Larry W. Hurtado, Destroyer of the Gods: Early Christian Distinctiveness in the Roman World PDF

Title Larry W. Hurtado, Destroyer of the Gods: Early Christian Distinctiveness in the Roman World
Author D. Nggadas
Pages 2
File Size 988.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 67
Total Views 308

Summary

ᾢ₀лз⁹с⁹л Хсис Њ Њ ᾰеххьЊῡЗЊὺшхчеитЕЊЧesрпмфeп мf ржe ЪмῴsН Ш⁹пйф Цжп₀sр₀⁹л Ч₀sр₀лгр₀тeлess ₀л ржe ᾠмк⁹л к⁹л ᾥмпйῴЗЊῡезтЕЊῖйыецТЊ ЪеьптхЊῗсмщйхцмчьЊῐхйццЕЊЛЙК̂ЗЊЭушжЊῠйхцмтсЗЊ ЪеьптхЊῗсмщйхцмчьЊῐхйццЕЊЛЙК̂ЗЊЭ Њ Њ ЬйоьЊὺмисецЊΰесЊἾллеиецЊ ЬтцйсЊЪмжпмоеЊῐЪИὺйхрйсйшчмоЊ ΐῖῖЊὺшуйхйчйцЕЊЛЙКРЊ Њ Њ ῐеиеЊ еъ...


Description

Tinjauan Buku

Larry W. Hurtado, Destroyer of the Gods: Early Christian Distinctiveness in the Roman man World. Waco, Texas: Baylor University Press, 2016. Epub E Version.

Deky Hidnas Yan Nggadas Dosen Biblika PB/Hermeneutik STT Huperetes, 2018

Pada awal wal tahun 2018, Bart D. Ehrman mempublikasikan sebuah buku berjudul: The Triumph of Christianity Christianity:: How a Forbidden Religion Swept the World (New York: Simon & Schuster, 2018). Sebelumnya, buku dengan tema yang sama telah dibahas oleh Rodney Stark, The Triumph of ChristianityThe The Triumph of Christianity: Christianity How the Jesus Movemen Became the World’s Largest Religion (New York: HarperCollins, 2011). Tentu saja baik publikasi Ehrman Ehrma maupun Stark adalah karya para pakar sejarah yang harus secara adil diberi review tersendiri. Tetapi saya sengaja menyebutkan karya kedua pakar di atas to make a point bahwa adalah keliru jika kita membaca Destroyer of the Gods dalam kategori yang sama dengan karya Ehrman maupun Stark di atas seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa reviewers. Baik Ehrman maupun Stark berupaya menjawab pertanyaan: Mengapa atau bagaimana Kekristenan yang sejak awal kemunculannya hanya dimulai dari segelintir orang, dianiaya dan ditekan sedemikian rupa namun akhirnya diterima sebagai “agama negara” (Abad IV) bahkan menjadi agama dengan penganut terbesar di dunia saat ini. Sekali lagi, Ehrman dan Stark berbeda dalam sejumlah detail, namun keduanya kedu menggeluti pertanyaan yang serupa. Berbeda dengan Ehrman dan Stark, isu yang digeluti Hurtado, sebagaimana tercermin pada sub sub-judulnya adalah kekhususan-kekhususan kekhususan atau keunikan-keunikan keunikan keunikan apa yang bisa dianggap sebagai karakterisasi dari Kekristenan tenan pada empat abad pertama kemunculannya. Hurtado menawarkan nawarkan sejumlah poin observasi untuk isu tersebut dari perspektif studi sejarah. Pada awalnya, Kekristenan hanya dilihat sebagai salah satu sekte Yudaisme meski di sana sini, sebagaimana yang tercatat dalam PB, kita mendapati kritikan dan tekanan dari pihak orang-orang o orang Yahudi sendiri. Artinya dalam dunia Romawi-Yunani Yunani pada waktu itu, itu Kekristenan kelihatannya hanya terlihat seperti salah satu kendaraan n religius di tengah keramaian lalu-lintas lalu keagamaan. Meski demikian, para penulis non--Yahudi abad pertama hingga abad keempat mulai mul mencatat sejumlah kritik negatif publikk terhadap para pengikut Kristus. Kristus. Hurtado merujuk kepada Tacitus, Plini Muda (Pliny ( the Younger), ), Galen, Marcus Aurelius, Lusianus dari Samosta, dan Celcus. Kritik-kritik tersebut mengindikasikan bahwa dalam “the the world full of gods,” gods itu Kekristenan muncul dan berkembang dengan distinktivitas-distinktivitas distinktivitas yang menonjol.

Hurtado memperlihatkan bahwa dalam dunia Greco-Roman, orang tidak membuat kategori terpisah untuk “agama”. Mereka melihatnya sebagai bagian integral yang terjalin tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Dalam konteks ini, “agama” menjadi tidak terpisahkan dengan identitas etnis dan bersifat lokal. Hal ini sangat berbeda dengan dunia kita yang memisahkan kategori-kategori ini, sehingga kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda untuknya. Dan karena “agama” itu bersifat etnis dan lokal bahkan individual, maka mereka tidak membuat klaim eksklusif mengenai allah-allah mereka. Dalam konteks tersebut, menurut Hurtado, Kekristenan distinktif dalam empat hal. Pertama, Kekristenan membuat klaim eksklusif dan bahkan memberitakan Allah dengan karakter yang distinktif. Misalnya, pemberitaan bahwa Allah mengasihi manusia, merupakan pokok teologis yang sama sekali asing dalam agama-agama Greco-Roman.1 Kedua, dalam lalu-lintas “agama” yang bersifat lokal dan etnis bahkan individual, Kekristenan muncul dengan paradigma trans-kultural dan trans-etnis. Ketiga, agama-agama Greco-Roman tidak menyebar dengan menggunakan literatur sebagai sarananya. Berbeda dengan itu, Kekristenan mula-mula menjadikan literatur sebagai salah satu sarana utama penyebarluasan iman dan sarana edifikasi. Hurtado menyebutnya agama “bookish”. Dan keempat, cara hidup yang distinktif. Dunia Greco-Roman memisahkan etika dari agama. Agama-agama Greco-Roman mengajarkan para pengikutnya tentang bagaimana menyenangkan para dewa melalui tata cara pemberian persembahan, tetapi mereka tidak mengajarkan orang tentang bagaimana harus hidup dalam masyarakat. Untuk mengetahui bagaimana mereka harus hidup, mereka pergi kepada para filsuf untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk etis. Kekristenan tidak membuat pemisahan ini sejak awal. Doktrin dan etika bukan dua ruang terpisah dalam Kekristenan. Sampai di sini, saya perlu mencatat bahwa ada banyak hal detail yang menarik dalam keempat poin distinktif yang dikemukakan Hurtado yang bisa Anda baca dalam Destroyer of the Gods. Saya kira, ini adalah sebuah buku yang bukan hanya patut dibaca melainkan juga layak dinobatkan sebagai acuan utama untuk berbicara tentang karakteristik-karakteristik Kekristenan mula-mula. Dan kita patut bersyukur karena Hurtado menulis buku ini untuk kalangan yang lebih luas dari dunia academia dengan ulasan-ulasan yang ringkas, padat, handal, dan meyakinkan. Sangat direkomendasikan agar buku ini diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia untuk memperlengkapi orang-orang Kristen di Indonesia mengenai dinamika Kerkistenan mula-mula dari sudut pandang sejarah.

1

Kelihatannya poin ini tidak berbeda dengan Yudaisme, namun perbedaannya adalah intonasi etnis dari Yudaisme membuatnya dianggap berkesinambungan dengan paradigma Greco-Roman mengenai “agama”. Selain itu, ekspresi devosi Kekristenan mula-mula mengenai “Satu Allah…satu Tuhan,” (Bapa dan Yesus) merupakan sebuah ekspresi devosi yang ditolak oleh Yudaisme....


Similar Free PDFs