Makalah Epidemiologi Penyakit Menular : Scarlet Fever (Demam Scarlet) PDF

Title Makalah Epidemiologi Penyakit Menular : Scarlet Fever (Demam Scarlet)
Author Nadia Ellya Pramesti
Pages 15
File Size 488.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 19
Total Views 229

Summary

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR PENYAKIT MENULAR : SCARLET FEVER (DEMAM SCARLET) DOSEN : Munaya Fauziah, SKM, M.Kes Disusun Oleh: Nama : Nadia Ellya Pramesti NPM : 2015710014 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2017 KATA PENGANT...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Makalah Epidemiologi Penyakit Menular : Scarlet Fever (Demam Scarlet) Nadia Ellya Pramesti

Related papers Fever and Rash Monika Yusuf

MAKALAH T ENTANG ISPA.pdf salsabila az zahra Makalah Penyakit Pada Organ Kepala Dancoek Dwi

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT MENULAR : SCARLET FEVER (DEMAM SCARLET) DOSEN : Munaya Fauziah, SKM, M.Kes

Disusun Oleh: Nama : Nadia Ellya Pramesti NPM : 2015710014

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2017

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin... Puji dan syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, nikmat iman, islam, dan ihsan serta panjang umur kepada kita semua, terutama kepada saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Menular: Scarlet Fever” . Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi standar kelulusan pada mata kuliah epidemiologi penyakit menular. Saya mohon maaf atas kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini. Baik dari segi penyampaian materi, maupun dari segi penulisan. Saya sadar akan keterbatasan ilmu pengetahuan dalam pengkajian

permasalahan yang di angkat menjadi latar belakang

pembahasan makalah ini. Namun, saya telah berusaha sesuai kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki. Dengan kerendahan hati, saya menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar lebih memudahkan saya dalam memahami dan mengkaji berbagai masalah dalam konsep kesehatan masyarakat. Dengan demikian, saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Jakarta, Maret 2017 Penulis

NADIA ELLYA PRAMESTI

2

DAFTAR ISI

Hlm. COVER ............................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Tujuan 1.2.1

Tujuan umum .................................................................................. 2

1.2.2

Tujuan khusus ................................................................................. 2

1.3 Manfaat 1.3.1

Bagi masyarakat .............................................................................. 2

1.3.2

Bagi penulis .................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi .............................................................................................................. 3 2.2 Etiologi .............................................................................................................. 3 2.3 Manifestasi klinis .............................................................................................. 3 2.4 Diagnosis........................................................................................................... 4 2.5 Patofisiologi ...................................................................................................... 4 2.6 Program nasional .............................................................................................. 5 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi literatur..................................................................................................... 6 BAB 4. DISTRIBUSI PENYAKIT 4.1 Insiden ............................................................................................................... 8 4.2 Prevalens ........................................................................................................... 8 4.3 Faktor risiko ...................................................................................................... 9 4.4 Pencegahan ........................................................................................................ 9 BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10 5.2 Saran .................................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA

3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3). Penyebab (agent) penyakit menular adalah unsur biologis yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme yang paling kompleks yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia (Noor, 1997: 39). Dimana proses agent penyakit dalam menyebabkan penyakit pada manusia memerlukan berbagai cara penularan khusus (mode of transmission) serta adanya “sumber penularan (reservoir) penyakit seperti manusia, binatang … ” (Noor, 1997: 39). Perkembangan ilmu kedokteran telah mulai merasuk kedalam penyakit tropic terutama penyakit pada anak. Kemajuan ini telah menyebabkan berkembangnya bidang pediatri tropic dengan topic utama infeksi, demam, anaemia, gizi dan gabungannya. Salah satu topic penting adalah demam dan ruam Juga dibahas beberapa perubahan paradigma pada infeksi kuman yang tidak selalu menjadi pathogen dan kemampuan mereka beralih rupa sehingga menyebabkan variasi klinik yang sangat lebar. Dibahas beberapa penyakit yang paling sering di jumpai di daerah tropik, beberapa penyakit yang sangat khusus dan hanya beredar di suatu tempat tidak dibicarakan secara mendalam. Penyakit yang dibahas hanyalah sebatas demam berdarah, campak, rubella, sindroma Kawasaki, infeksi herpes hominis, infeksi enterovirus dan meningococcemia.Penyakit yang belum ditemukan kasusnya di Indonesia seperti tidak domasukan kedalam bahasan. Kemampuan bakteri dan virus untuk menjadi laten, menjadi komensal dan flora normal terhadap tubuh manusia serta kemampuan untuk beralih (switching ) menjadi invasive dan infective telah mendorong metode baru diagnosis, terapi dan pencegahan. Sebagai contoh adalah infeksi bakteri Streptococcus

4

Streptococcus pyogenes atau GAS-Grup A Streptococcus adalah salah satu β-hemolitik Streptococcus penyebab terbanyak kasus infeksiStreptococcus. Jenis lain (grup C, D, dan G) lebih jarang menyebabkan infeksi serius. Beberapa faktor virulensi berkontribusi pada patogenesisnya, seperti protein M, hemolysin dan enzim ekstraseluler.Sebagian besar jenis infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus A bersifat ringan, kecuali komplikasi supuratif dan non supuratif. Hampir seluruh infeksi kuman ini masih rentan pada antibiotika. Salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri tersebut adalah demam scarlet. Salah satu jenis demam ini sudah jarang ditemukan di Indonesia. Namun, apabila telat dalam hal pengobatan, akan fatal akibatnya. Yaitu dapat menimbulkan komplikasikomplikasi seperti Abses tonsil, otitis media, bronko pneumonia, dan jarang menjadi mastoiditis, osteomielitis atau septikemia. Komplikasi lanjut adalah demam rematik dan glomerulonefritis akut. Dari hal-hal tersebut, maka perlu adanya pembahasan melalui penulisan makalah ini mengenai demam scarlet. 1.2 Tujuan Melalui penulisan makalah ini, diharapkan memahami mengenai penyakit menular, khususnya demam scarlet yang biasa terjadi pada anak-anak. 1.2.1 Tujuan umum Memberikan informasi secara terperinci mengenai demam scarlet sekaligus memenuhi syarat nilai mata kuliah epidemiologi penyakit menular. 1.2.2 Tujuan khusus 





Mengetahui pengertian demam scarlet atau skarlatina. Mengetahui penyebab dan gejala yang ditimbulkan. Mengetahui cara pencegahan penyakit demam scarlatina.

1.3 Manfaat 1.3.1 Bagi masyarakat Dari penulisan makalah ini, diharapkan agar masyarakat mengetahui salah satu penyakit menular, yaitu scarlet fever. Sehingga, masyarakat dapat memahami gejalanya dan dapat mengatasi secara mandiri penyakit tersebut. 1.3.2 Bagi penulis Diharapkan agar penulis lebih memahami mata kuliah epidemiologi penyakit menular yang salah satunya adalah mengupas mengenai scarlet fever. Selain itu, juga dapat memperluas pengetahuan mengenai penyakit menular.

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Scarlet fever atau demam scarlet atau biasa disebut Scarlatina merupakan penyakit bakteri yang sering muncul bersama-sama dengan radang tenggorokan atau infeksi kulit, seperti impetigo, yang disebabkan oleh strain tertentu dari bakteri streptokokus.. Penyakit yang banyak menyerang anak usia 5-15 tahun ini mudah untuk disembuhkan, namun terkadang bisa memicu komplikasi serius pada hati dan ginjal, serta bisa memicu kematian. Pada abad ke-19, penyakit yang ditemukan oleh Theador Billroth dan Louis Pasteur ini pernah menjadi pemicu terbesar kematian di Amerika Serikat. Faktor kurang gizi pada masa itu, baik selama dalam kandungan maupun dalam masa pertumbuhan menyebabkan demam scarlet bisa berkembang sedemikian parah. Namun, sejak penggunaan antibiotik mulai dikenal luas oleh masyarakat, demam scarlet jarang berlanjut sampai parah. Selain faktor antibiotik, peningkatan status gizi pada manusia modern dan pembentukan sistem kekebalan terhadap bakteri penyebabnya, turut membuat demam scarlet semakin jarang ditemukan sejak abad ke-20. Itulah mengapa demam scarlet mulai jarang ditemukan. 2.2 Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus Grup A atau yang disebut juga dengan Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan superfisial epidemis) dan membran mukosa, seperti epitel mukosa orofaring, epitel nasal, traktus genital, dan daerah perianal. Berdasarkan buku The Health Care of Homeless Person, 2006, Pitaro mengatakan bahwa carrier Streptococcus β hemolyticus Grup A dapat ditemukan di saluran pernafasan, namun kadang tidak menimbulkan penyakit akan tetapi dapat berisiko untuk menyebarkan penyakit. Bedanya, pada demam scarlet yang memicu demam bukan bakterinya, melainkan racun eksotoksin yang dikeluarkan bakteri tersebut. 2.3 Manifestasi Klinis 

Gejala prodromal berupa demam panas, nyeri tenggorokan, muntah, nyeri kepala, malaise dan menggigil. Dalam 12 – 24 jam timbul ruam yang khas.

6



Tonsil membesar dan eritem, pada palatum dan uvula terdapat eksudat putih keabu-



abuan.



tongue (tanda patognomonik).

Pada lidah didapatkan eritema dan edema sehingga memberikan gambaran strawberry

Ruam berupa erupsi punctiform, berwarna merah yang menjadi pucat bila ditekan. Timbul pertama kali di leher, dada dan daerah fleksor dan menyebar ke seluruh badan dalam 24 jam. Erupsi tampak jelas dan menonjol di daerah leher, aksila, inguinal dan



lipatan poplitea.



(circumoral pallor).



yang kemudian menjadi deskwamasi setelah hari ketiga.

Pada dahi dan pipi tampak merah dan halus, tapi didaerah sekitar mulut sangat pucat

Beberapa hari kemudian kemerahan di kulit menghilang dan kulit tampak sandpaper

Deskuamasi berbeda dengan campak karena lokasinya di lengan dan kaki. Deskuamasi kemudian akan mengelupas dalam minggu pertama sampai minggu ke enam.

2.4 Diagnosis Mengingat demam scarlet yang biasa berkembang pada pengidap radang tenggorokan, maka dokter akan mengecek keadaan tenggorokan, lidah, dan amandel pasien untuk gejala penyakit ini sebagai salah satu bentuk pemeriksaan awal. Setelah itu, dokter akan mengecek tekstur dari ruam kulit yang muncul (bila ada), dan apakah terdapat pembesaran atau pembengkakan pada kelenjar getah bening. Dokter dapat mengambil sampel dari amandel dan belakang tenggorokan pasien untuk mengetahui dan memastikan apakah gejala tersebut disebabkan oleh bakteri yang memicu demam scarlet. 2.5 Patofisiologi Streptococcus β hemolyticus Grup A menyebar saat seseorang yang terinfeksi bakteri atau carrier tersebut batuk atau bersin ( droplet infection) dan masuk ke membran mukosa orang lain. Lokasi yang ramai dan padat seperti sekolah, tempat penampungan anak, dan perumahan kumuh akan meningkatkan kemungkinan penularan antar individu. (Pitaro, 2006). Grup A bakteri strep dapat hidup di hidung dan tenggorokan seseorang. Bakteri menyebar melalui kontak dengan tetesan dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. Jika menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah menyentuh sesuatu yang memiliki tetesan ini di atasnya, mungkin akan menjadi sakit. 7

Selain itu penularan dapat terjadi melalui penggunaan alat makan/minum bersamasama dengan orang yang sakit. 2.6 Program Nasional Di Indonesia, angka kejadian demam scarlet masih sangatlah jarang. Bahkan, masyarakat Indonesia masih asing dengan salah satu jenis penyakit menular ini. Sehingga, untuk program nasional yang ada, masihlah sama dengan program-program yang bergerak untuk memberantas penyakit dengan ruam-ruam sebagai gejalanya, contohnya adalah campak. Kemudahan dalam menemukan dan membeli antibiotik, adalah salah satu usaha pemerintah dalam mengatasinya. Selain itu, berdasarkan program nasional RKP tahun 2010 di bidang kesehatan, terdapat program yang mencakup provinsi sampai kabupaten/kota, yaitu program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program lingkungan sehat, program pencegahan dan pemberantasan penyakit, program obat dan perbekalan kesehatan, dll. Dengan adanya program-program tersebut, diharapkan dapat mengurangi kejadian permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat. Sehingga, tercapainya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

8

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Studi literatur Otoritas Kesehatan Hongkong telah mengumumkan terjadi peningkatan kasus penyakit scarlet fever (demam scarlet) di negaranya. Jumlah kasus mencapai 615 kasus dengan 2 kematian yaitu pada anak perempuan berumur 7 tahun dan anak laki-laki berumur 5 tahun. Jumlah ini masih terus bertambah. Beberapa hari terakhir tercatat tambahan 40 kasus baru. Dari data yang ada 93 % kasus adalah anak-anak usia dibawah 10 tahun. Menurut Prof. Tjandra otoritas kesehatan setempat menyatakan pada tahun ini kasus serupa ditemukan di Macau (49 kasus) dan di daratan China mencapai lebih dari 9.000 kasus. Sejauh ini penyakit ini hanya terlokalisir di Hongkong dan sekitarnya, belum ada laporan peningkatan kasus serupa di negara lain. Kementerian Kesehatan terus memantau situasi yang ada bekerjasama dengan WHO. Negara Indonesia, sejauh ini belum ada penelitian mengenai demam scarlet. Sehingga, kebanyakan peneliti lebih terfokus pada bakteri streptokokus yang mengakibatkan berbagai macam penyakit menular. Salah satunya adalah demam scarlet. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan di SDN 13 Padang, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada usapan tenggorok dari 104 murid SD Negeri 13 Padang adalah sebanyak 2 orang (1,9%). SD Negeri 13 merupakan sekolah yang sebagian besar (>90%) muridnya bertempat tinggal di tepi pantai dan perumahan padat penduduk dengan sanitasi lingkungan kurang baik. Hal ini dapat menjadi faktor yang memudahkan terjadinya penularan bakteri Streptococcus β hemolyticus Grup A. Penelitian Durmaz et al di Malatya Turki pada 909 orang anak sehat didapatkan 130 anak (14,3%) bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada usapan tenggorok nya.8 Lloyd et al mendapatkan 8,4% bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada usapan tenggorok anak umur 5-17 tahun di Chennai dan Viviane mendapatkan pada anak sehat umur 5-15 tahun sebesar 9,46%. Berdasarkan kelompok umur dari 104 murid SD yang diperiksa usapan tenggoroknya, didapatkan hanya 2 orang anak yang carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A, yaitu 1 orang pada kelompok usia >8-9 tahun dan 1 orang anak pada kelompok usia >11

9

tahun. Pavanchand et al mendapatkan 5% dari 300 anak sehat carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A dan terbanyak di kelompok umur 8-10 tahun.10 Penelitian Martin et al pada 5658 anak usia 5-15 tahun di Pittsburgh Pennsylvania mendapatkan jumlah terbanyak carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A adalah pada kelompok umur...


Similar Free PDFs