Logical Framework Analysis dan Contoh Analisis Program PDF

Title Logical Framework Analysis dan Contoh Analisis Program
Author Ahmad Rofai
Pages 6
File Size 81.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 40
Total Views 1,015

Summary

Oleh AHMAD ROFAI UJIAN AKHIR SEMESTER KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN SOSIAL AHMAD ROFAI 1406618682 Dosen Pengajar Dr. Bambang Shergi Laksmono, MSc. Ni Luh Putu Maitra Agastya, MSW DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015 0 [1] Konsep dan Manfaa...


Description

Oleh AHMAD ROFAI UJIAN AKHIR SEMESTER KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN SOSIAL

AHMAD ROFAI 1406618682

Dosen Pengajar Dr. Bambang Shergi Laksmono, MSc. Ni Luh Putu Maitra Agastya, MSW

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015 0

[1] Konsep dan Manfaat Logical Framework Analysis Logical Framework Analysis (LFA) merupakan sebuah alat untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi proyek. LFA memilliki kekuatan dalam memberikan gambaran relevan pada setiap tahap dan siklus perumusan suatu program/proyek, termasuk asumsi yang dijadikan dasar proyek, diperiksan dan dilaksanakan pada tahap-tahap selanjutnya. Secara khusus, LFA dapat mengurangi kemungkinan perubahan sepihak atau keputusan-keputusan yang subjektif melalui pemaparan semua asumsi landasan proyek dan membentuk awalan (dalam LO-FTF, Nordic-Ducth Guidelines). Kemudian sumber lain menyebutkan bahwa LFA merupakan sebuah instrumen analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana dalam menganalisis situasi eksisting, membangun hirarki logika dari tujuan yang ingin dicapai, mengidentifikasi resiko otensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan dan hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tujuan (output) dan hasil (outcomes), menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek ( Marimin dan Zulfandri). Adapun manfaat dari penggunaan Logical Framework Analysis (LFA) dikutip dari LOFTF Nordic-Dutch sebagai berikut : a. LFA dapat memperjelas dan membuat definisi dengan cara yang lebih persis dan logis terkait tujuan, hasil dan kegiatan proyek yang perlu untuk mencapai proyek yang memberikan manfaat dan dampak berkesinambungan dengan membuat hubungan saling terkait yang jelas, serta asumsi-asumsi diluar cakupan program yang mungkin perpengaruh terhadap ketercapaian tujuan. b. LFA dapat digunakan dalam meningkatkan proses implementasi, pengawasan & monitoring proyek serta evaluasi lanjutan dengan menyediakan tujuan yang didefinisikan secara jelas dan menentukan indikator-indikator sebagai alat ukur keberhasilan.

1

[2] Logical Framework Analysis a. Isu Konsumerisme Pemuda di Indonesia Berikut merupakan kutipan dari penelitian yang ditulis oleh Zebua dan Nurdjayadi (2011), yang menunjukan data perilaku konsumtif di Indonesia Sejak tahun 1970-an hingga hari ini, Indonesia sudah dikenal sebagai negara paling konsumtif di dunia. Bahkan pada saat krisis ekonomi global melanda dunia di tahun 1998 dan 2008, Indonesia seolah tidak terpengaruh, sehingga nilai belanja masyarakatnya meningkat cukup signifikan.

Berdasarkan kutipan diatas, dengan kondisi total pemuda di Indonesia adalah sebanyak 62,6% dari total keluruhan penduduk (data BPS 2013), maka dapat disimpulkan bahwa pemuda memiliki peluang terbesar sebagai actor dalam perilaku dan peningkatan tindakan konsumtif. Zebua dan Nurdjayadi kemudian menambahkan bahwa pemuda konsumtif memilih dan membeli sesuatu tanpa memikirkan manfaatnya, artinya pemuda kurang selektif dalam memilih mana kebutuhan yang pokok dan mana kebutuhan yang tidak pokok. b. Kebijakan terkait isu tersebut Berdasarkan paparan isu perilaku konsumtif pada pemuda diatas, perlu adanya sebuah kebijakan mengenai perubahan pola dan kesadaran pemuda untuk lebih bijaksana dalam mengatur keangan dan finansial. maka, muncul sebuah kebijakan pendidikan karakter yang memiliki tujuan sebagai berikut : 1.

Mengembangkan potensi kalbu/nurani afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2.

Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang relijius;

3.

Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

4.

Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan;

5.

Mengembangkan lingkukngan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

(Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum Pendidikan Nasional) Note: Mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji peserta didik dalam tujuan kebijakan pendidikan karakter diatas, merupakan fokus utama program usulan dalam Logical Framework Analysis yang akan dibuat pada subab selanjutnya. 2

c. LFA Program Pendidikan Karakter melalui basis kurikulum Integratif Pengabdian Masyarakat.

Goal

Project description Munculnya kesadaran dan sikap kebiasaan terpuji pemuda sejak dini dalam pengaturan manajemen finansial secara hemat dan terarah

Key Indicators - menurunya angka perilaku konsumtif pemuda di Indonesia - munculnya sikap pemuda yang memilih untuk menabung atau perilaku produktif ketimbang konsumtif dalam menggunakan finansial yang dimiliki - kemampuan pemuda menyusun manajemen keuangan/finansial secara mandiri - terlaksananya kurikulum integratif pengamdian masyarakat di sekolah-sekolah SMA di Indonesia

Meanf of verification - survey lapangan - penelitian kuantitatif dan kualitatif - wawancaran dan focus group discussion

Assumptions/Risk

- Survei lapangan

Telah muncul sikap kebiasaan terpuji dan kesadaran pemuda sejak dini dalam pengaturan manajemen finansial secara hemat dan terarah. Telah tersedianya wadah bagi siswa SMA untuk melakukan proses pengabdian masyarakat guna memunculkan sikap kritis terhadap tindakan konsumtif Terjadi peningkatan angka kesadaran siswa SMA dalam sensitivitas dan sikap kritis terhadap tindakan dan perilaku konsumtif. Telah terlaksana minimalnya 70% dari total sekolah SMA di Indonesia dalam mengimpplementasi kurikulum basis pengambdian masyarakat.

Purpose

Terdapatnya suatu wadah bagi siswa SMA untuk melakukan pengabdian masyarakat guna memunculkan sikap kritis terhadap tindakan konsumtif.

Component Objectives

Diperolehnya angka peningkatan kesadaran siswa/i SMA dalam sensitivitas dan kritis terhadap lingkungan mereka atas akibat dari tindakan dan perikaku konsumtif

- menurunya angka pengeluaran siswa/i SMA yang mengarah pada sikap konsumtif

- Survey lapangan dan obervasi - wawancara

Outputs

70% dari seluruh sekolah SMA di Indonesia mengimplementasikan kurikulum basis pengabdian masyarakat

- survey lapangan dan observasi

Activities

Program wajib bagi siswa/i SMA Indonesia untuk melakukan pengabdian masyarakat sebagai salah satu syarat kelulusan sekolah.

- terlaksananya dengan baik program pengabdian masyarakat dalam kurikulum integratif pendidikan karakter - terlaksana dengan baik dan termonitoring program wajib pengabdian pada siswa SMA

- survey lapangan dan observasi

3

c.

Paparan singkat program

Dalam program basis kurikulum integratif pengambdian masyarakat yang telah dibuat FLA diatas, merupakan salah satu cara terbaik dalam merespon isu perilaku konsumtif pada remaja melalui pendidikan karakter. Tujuan utama dari program pengabdian masyarakat ini adalah: Terciptanya perilaku terpuji serta munculnya sikap kesadaran pemuda sejak dini (pendidikan SMA) dalam pengaturan manajemen finansial secara hemat dan terarah untuk meminimalisasi sekaligus menghilangkan perilaku konsumtif yang terjadi pada khalayak pemuda Indonesia. Dalam mencapai tujuan utama diatas, maka perlu sebuah langkah strategis sekaligus impelementatif yang dapat memunculkan sikap kesadaran pemuda mengenai isu konsumtif tersebut. Berdasarkan hal ini, program pengabdian masyarakat menurut penulis, dianggap paling relevan dalam membangun kesadaran itu sendiri. Mengingat pengabdian masyarakat merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa melakukan kegiatan secara nyata dalam memberikan pelayanan pada masyarakat disekitarnya. Kurikulum terintegrasi ini, diharapkan dapat dilaksanakan minimalnya 70% dari keseluruhan SMA yang ada di Indonesia (baik negeri maupun swasta). Angka tersebut akan bertambah seiring berjalan waktu selama proses evaluasi dan monitoring. Adapun mekanisme dari kurikulum ini, adalah : -

Pembakalan materi mengenai pengambdian masyarakat dan perilaku konsumtif dalam kelas

-

Impelementasi program setelah pembekalan materi oleh siswa yang didadampingi oleh guru di sekolah diawasi oleh pihak pemerintah.

-

Program kurikuulum pengamdian masyarakat ini bersifat wajib dan merupakan salahh satu syarat kelulusan sekolah di SMA.

4

REFERENSI

[1] Zebua, A. S, Nurdjayadi, R.D. (2001). Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan: Phronesis. Vol 3, No 6.

[2] Marimin dan Zulfandri. nd. Strategi Pengembangan Agroindustri Kakao Berbasis Kelompok Tani di Propinsi Sumatra Barat. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.

[3] AusGuideline. 2015. The Logical Framework Approach. Austalia Government.

[4] Nordic-Dutch Trade Union Centres Guidelines. nd. Buku Pegangan Perencanaan Proyek Partisipatif.

5...


Similar Free PDFs