MAKALAH MENGENAI PENCIPTAAN MANUSIA Disusun oleh : Ayu Mauliddin PDF

Title MAKALAH MENGENAI PENCIPTAAN MANUSIA Disusun oleh : Ayu Mauliddin
Author Irwandi Pratama
Pages 12
File Size 156.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 132
Total Views 945

Summary

MAKALAH MENGENAI PENCIPTAAN MANUSIA Disusun oleh : Ayu Mauliddin Irwandi pratama Shofiatul husna A. Term Manusia Menurut Alquran Dalam Alquran terdapat tiga istilah kunci yang mengacu pada makna pokok manusia yaitu, , Basyar, Insan, An-nas. 1. Al-Basyar Istilah basyar disebut 27 kali dalam Alquran d...


Description

MAKALAH MENGENAI PENCIPTAAN MANUSIA Disusun oleh : Ayu Mauliddin Irwandi pratama Shofiatul husna A. Term Manusia Menurut Alquran Dalam Alquran terdapat tiga istilah kunci yang mengacu pada makna pokok manusia yaitu, , Basyar, Insan, An-nas. 1. Al-Basyar Istilah basyar disebut 27 kali dalam Alquran dan keseluruhan maknanya merujuk kepada manusia sebagai makhluk biologis yang keberadaannya tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lainnya, mislanya dapat makan, minum, melakukan hubungan seks, berjalan, dan lain sebagainya. 1 2. Insan Istilah ini disebut sebanyak 65 kali dalam Alquran dan keseluruhan maknanya mengacu pada sifat-sifat psikologis atau spiritual. Konteks insan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu : a. Insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah atau pemikul amanah b. Insan dihubungkan dengan predisposisi negatif dari manusia c. Insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia.2 3. An-Nas Istilah ini disebut 240 kali dalam Alquran dan keseluruhan maknanya menunjuk pada manusia sebgai makhluk sosial. Term An-nas menunjukkan arti manusia sebagai makhluk yang bisa dijabarkan berikut ini. Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok sosial dengan karakteristiknya. Ayat-ayat itu biasanya dikenal dengan ungkapan “wa min an-nas”. Ke dua, dengan memperhatikan ungkapan “aktsar An-nas”, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar manusia mempunyai kualitas rendah baik dari segi ilmu maupun dari segi iman.

1 2

Abd Haris, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012) hal. 78 Ibid hal. 79

Menurut Alquran, manusia adalah makhluk ciptaan tuhan. Manusia berasal dan datang dari Tuhan. Alquran menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material). Di dalam surah Al-A’raf ayat 31 menyatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah suatu keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki beberapa unsur yaitu : 1. Sifat ketergantungan manusia denhan manusia lainnya 2. Sifat adabtibility dan inteligensi. 3 Sifat ketergantungan manusia misalnya terlihat dari contoh seorang bayi yang dilahirkan, ia sangat tergantung kepada pertolongan orangtuanya. Tanpa ada pertolongan dari kedua orangtuanya bayi tersebut akan meninggal. Manusia juga memiliki potensi untuk menyesuaikan diri, mampu mempelajari tuingkah laku dan mengubah tingkah laku. Senada dengan hal di atas, ibnu kholdun dalam kitab mukoddimah menyatakan bahwa : “Manusia adalah makhluk sosial, pernyataan ini mengandung arti bahwa seorang manusia tidak bisa hidup sendirian dan eksistensi nya tidaklah terlaksana kecuali dengan kehidupan bersama. Dia tidak akan mampu menympurnakan eksistensi dan mengatur kehidupannya dengan sempurna secara sendirian. Benar-benar sudah menjadi wataknya, apabila manusia butuh bantuan dalam memenuhi kebutuhannya ”. 4 Selanjutnya manusia dapat dilihat dari aspek antropologi. Antropologi adalah studi tentang asal- usul, perkembangan, karakteristuk jenis manusia. Dalam pandangan antropologi biologis, manusia adalah puncak evolusi dari makhluk hidup. Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat. Berbicara hakikat manusia berarti berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran yang dikemukakan yaitu : 1. Aliran serba zat Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh- sungguh ada itu hanyalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi. 5 2. Aliran serba ruh Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah ruh, juga hakikat manusia adalah ruh, adaoun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh diatas dunia ini. Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa roh itu lebih berharga, lebih 3

Heris hermawan, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2009 ) hal. 49 Ibid hal. 50 5 Ibid hal. 51 4

tinggi nilainya daripada materi. Hal ini mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana betapa pun kita mencintai seseorang jika ruh nya pisah dengan badannya,maka materi/ jasadnya tidak ada artinya. 3. Aliran dualisme Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnyaterdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantungsatu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh dan ruh tidak berasal dari badan. Perwujudannya manusia adalah gabungan dari dua unsur, jasad dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya saling mempengaruhi. 4. Aliran eksistensialisme Aliran filsafat modern berpikir tentang hakikat manusia merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu yaitu apa yang menguasai menusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri di dunia ini. 6

B. Manusia Dalam Pandangan Pendidikan Islam Konsep tentang manusia dalam pembahasan filsafat pendidikan islam merupakan tema sentral, sebab dalam pembicaraan pendidikan Islam, manusia menjadi objek sekaligus subjek pendidikan itu sendiri,sehingga tanpa memahami dengan baik pandangan tentang manusia maka sulit untuk memahami pendidikan islam itu sendiri. Disamping itu, selain memahami manusia menurut konsep (filsafat pendidikan) Islam, perlu juga memahami dengan benar pandangan islam tentang alam (kosmologi islam), sebab dengan memahami alam menurut islam, akan diketahui konsep pengetahuan alam di dalam islam, dan pengetahuan ini juga menjadi unsur yang asasi dalam pendidikan islam. 7 Selain memahami kedua tema sentral sebagaimana disebut diatas, manusia (microcosmos) dan alam (macrocosmos) , yang terpenting adalah memahami posisi manusia kaitannya dengan alam sebagai objek yang menjadi tempat dimana manusia melakukan observasi yang berimplikasi pada penemuan akan kebenaran- kebenaran dengan memahami sunnah allah (natural low). Dari sini akan diketahui konsep 6 7

Ibid, hal.51 H. Abd Haris, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta : Imprin Bumi Aksara, 2012) hal. 77

kosmologi yang berkaitan dengan epsitemologidalam Islam, juga akan diketahui bagaimana peran manusia dalam menggali pengetahuan tersebut untuk kepentingan kemakmuran manusia itu sendiri beserta alam yang menjadi tempat amalannya. Manusia diciptakan tuhan sebagai makhluk yang diberi potensi untuk dapat mempertanyakan sifat kemandirian yaitu sebagai manusia. Potensi yang dimaksud sudah pasti potensi khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, dan kita telah menamakan bahwa potensi itu adalah akal. Dengan akal itu manusia diharapkan mampu memimpin segala yang ada di muka bumi ini, termasuk memimpin dirinya sendiri. Manusia dijadikan tuhan untuk menjadi pemimpin ( khalifah ) di muka bumi. Manusia diberikan oleh Allah kelebihan. 8 Kelebihan manusia ialah : 1.

Dijadikan allah sebgai khalifah ( wakil ) di bumi.

2.

Dimuliakan allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.

3.

Diberi alat indra dan akal

4.

Tempat tinggal yang baik dibandingkan dengan makhluk lain dan diberi rezeki

5.

Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan

6.

Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai

Adapun kelemahan manusia ialah sebagai berikut : 1.

Manusia adalah makhluk yang lemah

2.

Manusia memiliki kecendrungan nakal

3.

Manusia itu sombong, tidak mau berterima kasih, dan mudah putus asa

4.

Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri

5.

Manusia itu senang membantah.

6.

Manusia itu bersifat tergesa-gesa

7.

Manusia itu pelit

8.

Manusia itu adalah makhluk suka mengeluh

9.

Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat maksiat terus menerus dan bertindak melampaui batas

Bila duteliti secara cermat, dalam alquran, akan ditemukan informasi bahwa ada dua macam proses penciptaan manusia.pertama,penciptaan secara primodial, yaitu

8

Heris hermawan,filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Kementrian Agama) hal. 52

berkaitan dengan penciptaan manusia pertama, yakni adam a.s. kedua proses penciptaan seluruh manusia atau generasi yang diturunkan dari Adam As. C. Kedudukan Manusia Dalam Alam Semesta Uraian tentang kedudukan manusia dalam alam semesta yang berhubungan dengan filsafat pendidikan islam merupakan bagian yan amat penting karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan jelas tentang potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukannya dalam alam semesta. Uraian ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar bagi perumusan tujuan pendidikan, pendekatan yang harus ditempuh dalam proes belajar mengajar serta aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Selain itu, uraian ini juga penting dilakukan karena manusia dalam kegiatan pendidikan karena merupakan subjek dan objek yang terlibat di dalamnya. Tanpa ada kejelasan konsep tentang manusia ini, maka akan sulit ditentukan arah yang akan dituju dalam pendidikan. 9 Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka pembahasana akan di arahkan kepada dua hal yaitu : pertama, pembahasan tentang potensi yang dimiliki manusia, ke dua, kedudukan manusia di alam semesta. Di dalamnya di bahas tentang bekal yang perlu dimiliki manusia dalam melakukan peranan dan kedudukannya serta peranan pendidikan dalam rangka membantu mempersiapkan manusia untuk berperan di alam semesta. A. Potensi yang dimiliki manusia Dalam berbagai literatur, khususnya di bidang filsafat dan antropologi dijumpai berbagai pandangan para ahli tentang hakikat manusia, sastraprateja, misalnya mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakikat manusia hanya dapat dilihat dalam perjalanan sejarahnya dalam sejarah bangsa manusia. Sastraprateja lebih lanjut mengatakan bahwa apa yang kita peroleh dari pengamatan kita atas pengalaman manusia adalah suatu rangkaian anthropological constans, yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang tetap dimiliki manusia. Berikutnya ia juga menambahkan ada sekurang-kurangnya enam yang dapat ditarik dari pengalaman sejarah umat manusia, yaitu : (a) Relasi manusia dengan kejasmanian, alam dan lingkungan ekologis (b) Keterlibatan dengan sesama (c) Keterikatan dengan struktur sosial dan institusional (d) Ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat 9

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta : Logos wacana Imu, 1997) hal. 27

(e) Hubungan timbal balik antara teori dan praktis (f)

Kesadaran religius dan para religius

Ke enam anthropological contans ini merupakan satu sintesis dan masing masing saling berpengaruh satu dengan lainnya. Pendapat tersebut terkesan memerikan gambaran tentang manusia dari sudut empiris, yaitu dari sudut dimana manusia itu hidup dan bereksistensi dalam kehidupannya al ini akan membantu untuk menjelaskan proses perjalanan yang harus ditempuh manusia pada umumnya. Keenam masalah tersebut nampak merupakan rangkkaian kegiatan yang tiak bisa ditinggalkan ole manusia, yang secara umum dapat dikatakan bahwa manusia tidak bisa melepaskan dari ketergantungannya dari orang lain Sementara itu dikalangan para filosof yunani dijumpai juga pembahasana tentang manusia. Kususnya filsafat yunani yang berusaha memahami hakikat kehidupan alam kecil yaitu manusia seperti Socrates, Plato dan sebagainya. Untuk mengetahui potensi manusia Alquran memperkenalkan dua kata kunci untuk memahami manusia secara Komprehensif. Kedua kata tersebut adalah kata Al Insan dan Al Basyar.

D. Manusia Sebagai Makhluk Materi dan Non Materi Manusia bukanlah makhluk yang ada (being) dan berada (existence) dengan sendirinya. Alquran menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dari segumpal darah. Tuhan pencipta manusia itu disebut Alquran sebagai Al-Rahman, yakni Allah Swt.10 Dalam Alquran dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari unsur-unsur yang bersifat material dan non material. Karenanya manusia merupakan makhluk dwi dimensi. Dimensi material manusia adalah Al-jism dan dimensi non materialnya adalah Al-ruh. Alquran menginformasikan bahwa dimensi material manusia yang disebut AlJism tersebut bersala dari tanah yang disebut dengan berbagai istilah, di antaranya : (a) Min Thin, yaitu saripati tanah

10

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Medan: Cipta Pustaka Media Perintis, 2008) hal. 15

(b) Min sal salin min hamain masnun, yaitu tana liat yang kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.11 (c) Min turab, yaitu dari tanah (d) Min salsalin kal fakkhar, yaitu tana kering yang mempunyai tembikar. Kemudian, dimensi non material manusia disebutkan Alquran sebagai ruh, yakni entitas gaib ciptaan Tuhan yang langsung ditiupkannya ke dalam Al-Jism manusia. E. Proses Penciptaan Manusia Sebagaimana telah disinggung dalam yang terdahulu bahwa terdapat dua teori berkenaan dengan peoses penciptaan kehidupan di muka bumi ini, termasuk di dalamnya proses kejadian manusia. 12 Teori kejadian (penciptaan langsung) di satu pihak, dan teori evolusi dipihak lainnya. Terlepas dari kontroversi di antara kedua teori itu di sini kita akan mencoba menganalisis ayat-ayat Alquran, yang berkenaan dengan masalah tersebut terurtama melalui kajian semantik. Pada surah Al-Hijr : 29, Alquran memberikan informasi penting lainnya, yaitu setelah selesai penciptaan manusia sampai pada bentuk susunnnya yang sempurna, Allah mulai meniupkan ruh-Nya kepadanya (Adam As). Seperti telah diuraikan di atas, ruh bukanlah semata-mata kehidupan biologis. Jika yang dimaksud dengan ruh itu sebagai kehidupan biologis, tentu binatang dan tumbuh-tumbuhan pun memiliki ruh yang sama dengan manusia. Bukankah binatang dan tumbuh-tumbuhan samasama memiliki daya gerak untuk beraktivitas, membutukan makan dan minum, berinteraksi dengan lingkungannya dan melakukan reproduksi. Oleh karena itu, kita sependapat dengan Al Kindi dan Ibnu Sina, bahwa ruh bukanlah semata-mata kehidupan biologis, melainkan bahwa ruh identik dengan jiwa, yaitu substansi tersendiri yang mempunyai wujud lepas dari jasad (tubuh).13 Secara prospektif, manusia dapat menentukan masa depannya atas dasar pengetahuan mereka tentang diri, dan berdasarkan intelek serta pemeliharaan diri secara baik. Lingkup tindakan manusia dalam mewujudkan peran-peran itu tentu saja jauh lebih luas dari pada yang dipunyai oleh binatang. 14

11

Ibid hal. 16 Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) hal. 366 13 Ibid hal. 360 14 Ibid hal. 375

12

F. Keistimewaan Manusia Dengan adanya ruh yang ditiupkan Allah kepada manusia, maka manusia memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk lain, di antaranya : 1. Seperti dikatakan oleh Baiquni bahwa manusia itu memiliki akal pikiran dan kesadaran 2. Memiliki kemampuan abstraksi dan komunikasi, baik secara lisan (dengan menciptakan bahasa lisan) maupun secara simbolik (dengan menciptakan lambang-lambang dan bahasa tulisan). Hal itu terdapat dalam surah AlBaqarah ayat 30 yang menyebutkan bahwa Allah mengajarkan nama-nama benda kepada Adam As. Inilah yang merupakan keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk lain selain manusia. Dengan ruh Tuhan yang diberikan kepada manusia ini kedudukannya menjadi makhluk termulia dan tertinggi di antara makhluk-makhluk lain. Sebaliknya semua makluk diperintahkan untuk tunduk kepada manusia. 15 Manusia itu mempunyai tubuh dan ia pun mempunyai “kehidupan batin”. Yang semuanya itu melingkupi segala apa yang dipikirkannya, dirasakannya, diingatnya, dikhayalkannya atau diimpikannya. Apa yang dialaminya sebagai perangsang, cita-cita tertujunya kemauan, maka dalam pikiran tadi selanjutnya, tubuh serta perbuatanperbuatannya dihubungkan dengan naluri-naluri, sepanjang mereka itu menjelma daam perasaan-perasaan alat (lapar – perut, haus – mulut, perangsang kelamin-alat-alat kelamin, dan seterusnya. Kemudian tubuh serta seluk-beluknya diubungkan dengan makhluk-makhluk hidup umumnya. Tidak sukar untuk menduga adanya sangkut paut antara tubuh manusia dan tubuh jenis-jenis kera yang paling maju. Akan tetapi diperhatikan juga perbedaan-perbedaan terutama apabila ditinjau suasana “kehidupan batin”. Binatang tidak berbicara, tidak mengembangkan ilmu pengetahuan atau kesenian, atau religi. Barang kali demikian orang itu merenung- itulah kebahagiaan mereka segala kecerdikan yang halus itu tak lain dan tak bukan hanya membuat kita terlampau sadar, dan kita tidak lebih cerdas atau lebi berbahagia karenanya. 16

15 16

M. J. Lnageveld, Menuju Kepemikiran Filsafat, hal. 225 Ibid hal 226

A. Tujuan, Fungsi, dan Tugas Penciptaan Manusia Alquran menginformasikan bahwa jauh sebelum manusia tercipta, Allah telah menyampaikan rencana penciptaan tersebut dalam sebuah dialog kepada malaikat. Dalam dialog itu tampak bahwa para malaikat menyatakan keberatan atas rencana tersebut. Keberatan para malaikat itu bukan tanpa alasan, melainkan dengan datu pertimbangan kemaslahatan yang argumentatif. Argumen yang paling mendasar yang menjadi keberatan bagi para malaikat adalah “Makhluk pengganti (khalifah)” itu sangat dimungkinkan akan berbuat kerusakan dan akan melakukan pertumpahan darah. Meskipun begitu kehawatiran para malaikat itu segera disanggah Allah, “Sungguh aku lebih mengetahui atas apa yang tidak kalian ketahui”. Ayat-ayat yang sama juga antara lain: “ Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaiktat, sesunggunya aku akan menjadikan khalifah dimuka bumi Mereka berkata, apakah engkau hendak menjadikan orang yang akan merusak dan menumpahkan darah disana, padahal kami senantiasa bertasbih memuji-Mu´dan menyucikan nama-Mu?. Dia berfirman sungguh aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S Al-Baqarah : 30). Pada surah Al-Hijr : 28-29 kisah penciptaan ini diulang lagi tetapi dengan redaksi yang berbeda dan dengan tambahan beberapa informasi yang tidak terdapat pada ayat-ayat lain yang senada. Ayat tersebut berbunyi : “Dan (ingatlah)ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sungguh Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan-Ku), maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS.Al-Hijr : 28-29). Kisah pada ayat ini pun berlanjut, terutama mengetengahkan dialog Tuhan dengan iblis yang meminta perpanjangan usia hingga hari kebangkitan, dan selama hidupnya ia akan menggoda dan menyesatkan umat manusia. Permintaan ini akhirnya dikabulkan Tuhan dengan perjanjian bahwa iblis dan para pengikutnya (manusia yang tersesatkan) akan menjadi penghuni Jahanam. Informasi penting lainnya, antara lain terdapat pada surah Al-Baqarah : 31 yang artinya: “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat....”.

Ayat diatas menerangkan kisah penciptaan Adam As yang oleh jumhur ulama dipandang sebagai nenek moyang manusia. Ada beberapa hal yang penting pada redaksinayat diatas. 1. Beragam makna Khalifah sebagai mana dijelaskan diatas. 2. Keberatan para malaikat atas rencana Allah yang akan menciptakan masalah di bumi. 3. Pemberian ruh oleh Allah kepada Basyar (Adam As) setelah sempurna penciptaan (struktur tubuhnya). 4. Pada surah Al-Baqarah ayat 31, dijelaskan bahwa Allah mengajari Adam As dengan nama-nama benda. Ayat ini mengisyaratkan bahwa Adam As yang dipersiapkan untuk menjadi Khalifah di bumi. Penggunaan lafas khalifah dengan tidak langsung menyebut nama Adam As pada surah Al-Baqarah : 30 tersebut tampaknya merupakan pilihan redaksi yang di dalamnya terkandung isyarat penting. Isyarat tersebut mengandung beberapa kemungkinan. Kemungkinan yang pertama boleh jadi berkenaan dengan tugas dan kedudukan yang akan diberikan kepada manusia nanti, yaitu sebagai “wakil Allah di bumi”. Kemungkinan kedua boleh jadi lafas tersebut mengisyaratkan bahwa manusia yang akan diciptakan itu merupakan pengganti dari makhluk penghuni sebelumnya, yang telah dimusnahkan o...


Similar Free PDFs