MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PDF

Title MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
Author Vera Alamie
Pages 21
File Size 138.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 458
Total Views 668

Summary

MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT Kelompok 1: Dilla Fadhila G1B008117 Nia Atiniah G1B012043 Fajarwati G1B011020 Agustin Citriya S G1B012049 Rica Cahyani G1B012003 Shella Puspawinaya G1B012057 Lenny Rachmawati G1B012008 Faza Khairani B G1B012062 Leti Siana G1B012016 Drestanta D G1B012...


Description

MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

Kelompok 1: Dilla Fadhila

G1B008117

Nia Atiniah

G1B012043

Fajarwati

G1B011020

Agustin Citriya S

G1B012049

Rica Cahyani

G1B012003

Shella Puspawinaya G1B012057

Lenny Rachmawati G1B012008

Faza Khairani B

G1B012062

Leti Siana

G1B012016

Drestanta D

G1B012068

Sahida Woro P

G1B012021

Wiji Prasetyo A

G1B012082

Heryansyah

G1B012025

Widya Nevri N

G1B012090

Tri Wahyuningsih

G1B012032

Isni Kurnia Dewi

G1B012094

Putri Puspitasari

G1B012037

Linggih Indriyani

G1B012097

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO

2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Kristiadi (1994) menyatakan bahwa tugas pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barangbarang publik (public utility) dan memberikan pelayanan (public service) misalnya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, perkembangan

perlindungan

tenagakerja,

pertanian,

keamanan

dan

sebagainya. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui penyediaan peralatan, pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2006). Masalah manajemen atau pelayanan di rumah sakit pada akhir-akhir ini memang banyak menjadi bahan pembahasan di lingkungan masyarakat. Sering sekali masyarakat yang menggunakan fasilitas ini mengalami kesulitan dalam memenuhi berbagai persyaratan agar dapat memperoleh layanan kesehatan yang diinginkan. Sebenarnya perbaikan terhadap mutu rumah sakit

baik dari layanan administrasi maupun medis memang benar-benar mutlak dibutuhkan. Bukan saja karena banyaknya keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan

prosedur

administrasi,

tarif,

dan

juga

dengan

adanya

perkembangan zaman yang sudah mendesak untuk melakukan perbaikanperbaikan. Jolly dan Gerbaud (1992) menyebutkan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit bukan saja mengharapkan pelayanan medis dan keperawatan yang baik, makanan yang enak serta utamanya adanya hubungan baik antara staf rumah sakit dengan para pasien.

B. Identifakasi Masalah 1. Apakah definisi dari rumah sakit? 2. Jelaskan jenis-jenis rumah sakit yang ada di Indonesia? 3. Bagaimanakah manajamen pelayanan rumah sakit? 4. Jelaskan struktur organisasi rumah sakit umum di Indonesia? 5. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi demand terhadap pelayanan kesehatan dan rumah sakit?

C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari rumah sakit. 2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis rumah sakit yang ada di Indonesia. 3. Mengetahui dan memahami manajemen pelayanan rumah sakit. 4. Mengetahui dan memahami struktur organisasi rumah sakit umum di Indonesia. 5. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi demand terhadap pelayanan kesehatan dan rumah sakit.

D. Manfaat 1. Pemerintah dan rumah sakit 



Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan rumah sakit di Indonesia Dapat menenerapkan kebijakan manajemen pelayanan rumah sakit di Indonesia dengan baik dan tepat.

2. Masyarakat 



Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mendapatkan pelayanan rumah sakit sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.

BAB II ISI

A. Pengertian Rumah Sakit Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004). Menurut undang-undang tentang rumah sakit dijelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. (Depkes, 2009). Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan,

penelitian

dan

pengembangan,

pelayanan

rujukan

upaya

kesehatan,

administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2004).

B. Jenis-jenis Rumah Sakit yang ada di Indonesia Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis pelayanan dan kelasnya. 1. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS 





RS Pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten) RS BUMN/ABRI RS Swasta yang menggunakan dana investasi dari sumber dalam negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA).

2. Berdasarkan jenis pelayanan 





RS Umum RS Jiwa RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kangker, dan sebagainya).

3. Berdasarakan kelasnya 

RS kelas A RS kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk



subspesialistik RS kelas B (pendidikan dan nonpendidikan) RS kelas B mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik dan



subspesialistik terdaftar. RS kelas C RS kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah,



penyakit dalam, kebidanan, dan anak). RS kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979). Di RS kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar Pemerintah sudah meningkatkan status semua RS Kabupaten menjadi kelas C (Munijaya, 2004).

Keputusan menteri kesehatan NO. 134 Menkes/SK/IV/78 th. 1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain:



Pasal 1 : Rumah sakit umum adalah organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada



Dirjen Pelayanan Medik Pasal 2 : Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan (caring) dan penyembuhan (curing) penderita serta pemulihan keadaan



cacat badan dan jiwa (rehabilitation). Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Rumah Sakit mempunyai fungsi : a. Melaksanakan usaha pelayanan medik b. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik c. Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan d. Melaksanakan usaha perawatan e. Melakasanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan paramedic f. Melaksanakan sistem rujukan



g. Sebagai tempat penelitian Pasal 4 : a. Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah RS kelas A, kelas B, kelas C b. Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas. c. Rumah Sakit Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik yang luas. d. Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik paling sedikit 4 spesialis dasar yaitu Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit kebidanan / kandungan, dan kesehatan anak (Munijaya, 2004).

C. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit Selain masalah-masalah manajemen, rumah sakit kita juga menghadapi masalah-masalah yang lebih mendasar, yaitu aspek-aspek filosofi. Apakah RS harus tetap merupakan instansi sosial yang non-profit making atau diperbolehkan profit making? Dalam Majalah Manajemen (No. 4, Mei 1981) telah dikemukakan sebuah artikel: “Organisasi Rumah Sakit Mengapa Kurang Efektif?” Artikel tersebut ditulis oleh J. Sadiman, dan mengemukakan aspekaspek hubungan antara pengurus/yayasan yang memiliki rumah sakit dengan direksi rumah sakit serta kemungkinan adanya kekaburan mengenai menejemen organisasi rumah sakit. Masalah manajemen rumah sakit pada akhir-akhir ini memang banyak disorok. Tidak saja atas keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan, dan tarif, tetapi juga perkembangan zaman yang memang sudah mendesak ke arah perbaikan-perbaikan itu (Sulastomo, 2000). Setidak-tidaknya

ada

beberapa

alasan

untuk

meningkatkan

kemampuan manajemen rumah sakit : 1. Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang cepat. Dalam 10-20 tahun terakhir, ilmu kedokteran (termasuk di Indonesia) telah berkembang tidak saja ke tingkat spesialis dalam bidangbidang ilmu kedokteran, tetapi sudah ke superspesialisasi. Selain dengan ini, teknologi yang dipergunakan juga semakin meningkat. Bisa dipahami bahwa investasi dalam dunia kedokteran dan rumah sakit akan semakin mahal (termasuk human invesment-nya). Karena itu, manajemen rumah sakit yang tidak baik akan menimbulkan pelayanan kesehatan yang semakin mahal atau sebaliknya, bahwa rumah sakit tidak dapat berjalan dan bangkrut. Dalam hal ini perlu disadari bahwa dengan perkembangan tersebut, pelayanan rumah sakit pada dasarnya memang cenderung menjadi “mahal”. 2. Demand masyarakat yang semakin meningkat dan meluas. Masyarakat tidak saja menghendaki mutu pelayanan kedokteran yang baik, tetapi juga semakin meluas. Masalah-masalah yang dahulu belum termasuk bidang kedokteran sekarang menjadi tugas bidang

kedokteran. Terjadi apa yang disebut proses medicalization. Dapat dipengerti bahwa karenanya beban rumah sakit akan semakin berat. 3. Dengan semakin luasnya bidang kegiatan rumah sakit, semakin diperlukan unsur-unsur penunjang medis yang semakin luas pula, misalnya: masalahmasalah administrasi, pengelolaan keuangan,hubungan masyarakat dan bahkan aspek-aspek hukum/legalitas. Belum lagi kehendak pasien yang menghendaki unsur penunjang non-medis yang semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan manusia masa kini. Makin lama makin dirasakan perlunya pengingkatan pengelolaan rumah sakit secara professional (Sulastomo, 2000).

Rumah sakit di Indonesia untuk sebagian besar (±70%) dimiliki oleh Pemerintah. Sebagian rumah sakit swasta didirikan oleh lembagalembaga/yayasan,khususnya dengan latar belakang keagamaan atau lembagalembaga sosial lainnya, yang biasanya diprakarsai oleh kalangan masyarakat atau orang-orang yang terhormat. Sudah tentu, rumah sakit seperti ini membawa missi sosial dan karena itu tidak profit making. Mungkin karena sifat non-profit making inilah, ada kesan bahwa rumah sakit seperti ini dikelola “asal jalan” dan semata-mata mengutamakan pelayanan medis pasienpasien yang dirawat. Kerugian yang ada biasanya akan ditangani lembagalembaga keagamaan/sosial yang bersangkutan, dari donasi/sumbangan yang diperolehnya (Sulastomo, 2000). Baru pada akhir-akhir ini, terutama pada sekitar tahun 1975, muncul rumah sakit swasta di kota-kota besar, yang dikelola dengan motivasi yang agak berlainan. Meskipun rumah sakit ini tidak secara berteras terang merupakan lembaga yang profit making, akhirnya toh tidak dapat disembunyikan bahwa rumah sakit ini mempunyai kemampuan finansial yang kuat tentunya sulit untuk menyatakan bahwa rumah sakit ini mempunyai kemampuan finansial yang kuat yang tentunya sulit untuk menyatakan bahwa rumah sakit ini adalah non-profit making dan sosial semata-mata. Fenomena ini telah menumbuhkan polemik baru dari segi filosofi, yaitu apakah rumah sakit dimungkinkan dikelola secara “bisnis” dalam arti menjadi suatu instansi

yang profit making? Polimik ini sudah tentu menyangkut landasan kenegaraan/falsafah kenegaraan kita, yaitu Pancasila dan UUD 1945 (Sulastomo, 2000). Meskipun demikian, dalam perkembangan dewasa ini, rumah sakit toh tidak mungkin dikelola semata-mata sosial. Dalam keadaan sekarang, hamir seluruh rumah sakit swasta menghadapi realita kehidupan yang semakin meterialistis. Rumah sakit harus membayar teknologi kedokteran, listrik, air, dapur dan bahkan imbalan jasa dokter dan paramedis dengan mengikuti harga pasar. Dalam keadaan inilah, dari segi manajemen, rumah sakit yang selama ini memang lebih mementingkan aspek sosial, seolah-olah ketinggalan “kereta”. Tidak terlepas dalam hubungan ini adalah rumah sakit pemerintah di mana meskipun seluruh biaya eksploitasi/personel/gedung dan lain sebagainya ditanggung oleh pemerintah (secara teoritis), keperluan mengelola rumah sakit sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen adalah sangat mutlak (Sulastomo, 2000). Pengelolaan rumah sakit sehari-hari menjadi wewenang dan tugas dereksi

rumah

sakit

sendiri.

Pada

dasarnya,

betapapun

(mungkin)

kebijaksanaan yang diberikan oleh pengurus yayasan/pemiklik rumah sakit mungkin sudah baik, citra rumah sakit akan terbebtuk oleh pelaksanaan tugas sehari-hari (Sulastomo, 2000). Seperti dikatakan di atas, masalah-masalah ini ,menjadi semakin kompleks. Pelayanan administrasi/penunjang/hubungan masyarakat dan aspek-aspek hukum/peraturan rumah sakit semakin luas. Hal ini memerlukan penanganan manajemen secara lebih profesional. Hospital managemen telah berkembang menjadi ilmu yang tersendiri. Sebaliknya, ada anggapan bahwa dokter-dokter (secara profesional) sayang apabila menangani masalah-masalah yang nonmedis (Sulastomo, 2000). Masalah itu perlu dikemukakan, karena peranan dokter adalah sangat kuat dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia dewasa ini, yang dengan sendirinya mempengaruhi jalannya organisasi-organisasi rumah sakit, yaitu penyelenggaraan

organisasi

diagnostik,

therapy,

perawatan

pasien,

penyediaan/logistik, administrasi/keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan lain sebagainya (Sulastomo, 2000). Tentunya akan sangat ideal, apabila seorang direktur adalah seorang dokter yang telah memperoleh pendidikan dalam Hospital Management. Tidak berlebihan bahwa para manager rumah sakit di Indonesia telah banyak belajar dari pengalaman, namun dalam menghadapi perumahsakitan yang semakin kompleks, masalah ini perlu dipecahkan,m sehingga kemampuan rumah sakit menyelenggarakan rumah sakit itu dapat ditingkatkan (Sulastomo, 2000). D. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Di Indonesia Dengan memperhatikan uraian di atas jelaslah bahwa ada tiga bahan yang semestinya sangat penting dengan tugas dan wewenang yang cukup jelas, yaitu: 1. Pemilik Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board. 2. Direksi Rumah Sakit. 3. Staf Kedokteran (medical staff) Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi dan wewenangnya, saling mengisi dan mengontrol, sehingga tercapai keseimbangan untuk mengarahkan tujuan dan hendak dicapai oleh rumah sakit itu. Tetapi, khusus di Indonesia, ketiga badan ini pada umumnya masih sering terjadi semacam conflict of interest dari masisng-masing anggota badan tersebut, karena dari segi personalia sering tidak dapat dipisahkan tugas seorang dokter yang menjadi direksi rumah sakit yang sekaligus merawat pasien (Sulastomo, 2000). Tahap sekarang masalah ini memang (dalam batas-batas tertentu) tidak dapat dihindari, karena peranan yang besar dari para dokter dalam badanbadan tersebut. Masalah ini dalam tahap pertama tentunya dapat dikurangi dengan suatu job discription yang sejelas-jelasnya. Di masa depan, dengan perkembangan rumah sakit yang semakin kompleks, tentunya dianjurkan adanya pemisahan yang jelas. Dalam hubungan ini, untuk kemudahan komunikasi, Musyawarah”

ketiga yang

badan

ini

dapat

merumuskan

membentuk

dan

semacam

menampung

“Badan

permasalahan-

permasalahan

yang

ada,

sebelum

diputus

oleh

yayasan/Governing

Board/pemilik rumah sakit (Sulastomo, 2000). Untuk Rumah Sakit Umum Kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai dengan SK Menkes No. 543/VI/1994 adalah sebagai berikut : a. Direktur b. Wakil direktur terdiri dari: 1. Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan 2. Wadir Penunjang Medik dan Instalasi 3. Wadir Umum dan Keuangan 4. Wadir Komite Medik

Tiap-tiap wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang mengatur beberapa bidang/ bagian pelayanan dan keperawatan dan instalasi. Instalasi RS diberikan tugas untuk menyiapkan fasilitas agar pelayanan medis dan keperawatan dapat terlakasana dengan baik. Instalasi RS dipimpin oleh seorang kepala yang diberikan jabatan nonstruktural. Beberapa jenis instalasi RS yang ada pada RS kelas A adalah instalasi rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat intensif, bedah sentral, farmasi, patologi anatomi, patologi klinik, gizi, laboratorium, perpustakaan, pemeliharaan sarana rumah sakit(PSRS), pemulasaran jenazah, sterilisasi sentral, pengamanan dan ketertiban lingkungan dan binatu (Munijaya, 2004). Komite medik (KM) juga diberikan jabatan nonsturktural yang fungsinya menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala staf medik fungsional (SMF). KM diberikan dua tugas utama yaitu menyusun standar pelayanan medis dan memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal : 1. Pembinaan, pengawasan dan penilaian mutu pelayanan mutu pelayanan medis, hak-hak klinis khusus kepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat), serta penelitian dan pengembangan (litbang) 2. Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan etika profesi (Munijaya, 2004).

Semua kepala SMF diangkat oleh Dirjen Yan. Medik Depkes RI berdasarkan usulan dari direktur RS. Dengan mengkaji struktur orgaisasi dan tugas-tugas pokok RS, dapat dibayangkan bahwa manajemen sebuah RS hampir mirip dengan manajemen hotel. Yang berbeda, tujuan mereka yang berkunjung dan jenis pelayanannya. Masyarakat yang berkunjung ke RS bertujuan untuk memperoleh pelayanan medis kare...


Similar Free PDFs