makalah operant conditioning PDF

Title makalah operant conditioning
Author Suci Fitri
Pages 12
File Size 67.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 417
Total Views 933

Summary

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN OPERANT CONDITIONING Dosen Pengampu : Veny Hidayat, M.Psi. DISUSUN OLEH : Agus Setiawan NIM. 08502244010 Nur Imam Prayogo NIM. 12502241012 Muthiah Ikhwandhia NIM. 12502241016 Suciani Fitri Lestari NIM. 12502241023 Muhammad Nasirudin NIM. 12502244004 PROGRAM S...


Description

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN OPERANT CONDITIONING Dosen Pengampu : Veny Hidayat, M.Psi.

DISUSUN OLEH : Agus Setiawan

NIM. 08502244010

Nur Imam Prayogo

NIM. 12502241012

Muthiah Ikhwandhia

NIM. 12502241016

Suciani Fitri Lestari

NIM. 12502241023

Muhammad Nasirudin

NIM. 12502244004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Salah satu teori dari aliran behaviorisme adalah teori operant conditioning. Ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masihberpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Pencipta teori ini bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversal. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tinggkah laku itu terbentuk oleh konsekuensikonsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang teori operant conditioning ? 2. Bagaimana karakteristik operant conditioning ? 3. Apa perbandingan, perbedaan dan persamaan operant dan clasical onditioning ? 4. Apa yang dimaksud dengan shaping dan bagaimana psroses shaping ? 5. Bagaimana pemadaman dan pemulihan kembali dalam operant conditioning ? 6. Apa yang dimaksud dengan generalisasi dan diferensiasi ?

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Teori Operant Conditioning Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of effect.” Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsure penguatan kedalam hokum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculanya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning. Teori operant conditioning juga berbeda dengan classical conditioning. dalam pengkondisian klasik, respon terkondisikan sering kali mirip dengan respon normal bagi stimulus tak terkondisikan. Misalnya salviasi, itu merupakan respon anjing normal terhadap maknan. Tetapi jika ingin mengajar sesuatu yang baru kepada organisme, seperti mengajar anjing keterampilan baru, maka anda tidak dapat menggunakan pengkondisian klasik, tetapi anda lebih duli mempersuasinya untuk melakukan keterampilan itu dan setelahnya member hadiah dengan tepuk tangan atau makanan, jika anda terus menerus melakukannya, akhirnya anjing akan mampu mempelajari keterampilan itu.rita Atkinson. Jadi Inti dari teori Skinner Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitanyan dengan psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekwensi ( resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.

B. Karakteristik Operant Conditioning Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu: 1. Respondent Behavior (Perilaku Responden)

Yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak reflek 2. Operant Behavior (Perilaku Operan) Yaitu perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism. Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.

Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis pengkondisian, yaitu: 1. Respondent Conditioning (Pengkondisian Responden) atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan. 2. Operant

Conditioning

(Pengkondisian

Operan)

atau

biasa

disebut

dengan

pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan pengkondisianya ditunjukkan dengan tingkat respon.

Prinsip Pengkondisian Operant Ada dua prinsip umum dalam operant conditioning yaitu: 1. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang 2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan

Dalam pengkondisian operan, penekananya adalah pada perilaku dan pada konsekwensinya. Dengan pengkondisian operan, organism pasti merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan Prinsip pengkondisian operan berlaku untuk berbagai maan situasi. Untuk memodifikasi perilaku, seseorang ukup mencari sesuatu yang mmenguatkan bagi suatu organism yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi dan kemudian segera memperkuat organism tersebut

Konsep Utama Operant Conditioning Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama yaitu: a. Penguatan (Reinforcement) Adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian: 1. Penguatan positif Adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). 2. Penguatan negatif Adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena

diikuti

dengan

penghilangan

stimulus

yang

merugikan

(tidak

menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara Penguatan Positif dan Penguatan Negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

b. Hukuman (Punishment) Adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalh menegah pemberian seasuatu yang diharapkan organism, atau member seseuatu yang tidak diinginnya.

Namuun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas

respon,

walupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa hukumman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula. Contoh: Penguatan Positif Perilaku

Murid

Konsekuensi

mengajukan Guru memuji murid

pertanyaan yang bagus

Perilaku Kedepan

Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan

Penguatan Negatif Perilaku

Konsekuensi

Perilaku Kedepan

Murid menyerahkan PR Guru berhenti menegur Murid tepat waktu

murid

makin

menyerahkan

PR

sering tepat

waktu Hukuman Perilaku

Murid menyela guru

Konsekuensi

Guru

mengajar

langsung

Perilaku Kedepan

murid Murid berhenti menyela guru

*Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

C. Perbedaan dan Persamaan Operant Conditioning dan Clasical Conditioning Beberapa perbedaan dan persamaan dari classical conditioning dan operant conditioning dapat di lihat dalam kolom di bawah ini. Classical Conditioning •

Operant Conditioning

Hanya berhubungan bengan perilaku



tak sadar •

dibuat secara sadar, dan kemudian

Penguatan bersyarat

mengukuhkan tetapi

penguatan •

bersifat

netral:

baik

disukai

bekerja

memperkuatnya

respon •

Penguatan dengan cepat dapat berbaur dengan

menggunakan

jadwal

ataupun tidak disukai organism

penguatan untuk mengubah taraf

Respon diperoleh dari penguat yang

respond an taraf penghapusan

telah diberikan sebelum respon itu



sendiri muncul •

Penguatan diberikan sesudah respon

Tanpa

Sebuah penguatan dapat digunakan untuk memperkuat beberapa respon

atau

sedikit

memungkinkan

dengan

penguat

respon

menggunakan

teknik

pembentukan perilaku

yang

berlawanan akan terhapusjadwal tidak



Sama seperti classical conditioning

dapat digunakan untuk mengubah



Sama dengan classical conditioning

taraf respond an taraf penghapusan •

Sebuah

penguatan

hanya

dapat

merangsang satu tipe respon •

Dapat menunjukkan penyamarataan diskriminasi,

penghapusan

dan

pemulihan spontan •

Mengendalikan

mata

rantai

atau

penyatuan rangsangan dan respon •

Berhubungan dengan perilaku sadar dan juga tak sadar



Penguatan

mengukuhkan

respon

bersyarat dan bersifat positif ataupun negative

Selain diatas Perbedaan antara Classical Conditioning dengan Operant Conditioning antara lain sebbagai berikut:



Dalam Classical Conditioning respon dikontrol oleh pihak luar, pihak inilah yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus. Sebaliknya operant conditioning mengatakan bahwa pihak luar yang harus menanti adanya respon yang diharapkan benar. Jika respon semacam ini terlihat maka dapat diberikan penguatan. Disini dibicarakan tentang tingkah laku operan atau operan behavior.



Classical Conditioning pada umumnya memusatkan tingkah laku terjadi apabila ada stimuli khusus. Sedangkan dalam Operant Conditioning tingkah laku hanya menerangkan

untuk

sebagian

kecil

dari

semua

kegiatan.Operant

Conditioning memusatkan tingkah laku dengan konsekuen, yaitu konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku. Jadi konsekuen yang menyenangkan akan mengubah tingkah laku. Sedangkan konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku.. •

Classical Conditioning mengatakan bahwa stimulus yang tidak terkontrol mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai reinforcement. Di dalam Operant Conditioning responlah yang merupakan sumber reinforcement. Adanya respon menyebabkan seseorang memperoleh penguatan. Dan hal ini menyebabkan respon tersebut cenderung untuk diulang-ulang.

D. Shaping (Pembentukan Respon) Berdasarkan pengkondisian operan, pada tahun 1951 skinner mengembangkan teknik “pembentukan respon” atau disebut dengan shaping untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang komplek yang juga relevan dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organism pada setiap kali ia bertindak kea rah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatka respon tersebut. Pembentukan

respon

terdiri

dari

dua

komponen,

yaitu

:

diferential

reinforcement (penguatan diferensial) yang berarti sebagian respon diperkuat dan sebagian lainya tidak dan successive approximation (kedekatan suksesif), yakni fakta bahwa responrespon yang semakin sama dengan yang diinginkan oeh eksperimentalllah ang akan diperkuat. Dalam ontoh skinner, ketika tikus masuk ke dalam kotak skinner akan diberi penguat secara bertahap sampai tikus bisa menekan tuas.

E. Pemadaman dan Pemulihan Kembali dalam Operant Conditioning Seperti halnya dalam pengkonndisian klasik, ketika kita mencabut penguatan dari situasi pengkondisian operant, berarti kita melakukan extinction (pemadaman/ pelenyapan). Misalnya dalam percobaan skinner. Pada saat hewan sudah biasa menekan tuas untuk mendapatkan makanan, mekanisme pemberian makanan mendadak dihentikan, maka penekanan tuas tidak akan mmenghasilkan makanan bagi tikus terseabut. Dari ini kita akan melihat catatan komulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan kembali seperti semula, yang menunjukkan tidak ada lagi respon penekanan tuas (seperti pada saat penguatan belum diperkenalkan). Pada hal ini kita akan mengatakan telah terjadi pemadaman. Setelah pemadaman, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama preode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke dalam situasi percobaan, ia akan sekali lagi mulai mmenekkan tuas dengan segera tanpa perlu dilatih lagi. Ini disebut sebagai pemulihan kembali.

F. Generalisasi Dan Diferensiasi Yang dimaksud dengan generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan

sebelumnya

akan

dapat

respon

yang

sama.

Organism

cenderung

menggeneralisasilkan apa yang di pelajarinya, contoh dalam kehidupan sehari-hari, seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu ia mendapat pujian didepan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan PR tepat waktu. Contoh lainnya, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuany akarena menimang dan menyayangi anjing kelluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimmang ajing itu dengan anjing yang lain. Generalisasi dapat juga dapat dikekang oleh latihan diskriminasi. Diskrimnasi adalah respon organism terhadap suatu penguatan, tetapi tidak terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan diskriminasi akan efektif jika terdapat stimulus diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus dimana respon harus dilakukan dengan khusus dengan kasus dimana respon harus ditekan. Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dan anjing yang lainnya, sedangkan dapat berbahaya jika anjing tetangga galak, maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan ara oranng tua mmenunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan

keramahan dari anjing tersebut. Sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang ramah dan bisa disayang dan mana anjing yang galak.

G. Kelebihan dan Kekurangan Operant Conditioning Dalam sebuah teori tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya, begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori pengkondisian operan. 1. Kelebihan Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organism untuk berperilaku yang benar sesuai dengan keinginan. 2. Kekurangan a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, keuali sebagai gejalanya. b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti ggerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-direction (kemampuan mengarahkan diri)dan sellf-control (pengendalian diri) ayng bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak jika ia tidak menghendakki c. Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima, mengingat menoloknya perbedaan karakter fisikk maupun psikis antara mannusia dan hewan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Pada dasarnya teori operant conditioning Skinner akan terjadi bila respons terhadap sebuah stimulus diperkuat. Teori operant conditioning Skinner merupakan sistem umpan balik sederhana: bila reward atau penguatan mengikuti respons terhadap sebuah stimulus, maka respon itu akan lebih sering atau mungkin muncul lagi dimasa yang akan datang. Karena hadiah atau hukuman merupakan bagian penting dalam pembahasan teori belajar ini. 2. Prinsip-prinsip teori belajar perilaku menurut Skinner ada tiga, yaitu prinsip konsekuensi yang terdiri dari reinforser dan hukuman, prinsip kesegeraan konsekuensi, dan prinsip pembentukan atau shaping. 3. Aplikasi teori operat conditioning Skinner dalam pendidikan dapat disimpulkan dengan langkah-langka diantaranya penentuan tujuan, menentukan batas kemampuan siswa, mengadakan penilaian, memberikan reinforcement, memberikan remidi pada siswa yang dinilai membutuhkannya, dan guru konsisten sebagai arsitek pembentuk perilaku siswa.

DAFTAR PUSTAKA •

Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.



Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teor...


Similar Free PDFs