pemindahan Ibukota Kabupaten Semarang bukan sekedar rencana. Hal ini diperkuat dengan adanya Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dari DPRD Kabupaten Semarang yang berisi tentang rencana pemindahan Ibukota Kabupaten Semarang. Pemindahan Ibukota Kabupaten Semarang merupakan upaya pemerintah dalam melakukan pemerataan pembangunan dan pelayanan umum. Selain itu rencana pemindahan ibukota dikarenakan isu Kota Salatiga yang ingin melebarkan wilayahnya ke arah Kabupaten Semarang (Tribun Jateng, 2016). Lokasi tapak yang akan dikaji terletak di Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Perencanaan tapak dilakukan berdasarkan pada isu pemindahan Ibukota Kabupaten Semarang. Kecamatan Tuntang dipilih karena memiliki potensi sebagai kawasan ibukota karena terdapat lahan non produktif yang luas sehingga dimungkinkan untuk lahan terbangun. Konsep dalam perencanaan tapak ini adalah konsep ‘’Green City’’ yang mewujudkan keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan (Joga, 2013 : 2). Perencanaan tapak dengan konsep ‘’Green City’’ diharapkan dapat membuat kondisi perkotaan yang bersih, aman dan nyaman untuk penduduk setempat serta dapat mengoptimalkan potensi dari lokasi tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, 3

maka dibuat perencanaan tapak ibukota Kabupaten Semarang di Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang dengan konsep ‘’Green City’’. 1.2 Rumusan Masalah Isu mengenai pemerataan pembangunan dan pelayanan publik seringkali muncul, bahkan baru-baru ini permasalahan ini seolah menjadi pembenaran untuk isu pemekaran kota Salatiga yang ingin memakan beberapa wilayah di Kabupaten Semarang. Hal tersebut menjadi kekhawatiran bagi Kabupaten Semarang yang kemudian memunculkan inisiatif pembuatan perda pemindahan ibu kota kabupaten tersebut lebih dimaknai sebagai upaya mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Ada dua alternatif lokasi yang diusulkan untuk ibukota Kabupaten Semarang yakni di Kecamatan Bawen atau Kecamatan Tuntang. Hal ini dikarenakan kecamatan tersebut berada di tengah-tengah diantara 19 kecamatan yang ada berdasarkan kalimat Ketua Baleg DPRD Kabupaten Semarang. Isu pemindahan ibukota Kabupaten Semarang ke wilayah yang lebih ke tengah sudah lama digaungkan. Ungaran dipandang tidak lagi representatif sebagai ibukota Kabupaten. Selain posisinya yang berada di paling utara, berhimpitan langsung dengan wilayah kota Semarang, yakni Kecamatan Pudakpayung dan Kecamatan Gunungpati. Lahan di Ungaran juga sangat terbatas sehingga sulit berkembang. Sedangkan sebagian besar wilayah Kabupaten Semarang berada di selatan Sungai Tuntang, seperti kecamatan Tuntang, Bringin, Pabelan, Banyubiru, Ambarawa, Jambu, Tengaran, Getasan, Susukan, Bancak, Kaliwungu, dan Suruh. Sementara wilayah yang paling dekat dengan Ungaran adalah kecamatan Bergas, Pringapus, Bandungan, Sumowonno dan Bawen.

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Tujuan dari laporan ini yaitu untuk mendesain tapak dengan konsep Garden City seluas 100 Ha yang mencakup Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang. Analisis yang berkaitan dengan perancanaan tapak dilakukan dengan mempertimbangkan potensi dan masalah yang dimiliki di wilayah studi tersebut. Perencanaan tapak ini menggunakan desain untuk memenuhi kebutuhan Ibukota Kabupaten Semarang. 4

1.3.2 Sasaran Untuk mencapai tujuan diatas maka sasaran yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:  

Melakukan justifikasi terhadap perencanaan tapak.



identifikasi data-data yang telah disusun pada laporan.



analisis tapak, dan analisis penyediaan infrastruktur kawasan.



konsep Garden City yang telah direncanakan.

Mengetahui potensi dan masalah pada perencanaan tapak melalui

Melakukan analisis karakterisik aktivitas, analisis kebutuhan ruang,

Menentukan zoning kawasan pada perencanaan tapak sesuai dengan

Menyusun desain siteplan Garden City sebagai Ibukota baru di Kabupaten Semarang.

1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dibagi menjadi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah perencanaan terdiri dari ruang lingkup wilayah makro dan ruang lingkup wilayah mikro. a. Ruang Lingkup Wilayah Makro Wilayah studi perencanaan tapak yang akan dibahas pada laporan ini adalah Desa Tuntang yang berada pada Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Desa Tuntang dengan luas Wilayah sebesar 272,02 Ha dengan pemanfaatan lahan non pertanian sebesar 171,08 Ha dan lahan pertanian sebesar 100,94 Ha. Desa Tuntang ini terdiri dari 7 dusun, yaitu Petet, Gading, Daleman, Cikal Kidul, Cikal Lor, Klurahan dan Praguman. Batas wilayah Desa Tuntang adalah sebagai berikut: 

  

Batas Utara

: Kecamatan Bawen

Batas Timur

: Desa Delik

Batas Selatan : Desa Lopait Batas Barat

: Rawa Pening

5

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Wilayah Makro

b. Ruang Lingkup Wilayah Mikro Perencanaan tapak yang akan dikaji berada di Desa Tuntang dengan luas lokasi yang akan direncanakan sebagai lokasi tapak seluas 100 hektar. Perencanaan tapak berada di 5 dusun yaitu sebagian Dusun Petet, sebagian Dusun Gading, sebagian Dusun Praguman, sebagain Dusun Cikal Lor dan Cikal Kidul. Perencanaan tapak merupakan kawasan permukiman dengan aksesibilitas yang baik, yaitu dekat dengan jalan arteri SemarangSolo, dan memiliki kelerengan 8-15% yang topografinya tidak terlalu terjal. Batas wilayah perencanaan tapak adalah sebagai berikut: 



 

Batas Utara : Dusun Daleman Batas Timur : Dusun Petet dan Dusun Gading Batas Selatan: Desa Lopait Batas Barat : Dusun Klurahan

6

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016

Gambar 1. 2 Peta Administrasi Wilayah Mikro

1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang digunakan dalam laporan perencanaan tapak ini yaitu identifikasi potensi dan permasalahan yang berada pada wilayah studi perencanaan tapak kemudian merumuskan konsep dari perencanaan tapak yang akan digunakan dan kemudian melakukan analisis fisik maupun non fisik yang akan digunakan pada lokasi perencanaan tapak, analisis tersebut antara lain: 1.

Melakukan analisis aktivitas dan kebutuhan ruang pada perencanaan tapak yaitu analisis ruang yaitu organisasi ruang hubungan antar ruang dan

kebutuhan

ruang,

dan

analisis

karakteristik

aktivitas

dan

karakteristik pengguna. 2.

Melakukan analisis tapak, antara lain Analisis konstelasi wilayah, lingkungan, topografi, aksesibilitas, kebisingan, lintasan matahari dan angin drainase, view, dan vegetasi. 7

3.

Melakukan analisis jaringan pada lokasi perencaan tapak yaitu: Analisis jaringan

jalan,

jaringan

listrik,

jaringan

air

bersih,

jaringan

telekomunikasi, pengelolaan sampah, sanitasi dan drainase pada lokasi perencanaan tapak. 4.

Melakukan

analisis

penyediaan

sistem

tata

hijau

pada

lokasi

perencanaan tapak. 5.

Menyusun kegiatan zoning kawasan pada lokasi perencanaan tapak.

6.

Mendesain rencana tapak (site plan).

1.5 Kerangka Pikir

Gambar 1. 3 Kerangka Pikir Perencanaan Tapak

8

1.6 Sistematika Penulisan Penulisan laporan ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, gambaran umum lokasi perancangan, konsep desain, analisis aktivitas dan kebutuhan ruang, analisis tapak dan zoning, analisis infrastruktur dan analisis per kawasan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan seperti dibawah ini: BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan, didalamnya berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan materi, kerangka pemikiran serta sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN Pada bab kedua ini berisi mengenai gambaran lokasi perancangan, menganai kondisi fisik alan, kondisi non fisik, kondisi infrastruktur, kondisi sarana, kondisi penggunaan lahan eksisting, kondisi sistem ruang terbuka dan kajian rencana pengembangan penggunaan lahan berdasarkan rencana tata ruang. BAB III KONSEP DESIGN Pada bab ketiga yaitu konsep desain didalamnya berisi mengenai justifikasi penentuan konsep, literatur konsep, best dan bad practice konsep serta penerapan perancangan pada perencanaan tapak. BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAN KEBUTUHAN RUANG Pada bab analisis aktivitas dan kebutuhan ruang berisi tentang analisis karakteristik aktivitas, analisis karakteristik pengguna, analisis kebutuhan ruang, analisis hubungan antar ruang dan analisis organisasi ruang. BAB V ANALISIS TAPAK DAN ZONING Pada bab analisis tapak dan zoning, didalamnya berisi analisis konstelasi wilayah, analisis lingkungan, analisis topografi, analisis kebisingan, analisis aksesibilitas, analisis vegetasi, analisis view, analisis drainase serta analisis lintasan matahari dan arah angin. BAB VI ANALISIS INFRASTRUKTUR Pada analisis infrastruktur, didalamnya berisi analisis jaringan jalan, analisis jaringan listrik, analisis jaringan drainase, analisis jaringan air bersih, analisis jaringan

sanitasi,

analisis

jaringan

sampah

dan

analisis

jaringan

telekomunikasi. BAB VII ANALISIS PER KAWASAN 9

Pada bab analisis per kawasan didalamnya berisi mengenai analisis aktivitas dan kebutuhan ruang, prasarana, tata hijau, jalur pejalan kaki dan jalur sepeda. Analisis perkawasan juga membahas kelebihan dan kekurangan tapak kawasan.

10

11

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN

2.1 Batas Administrasi Pengertian batas administrasi menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 76 Tahun 2012 Pasal 1 ayat (3) adalah “batas daerah di darat adalah pembatas wilayah administrasi pemerintahan antar daerah yang merupakan rangkaian titik-titik koordinat yang berada pada permukaan bumi yang dapat berupa tanda-tanda seperti igir/punggung gunung/pegunungan (watershed), median sungai dan/atau unsur buatan di lapangan yang dituangkan dalam bentuk peta”. Batas administrasi dapat menggunakan batas alam maupun buatan manusia. Batas alam yang dimaksud seperti sungai, danau, garis pemisah air dan sebagainya, sedangkan batas buatan manusia seperti jalan, jalan kereta api, saluran irigasi dan sebagainya. Berikut merupakan Peta Batas Administrasi Tingkat Dusun Desa Tuntang.

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Semarang, diolah

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Dusun Desa Tuntang

Wilayah tapak secara administrasi termasuk kedalam wilayah Dusun Cikal lor, Dusun Petet, Dusun Gading, Dusun Raguman dan Dusun Cikal Kidul. Dusun Cikal Lor dan dusun Cikal Kidul berada di arah Barat Laut Desa Tuntang dan langsung berbatasan dengan jalan arteri. Dusun Cikal Lor dan dusun Cikal Kidul didominasi 12

oleh area permukiman dan masih memiliki beberapa lahan kosong. Sedangkan Dusun Petet, Dusun Gading, dan Dusun Raguman berada di sebelah timur jalan arteri. Didominasi oleh area permikiman namun sebagian masih memiliki kebun campur.

2.2 Kondisi Fisik Alam 2.2.1 Topografi Kontur topografi adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016

Gambar 2. 2 Peta Topografi Desa Tuntang 2016

Standar yang digunakan dalam analisis topografi yang dilakukan berdasarkan pada SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1981 serta Kepres No.48/1983. 13

Kelas

Lereng

Deskripsi

Skor

I

0–8

Datar

20

II

8 – 15

Landai

40

III

15 – 25

Agak Curam

60

IV

25 – 45

Curam

80

V

> 45

Sangat Curam

100

Sumber: SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1980 serta Kepres No. 48/1983

Tabel 2. 1 Tabel Kemiringan Lahan

Topografi mempengaruhi perencanaan tapak dalam 3 hal, yaitu 1. Topografi mempengaruhi iklim dan cuaca 2. Topografi mempengaruhi bidang muka tanah untuk keperluan konstruksi 3. Popografi menggambarkan karakter tapak Karakteristik kemiringan akan mempengaruhi pemanfaatan lahan dari segi konstruksinya. Kemiringan dibawah 4% sesuai untuk aktivitas padat dan kemiringan landai, seperti yang dimiliki Desa Tuntang tidak sesuai untuk dibangun aktivitas padat. Namun, jika kondisi muka tanah diperlukan untuk diubah sesuai dengan penggunaanya, maka aspek rekayasa perlu dipikirkan dan membentuk pola kontur baru yang sesuai dengan kondisi ekologisnya. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi lansekap setempat agar tidak menyimpang dari karakternya. Topografi yang berada di tapak, memiliki kelerengan datar landai (815)%. Kelerengan 8 – 15% kurang tepat untuk dibangun aktivitas padat, maka perlu adanya rekayasa untuk membentuk pola kontur baru yang sesuai dengan kondisi ekologisnya. Topografi juga dapat menggambarkan karakter tapak. 2.2.2 Klimatologi Analisis terhadap faktor klimatologi meliputi aspek – aspek bagaimana suhu secara regional dan suhu di dalam tapak, sudut/ arah matahari, curah hujan, kekuatan angin, frekuensi angin dan kelembapan. Pengaruh iklim akan mempengaruhi ruang – ruang yang dikehendaki ataupun keterlindungan terhadap pengaruh panas dan teduhnya suatu ruangan. a. Arah Matahari

14

Matahari terbit dari arah timur sekitar pukul 05:30. Namun matahari mulai terlihat cerah sekitar pukul 06:15 atau 08:00. Kemudian matahari mulai terbenam pada pukul 17:30 atau 18:00 namun mulai menyorotkan cahaya matahari terik mulai dari pukul 16:00 atau 16:30 sore. Orientasi bangunan eksisting yang menghadap pada sisi timur dan sisi barat merupakan bangunan yang mendapatkan cahaya matahari selama 6 jam saja. Pada saat terbitnya matahari orientasi bangunan yang menghadap ke timur merupakan daerah yang mendapatkan cahaya matahari dari pagi sampai siang,

sedangkan

orientasi

bangunan

yang

menghadap

ke

barat

mendapatkan cahaya matahari pada saat siang sampe sore. Pada wilayah perencanaan orientasi bangunan tidak dapat dikelompokan secara global, karena di wilayah perencanaan orientasi masa bangunan khususnya hunian tidak tertata secara baik. b. Curah Hujan Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran hujan sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya (Bayong 2004). No.

Curah Hujan (mm/tahun)

Klasifikasi Curah Hujan

1.

>4000

Sangat basah

2.

3001 – 4000

Basah

3.

2001 – 3000

Sedang

4.

1001 – 2000

Kering

5...


Similar Free PDFs