Makalah dan NCP Luka Bakar PDF

Title Makalah dan NCP Luka Bakar
Author Sopia Delfi
Pages 32
File Size 1 MB
File Type PDF
Total Downloads 158
Total Views 344

Summary

TUGAS DIETETIK PENYAKIT INFEKSI, DEFISIENSI DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR “Makalah NCP Luka Bakar” OLEH : SOPIA DELFI 1913211119 DOSEN PEMBIMBING : NURHAMIDAH, M.BIOMED WILDA LAILA, M.BIOMED STIKES PERINTIS PADANG PROGRAM STUDI S1 GIZI NON REGULER 2020 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Makalah dan NCP Luka Bakar Sopia Delfi Sopia Delfi

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

TATA LAKSANA GIZI PASIEN OPERASI, T RAUMA DAN LUKA BAKAR Rahmawat i Basri

3. BAB I, II, III, IV, V, VI.docx Yanuar Rufiant i Wongi Makalah kasus st ress met abolik 1 Muhana Rafika

TUGAS DIETETIK PENYAKIT INFEKSI, DEFISIENSI DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR “Makalah NCP Luka Bakar”

OLEH :

SOPIA DELFI 1913211119

DOSEN PEMBIMBING : NURHAMIDAH, M.BIOMED WILDA LAILA, M.BIOMED

STIKES PERINTIS PADANG PROGRAM STUDI S1 GIZI NON REGULER 2020

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Makalah NCP Luka Bakar” ini dengan tepat waktu. makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Dietetik penyakit infeksi, defisiensi dan penyakit tidak menular. Adapun makalah ini disusun berdasarkan pengamatan dari internet dan buku yang ada kaitannya dengan makalah yang dibuat. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua, temanteman dan dosen pembimbing yang telah membantu hingga selesainya makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.

Pekanbaru, 10 Mei 2020

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ...........................................................................................

1

1.2.Tujuan ........................................................................................................

2

BAB II ISI 2.1.Pengertian Luka Bakar ...............................................................................

3

2.2.Etiologi Luka Bakar ...................................................................................

3

2.3.Patofisiologi Luka Bakar............................................................................

4

2.4.Klasifikasi Luka Bakar ...............................................................................

6

2.5Manifestasi Klinis Luka Bakar....................................................................

8

2.6.Tujuan Diet Luka Bakar .............................................................................

9

2.7.Syarat dan Prinsip Diet Luka Bakar ...........................................................

9

2.8.Penatalaksanaan Diet Luka Bakar ..............................................................

10

2.9.Preskripsi Diet ............................................................................................

11

2.10.Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Luka Bakar ....

12

2.11.Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) atau Nutritional Care Proccess (NCP) pada Luka Bakar ............................................................

12

BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan ................................................................................................

27

3.2.Saran ...........................................................................................................

27

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang

dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar. Sewaktu kejadian luka bakar, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus menerus. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya atau radiasi. Luka bakar sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. (Fitria, 2016). Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan teknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. (Fitria, 2016). Selain teknik pengobatan dari perawatan luka bakar yang baik, pasien luka bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya. Gangguan nutrisi pada pasien yang dirawat dapat disebabkan karena keadaan penyakit penderita atau dapat juga disebabkan kurangnya perhatian petugas kesehatan. Pemberian nutrisi bukan saja sekedar memberi makan, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan gizi bagi penderita. Dengan demikian kerja sama antara tenaga kesehatan sangat dibutuhkan terutama ahli gizi, agar makanan yang dihidangkan sesuai dengan kebutuhan pasien. (Fitria, 2016).

1.2.

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui pengertian dari diet luka bakar. 2. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi luka bakar. 3. Untuk mengetahui manifestasi klinis luka bakar 4. Untuk mengetahui tujuan diet luka bakar 5. Untuk mengetahui syarat dan prinsip diet luka bakar. 6. Untuk mengetahui bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk pasien luka bakar. 7. Untuk mengetahui asuhan gizi dan contoh kasus dari pasien luka bakar.

BAB II ISI

2.1.

Pengertian Luka Bakar Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,

bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Sedangkan menurut Moenajat (2001) luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Fitria, 2016). Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. (Fitria, 2016). Diet luka bakar adalah suatu tindakan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan metabolic serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan, oleh pasien luka bakar dengan maksud untuk mempercepat penyembuhan. (Fitria, 2016).

2.2.

Etiologi Luka Bakar Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa

jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Panas atau suhu yang tinggi ini bisa berasal dari gas, cairan dan bahan padat (solid) yang mengalami peningkatan suhu. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalam pun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar. (Fitria, 2016). Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu, yang dihasilkan oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh manusia. Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagia kulit yang terluka. (Fitria, 2016).

Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organic), gas mustard dan fosfat. (Fitria, 2016). Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebab antara lain : (Wibowo, 2007) 1. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api). 2. Listrik : Voltage tinggi, petir. 3.

Kimia : asam kuat, basa kuat.

4. Radiasi : termasuk X-Ray Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas, (misal: suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, api, air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran (Effendi. C, 1999) (Wibowo, 2007)

2.3.

Patofisiologi Luka Bakar Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah

sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (shock hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi dimana manifestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah : (Fitria, 2016). 1. Respon kardiovaskuler Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan natrium, air dan protein plasma, edema jaringan yang diikuti dengan penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh. 2. Respon renalis

Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin juga menurun dan bisa berakibat gagal ginjal. 3. Respon gastrointestinal Respon umum pada luka bakar >20% adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologic serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan yang luas. 4. Respon imunologi Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang berasal dari luar. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam luka. (Fitria, 2016). Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas

kulit

memungkinkan

mikroorganisme

masuk

kedalam

tubuh.

Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996). (Wibowo, 2007) Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis. (Wibowo, 2007)

2.4.

Klasifikasi Luka Bakar Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan

perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni : 1. Berdasarkan penyebab Ø Luka bakar karena api Ø Luka bakar karena air panas Ø Luka bakar karena bahan kimia Ø Laka bakar karena listrik Ø Luka bakar karena radiasi Ø Luka bakar karena suhu rendah (frost bite). 2. Berdasarkan kedalaman luka bakar a.

Luka bakar derajat I

Ø Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis Ø Kulit kering, hiperemi berupa eritema Ø Tidak dijumpai bulae Ø Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi Ø Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari b.

Luka bakar derajat II

Ø Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Ø Dijumpai bulae. Ø Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Ø Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal. Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : Ø Derajat II dangkal (superficial) ·

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.

·

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea masih utuh. ·

Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

Ø Derajat II dalam (deep)

·

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

·

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea sebagian besar masih utuh. ·

Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.

Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan. c.

Luka bakar derajat III

Ø Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam. Ø Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Ø Tidak dijumpai bulae. Ø Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar. Ø Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Ø Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian. Ø Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka. 3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu : a.

Luka bakar mayor

Ø Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak. Ø Luka bakar fullthickness lebih dari 20%. Ø Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. Ø Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka. Ø Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi. b.

Luka bakar moderat

Ø Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak. Ø Luka bakar fullthickness kurang dari 10%. Ø Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. c.

Luka bakar minor

Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah : Ø Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak. Ø Luka bakar fullthickness kurang dari 2%. Ø Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki. Ø Luka tidak sirkumfer. Ø Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

2.5.

Manifestasi Klinik Luka Bakar Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar

sesuai dengan kerusakannya : (Wibowo, 2007) 1. Grade I Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut. 2. Grade II Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi. 3. Grade III Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputih putihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff. (Wibowo, 2007)

2.6.

Tujuan Diet Luka Bakar 1. Mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak. 2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif. 3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia.

4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro. (Fitria, 2016).

2.7.

Syarat dan Prinsip Diet Luka Bakar 1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau nutrisi enteral dini (NED). 2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar yaitu :  Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB actual + 40 kkal x % luka bakar.  Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar. Kebutuhan energi sehari berdasarkan persen (%) luka bakar Luka Bakar (%)

Kebutuhan Energi (kkal)

50

2,0 x AMB

Sumber : Hanbook No. 6 Principles of Nutritional Management of Disorders. JADA. 1990. 3. Protein tinggi, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. 4. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. 5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total. Bila pasien mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat diberikan 45-55% dari kebutuhan energi total. 6. Vitamin diberikan diatas angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan, untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah sebagai berikut : a. Vitamin A minimal 2 kali AKG b. Vitamin B minimal 2 kali AKG c. Vitamin C minimal 2 kali AKG d. Vitamin E 200 SI.

7. Mineral tinggi, terutaman zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen. 8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock. (Fitria, 2016).

2.8.

Penatalaksanaan dan Preskripsi Diet Luka Bakar 1.

Diet luka bakar I Diet luka bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan air gula garam soda (AGGS) dan makanan cair penuh dengan pengaturan sebagai berikut : a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan makanan cair penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan kecepatan 50 ml/jam. b. 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan yang sama. c. 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas 24 jam bila tidak ada keluhan kecepatan pemberian makanan dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit. d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan makanan cair penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan dihentikan selama 2 jam.

2.

Diet luka bakar II Diet luka bakar II merupakan perpindahan dari diet luka bakar I, yaitu diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan makanan cair penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal. Cara pemberiannya sebagai berikut : a. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk cair, saring, lumat, lunak atau biasa.

b. Cairan AGGS tidak terbatas. c. Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari. Volume setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien, maksimal 300 ml. d. Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari dan dapat dikombinasikan dengan makanan cair penuh untuk memenuhi kebutuhan gizi. e. Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa...


Similar Free PDFs