loepartdia audiorotoe janetah PDF

Title loepartdia audiorotoe janetah
Author Anonymous User
Course social psychology
Institution Salam University
Pages 24
File Size 330 KB
File Type PDF
Total Downloads 100
Total Views 125

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI DAN WAWANCARAPENGAMBILAN DATA “PERKEMBANGAN KELOMPOK”Disusun oleh :N a m a : Faizza Haya D N P M : 10050019009 Kelas : A Kelompok : B Pembimbing: Yusi Prasiwi, M. Psi, Psikolog Chintya Permatasari, SUNIVERSITAS ISLAMBANDUNGLABORATORIUM PSIKOLOGIB A N D U N GLAPORAN PRAKTI...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI DAN WAWANCARA PENGAMBILAN DATA “PERKEMBANGAN KELOMPOK”

Disusun oleh :

Nama

: Faizza Haya D

NPM

: 10050019009

Kelas

:A

Kelompok : B Pembimbing: Yusi Prasiwi, M. Psi, Psikolog Chintya Permatasari, S.Psi

UNIVERSITAS ISLAMBANDUNG LABORATORIUM PSIKOLOGI BAN D U N G 2021

RAHASIA LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI DAN WAWANCARA Pengambilan Data “Perkembangan Kelompok”

Tujuan pemeriksaan : Untuk melihat kohesivitas kelompok berdasarkan tahapan perkembangan kelompok. Tanggal pemeriksaan : 24 Mei 2021 Tempat pemeriksaan : Online via Zoom Meeting Nama Pemeriksa

: Faizza Haya D

NPM

: 100500019009

Nama Pembimbing

: Yusi Prasiwi, M. Psi, Psikolog Chintya Permatasari, S.Psi

I. TINJAUAN TEORETIS I.1TEORI KELOMPOK Group adalah sekelompok individu yang setidaknya menunjukkan salah satu karakteristik berikut : 1) interaksi langsung satu sama lain dalam periode waktu tertentu 2) bergabung berdasarkan kategori sosial tertentu seperti berdasarkan jenis kelamin, ras atau atribut lain 3) memiliki keadaan, identitas dan tujuan yang sama (Kassin,Fein & Markus, 2011) 1.2 TEORI KOHESIVITAS Group atau kelompok berkembang sepanjang waktu. Suatu kelompok dimulai dari berkumpulnya orang-orang yang awalnya tidak saling mengenal / asing, yang kemudian menjadi kelompok yang kohesif ketika anggota kelompok menjadi terikat dengan kelompok oleh karena adanya kekuatan/ tekanan sosial. Kohesif bukan sekedar kelompok yang bersatu atau anggota- anggotanya bersahabat, tetapi merupakan suatu proses multifaset yang mempengaruhi proses- proses interpersonal dan proses-proses antar anggota kelompok yang lebih luas. Kohesivitas diklaim sebagai konsep yang sangat penting dalam dinamika kelompok. Dalam konsep group-level yang unik, bahasan kohesivitas muncul ketika suatu kelompok eksis. Tanpa adanya derajat kohesivitas minimal, kelompok akan bubar dimana masing-masing anggota kelompok keluar atau menarik diri dari kelompok. Sinyal kohesivitas secara tidak langsung menunjukkan sehat tidaknya suatu kelompok. Kelompok yang kohesif akan cenderung lebih bertahan lama, sepanjang kelompok berusaha untuk mempertahankan agar anggota- anggotanya tidak keluar dan mengijinkan anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok yang kurang kohesif berada di dalam suatu resiko, apabila terlalu banyak anggotanya yang keluar kelompok maka kelompok tersebut tidak dapat bertahan.

Konsep kohesivitas menawarkan insight dimana kebanyakan orang mengajukan 1

RAHASIA pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok: 

Mengapa beberapa kelompok bubar ketika menghadapi kesulitan sementara kelompok yang lain semakin kuat?



Apakah anggota kelompok meletakkan kebutuhan kelompok di atas kebutuhan pribadi?



Apakah yang menjadi sumber perasaan percaya diri (kelompok) dan sumber perasaan kesatuan (kelompok) dapat muncul pada suatu kelompok tetapi tidak muncul di kelompok yang lain? Apabila orang memahami penyebab dan konsekuensi dari kohesivitas, maka

kemudian orang akan memahami proses-proses utama yang terjadi dalam kelompok. Pengertian Kohesivitas

Core concept

Definition and source

Attraction among the The cohesiveness of small groups is defined in terms of members of a group / intermember attraction... that group property which is inferred from Ketertarikan diantara the number anf strength of mutual positive attitudes among the anggota-anggota members of a group (Lott & Lott, 1965, p 259) kelompok

Kohesivitas dari suatu kelompok kecil didefinisikan sebagai adanya saling ketertarikan antar anggota kelompok,

dimana

adanya/ terbentuknya suatu kelompok disimpulkan dari adanya sikap-sikap positif yang kuat diantara anggota-anggota suatu kelompok Core concept Attraction

of

Definition and source the Cohesiveness refers to attraction of members to a group as a whole

members to the group .... a kind of synthetic or aggregative property of the sum of feelings of attraction to the group of the individual group members

as a whole / Ketertarikan anggota terhadap kelompok

anggota- (Nixon, 1979, p.76) kelompok Kohesivitas menunjuk kepadanya ketertarikan anggota-anggota suatu kelompok terhadap suatu kelompok secara keseluruhan ..... secara maksudnya disini adalah semacam adanya perasaan tertarik yang

keseluruhan

ditunjukkan oleh masing-masing individu anggota kelompok

Belonging and morale /

kepada kelompok. Perceived cohesion encompasses an individual’s sense

Merasa kelompok

of

memiliki belonging to a particular group and his or her feelings of morale associated with membership in the group (Bollen & Hoyle, 1990, p 482) Kohesivitas dimaknakan oleh individu sebagai adanya perasaan memiliki suatu kelompok tertentu dan perasaan mengenai moral individu diasosiasikan dengan keanggotaan dirinya terhadap

kelompok tersebut Strength of the social Cohesiveness of a group is here deemed as the result of all the

forces that keep an forces acting on the members to remain in the group. These forces 2

RAHASIA individual from leaving may depend on attractiveness or unattractiveness of either the prestige of the group, members in the group, or the activities in

a group /

Kekuatan tekanan sosial which the group engages. (Festinger, 1950, p. 274). yang

memelihara Kohesivitas suatu kelompok adalah hasil dari seluruh kekuatan dari yang bekerja yang membuat anggota kelompok tetap berada dalam

individu meninggalkan

suatu suatu kelompok. Kekuatan-kekuatan ini tergantung kepada

kelompok

ketertarikan atau ketidaktertarikan akan prestise kelompok, anggota-anggota di dalam kelompok, atau

Tendency

to

aktivitas-aktivitas

dimana kelompok terlibat stick Social cohesion should also be understood as a state of affairs

concerning how well people in society “cohere” or “stick” to each together (cohere) / Kecenderungan untuk other (Chan, To, & Chan, 2006, p.298). menyatu bersama-sama

Kohesi sosial juga dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang berkenaan dengan seberapa baik orang-orang dalam masyarakat “ kompak” atau “mengikatkan diri/ menyatukan diri” satu sama lain. Cohesion is now generaly described as group

members’

inclinations to forge social bonds, resulting in member sticking together and remaining united (Casey-Campbell & Martens, 2008, p.2) Kohesi sekarang pada umumnya dideskripsikan sebagai inklinasi anggota

kelompok

untuk

menyebabkan anggota

membentuk

menyatukan

ikatan

sosial,

diri bersama-sama

yang dan

memelihara kesatuan Core concept

Definition and source

Trust and teamwork /

The essence of strong primary group cohesion, which I believe to

Saling mempercayai dan be generally agreed on, is trust among group members ( e.g., to dapat

bekerja

dalam tim

sama watch each other’s back) together with the capacity for teamwork (e.g., pulling together to get the task or job done (Siebold, 2007, p. 288). Esensi dari kohesi kelompok primer yang kuat, yang saya yakini disepakati, adalah adanya saling percaya diantara anggota kelompok bersama-sama dengan adanya kapasitas untuk bekerja dalam tim (saling mendorong untuk mengerjakan tugas atau kerja sampai selesai).

Komponen kohesivitas

Cohesiveness ada berbagai bentuk yang berbeda dan memenuhi berbagai fungsi 3

RAHASIA tergantung kepada konsep teori yang dirujuknya. Maksudnya berbagai teori memiliki cara tersendiri dalam mendefinisikan kohesivitas. Seperti terlihat dalam definisi-definisi di atas. Perbedaan makna dan interpretasi mencerminkan kompleksitas yang terkandung dalam konsep itu sendiri. Kohesivitas bukanlah proses menyatu yang sederhana, namun sebuah

multicomponent

process

dengan

indikator-indikator

yang

bervariasi.

Kebanyakan kelompok yang kohesif (sebagai contoh tim olah raga yang sukses) menunjukkan bahwa anggota- anggotanya bekerja dengan baik bersama-sama, mereka (anggota-anggota kelompok) menjadi teman baik dan menjadi pasangan dalam tim, mereka bersatu, dan mereka bermain dengan intensitas emosional yang tinggi. Tapi kelompok kohesif yang lain mungkin tidak menunjukkan kualitas yang sama seperti kelompok olah raga. Oleh karena itu setiap teori mendefinisikan kohesitas dalam cara yang berbeda-beda. Ada teori yang menekankan kohesivitas pada adanya ikatan yang kuat diantara anggota kelompok, teori yang lain menekankan pada kemampuan kelompok untuk mempertahankan anggotanya, teori lainnya lagi menekankan kepada intensitas emosional yang diekspresikan oleh anggota kelompok selama melakukan aktivitas kelompok. Berikut ini adalah tabel mengenai komponen-komponen kohesivitas berdasarkan konsep kohesivitas yang menekankan social cohesion, task cohesion, perceived cohesion, dan emotional cohesion. Selanjutnya akan dibahas satu konsep kohesivitas saja sesuai dengan materi praktikum, yaitu task cohesion. Tabel A Multicomponent Conception of Cohesion in Groups Komponen

Deskripsi

Contoh

Social cohesion /

Ketertarikan anggota kelompok

Teman-teman saya menjadi

Kohesivitas sosial

satu sama lain di dalam kelompok

anggota kelompok ini.

dan

anggota

Saya suka dengan kelompok ini.

kelompok

Kelompok ini adalah kelompok

ketertarikan

kelompok Task

cohesion

/

kohesivitas tugas

Perceived cohesion

terhadap

sebagai satu keseluruhan Kapasitas untuk menunjukkan

yang terbaik. Kelompok ini efektif.

kinerja dengan berhasil dengan

Kelompok ini terbaik dalam apa

mengkoordinasikan unit-unit dan

yang mereka kerjakan

bagian-bagian yang ada dalam

Saya bekerja dengan

kelompok

kemampuan terbaik saya untuk dalam

kelompok ini United we stand ( kami

kelompok; ada rasa memiliki

merupakan satu kesatuan)

kelompok (sense of belonging to

This is a unified group (

the group); merasa satu kesatuan

I am one with this group

(unity)

merasa

Ada

kesinambungan

menyatu

kelompok ini)

(saya dengan

4

RAHASIA Emotional

Intensitas

cohesion

kelompok

dari

Kelompok ini memiliki energi

intensitas

Kelompok ini memiliki spirit tim

emosional dan

emosional individu ketika berada

Saya menjadi bersemangat

di dalam kelompok

ketika berada di kelompok ini

Task cohesion Setiap tahun sejak tahnun 1954 majalah Sports Illustrated telah mengidentifikasi individu dari dunia olah raga yang akan diberi penghargaan “Athlete of the Year”. Pada tahun 1980 penghargaan ini tidak diberikan kepada individu tetapi diberikan kepada kelompok yaitu U.S Hockey team, dan pada tahun 1999 diberika kepada U.S Women’s World Cup Soccer Team. Beberapa pakar percaya bahwa kohesivitas memiliki pengertian dapat dilihat dari anggota kelompok lebih memiliki keinginan untuk bekerja bersama-sama mencapai sasaran atau tujuan mereka daripada hanya sekedar anggota kelompok memiliki relasi interpersonal yang positif. Penelitian-penelitian terhadap tim-tim olahraga menemukan bahwa ketika para pemain ditanya untuk mendeskripsikan kohesivitas kelompok/tim nya, kebanyakan pemain menekankan kepada kualitas teamwork mereka (Carron, 1982; Yukelson, Weinberg, & Jackson, 1984). Kelompok-kelompok yang orientasinya kepada tugas seperti misalnya military squads (sekuardon militer) atau flight-crews merasakan disatukan oleh anggota kelompok yang berbagi peran untuk mencapai sasaran/ tujuan (Siebold, 2007). Anggota U.S. Hockey Team merasakan mereka satu kesatuan didasarkan kepada komitmen anggotanya untuk mendapatkan medali emas. Suatu kelompok yang mana kohesivitasnya disimpulkan oleh adanya pembagian fokus tugas cenderung memiliki collective efficacy yang tinggi. Collective efficacy ini berasal dari keyakinan-keyakinan anggota kelompok bahwa mereka mampu mencapai atau memenuhi seluruh komponen dari tugas kelompok secara kompeten dan efisien. Anggota kelompok memiliki collective efficacy ketika berpikir: “Kamilah yang tercepat di lapangan es”, “Kami dapat memblok lawan secara efektif”. Keyakinan tersebut juga dimiliki oleh semua anggota kelompok. Satu atau dua orang anggota kelompok mungkin ragu-ragu bahwa kelompok memiliki potensi untuk berhasil, namun secara keseluruhan konsensus kelompok adalah positif (kelompok akan sukses). Kepercayaan diri ini juga didasarkan kepada keyakinan anggota kelompok bahwa anggota kelompok akan mampu secara kompeten mengkoordinasikan tindakan-tindakan individu kedalam suatu keterampilan atau kinerja kolektif sehingga disini terdapat a sense of interdependence (perasaan saling bergantung) dan pembagian sumberdaya (Zaccaro dkk 1995). Oleh karena itu collective efficacy adalah “a group’s shared belief in its conjoint capabilities to organize and execute the courses of action required to produce given levels od attainment “ (Bandura, 1997, p. 476).

TEORI PERKEMBANGAN KELOMPOK 5

RAHASIA Kelompok seperti individu berkembang melalui beberapa tahapan. Tuckman dan Jensen (1977) menyimpulkan bahwa suatu task group seperti kelompok lainnya berkembang melalui 5 tahap perkembangan yang dapat diprediksikan. Setiap tahap memiliki bentuk-bentuk hubungan yang unik dan perilaku yang tampak.Tahapan itu mencakup Forming, storming, norming, performing dan adjourning Tuckman dan Jensen menyarankan agar perkembangan kelompok ditinjau dari hubungan antar personal dan bagaimana kelompok menghadapi tugas. Dari sisi hubungan antar personal yang terjadi adalah pada tahap forming (testing dan dependency), storming (tension and conflict), forming (membangun kohesi) dan performing (membangun hubungan peran yang fungsional). Setiap tahap berkait dengan masalah yang ada dalam membangun hubungan atar anggota kelompok.Pada saat yang sama, kelompok juga menghadapi tugas. Pada tahap forming, fokus pada pendefinisian tugas, batas-batas dan pertukaran informasi yang fungsional, diikuti respon emosi natural terhadap tugas (storming), periode sharing interpretasi dan perspektif (norming), sebelum tahap munculnya solusi dicapai (performing) 1. Forming Tahapan ini merupakan tahap awal penggabungan yang akan membentuk struktur kelompok. Anggota bergabung dengan masih dilandasi oleh ketidak pastian dan ketidakjelasan. Masing- masing anggota belum memiliki pengetahuan bagaimana kondisi kelompok yang akan dimasuki . Pada tahap ini banyak ketidaknyamanan yang ditemui dalam situasi baru karena “ ego” setiap orang menjadi terlibat dalam relasi antar personal baru. Konflik akan dihindari karena yang utama adalah bagaiman dapat masuk ke dalam kelompok. Tiap anggota harus memikirkan tidak hanya tugas, namun juga anggota kelompoknya.Perasaan dapat bercampur aduk, antara bersemangat, penuh harapan dan optimis, namun juga ada rasa curiga, takut dan cemas akan tugas yang akan dihadapi. Ia akan bertanya-tanya akan beberapa hal. Mengapa ia berada di sini? Mengapa mereka berada di sini pula? Apa yang diharapkan darinya? Apa yang bisa saya berikan? Seberapa jauh saya bisa mempengaruhi kelompok.? Individu masih membatasi keterlibatannya. Mereka akan mulai menjajaki bagaimana cara melakuka tugas dan bagaimana hal itu akan dicapai. Gagasan-gagasan masih umum dan abstrak. Seringkali pembicaraan belum betul-betul fokus pada tugas. 2. Storming Tahap anggota saling berusaha memahami dan menyesuaikan diri. Terjadi proses penyatuan kepentingan, nilai, misi dan tujuan masing-masing individu. individu bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan yang harus dikerjakan, mempertanyakan otoritas dan merasakan kenyamanan yang meningkat di antara mereka. Sering terjadi konflik sebagai dampak dari proses penyatuan tersebut. Semakin searah kepentingan dan tujuan individu maka konflik akan kecil. Siapa yang memimpin, bagaimana berbagi kekuasaan dan pengaruh merupakan hal

yang penting pada tahap ini. Kelompok harus beralih dari membangun kesamaan 6

RAHASIA perspektif kearah pemecahan masalah dalam tahap perkembangan ini. 3. Norming Proses adaptasi dan penyatuan kepentingan dan tujuan mulai tercapai. Konflik sudah menurun. Kelompok membuat kesepakatan dalam hal aturan-aturan dan norma yang berlaku untuk anggota yang akan dipatuhi, termasuk menyusun goal kelompok dan pembagian tugas. Aturan-aturan tingkahlaku yang tepat dan dibutuhkan kelompok untuk menyelesaikan kelompok dinyatakan baik secara implisit maupun eksplisit. Derajat keteraturan mulai terbangun. Anggota mulai menunjukkan rasa percaya satu sama lain. Konflik beralih pada kesediaan berbagi perasaan dan gagasan kreatif. Kohesivitas mulai tumbuh dan anggota mulai merasa menjadi bagian dari kelompok. Individu mulai memahami bagaimana ia dapat memberikan kontribusinya secara efektif. Ia merasa bebas untuk mengekspesikan gagasannya. Ia merasa dapat saling mempercayai. Ia mulai dapat menyampaikan krtitik yang konstruktif. 4. Performing Tahap aktualisasi kinerja kelompok melalui pengaturan tugas agar masing-masing anggota kelompok bekerja. Pada tahap ini, mereka telah mampu memfokuskan energi pada tugas , menyelesaikan masalah keanggotaan, orientasi, kepemimpinan dan pembagian peran. Kelompok kini bebas untuk mengembangkan alternatif2-alternatif tindakan terhadap masalah, menghadapinya, dan merasakan adanya iklim saling mendukung yang mulai terbangun sejak tahap norming. Saling bergantung (interdependensi) merupakan tema tahap ini. Kelompok menjadi sangat fleksibel dalam memenuhi kebutuhan kelompok. Produktivitas menjadi tinggi dan relasi antar personal terbangun. Kekhasan dan nilai yang tercipta di kelompok membuat setiap kelompok menjadi berbeda. Anggota kelompok memiliki komitmen tinggi kepada kelompok, saling percaya, bersahabat dan mau memberikan yang terbaik yang ia bisa. Ia bisa memaklumi kelebihan dan kekurangan teman sekelompok. 5. Adjourning Berakhirnya peran-peran anggota kelompok dan terselesaikannya tugas, hilang ketergantungan satu sama lain.

I.

RANCANGAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

1. Tujuan : Untuk melihat kohesivitas kelompok berdasarkan tahapan perkembangan 7

RAHASIA kelompok.

2. Variabel dan dimensi tingkah laku: Varibel yang dilihat adalah Kohesivitas Kelompok dengan dimensi tingkah laku forming, storming, norming dan performing, dan adjourning.

3. Instrumen pengukuran : Terlampir

4. Subyek : Kelompok terdiri dari enam mahasiswa berbeda jurusan yang belum mengenal satu sama lain.

5. Setting pengambilan data : Setting pengambilan data dalam praktikum ini adalah simulasi, hal ini karena situasi pengambilan sengaja diciptakan sesuai dengan kebutuhan data yang diharapkan.

6. Bentuk pengambilan data : Bentuk pengambilan data dalam praktikum ini adalah non partisipasif, hal ini dikarenakan observer tidak terlibat secara langsung mengambil bagian dalam kelompok yang diobservasi.

7. Teknik Pengambilan dan Pencatatan : Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu event sampling, hal ini dikarenakan observer mengobservasi tingkah laku berdasarkan kemunculan tingkah laku spesifik yang ...


Similar Free PDFs